Assassin di Kelasku? Aku Takut Dibunuh, Sungguh

74.5K 6.8K 577
                                    

Tahu assassin kan?

Itu lho, karakter utama Assassin's Creed. Yang pakai jubah, terus mukanya nggak pernah dilihatin sama yang bikin game. Mungkin supaya cool atau mysterious atau apa, tapi jujur saya penasaran apa yang ada di bawah jubahnya assassin. Apa mungkin dia kudisan di muka?

Masih nggak tau juga? Buka Google sana.

Anyway, sudah tahu kan kalo di zaman globalisasi ini, banyak anak yang ketagihan main game. Otak mereka bagai dimakan pelan-pelan sama zombie modern bernama video game. Apalagi muncul kasus-kasus dimana remaja yang terpengaruh game, yang kalo ekstremnya bisa sampai seperti penembakan di sebuah SMA di US (Googling lagi kalo masih nggak tau), tapi untuk ukuran biasanya, cukup mengikuti perilaku dari karakter game yang mereka idolakan.

Salah satu teman - eh jangan deh, kenalan aja - saya, masuk ke dalam kategori ketagihan, yang untungnya ukuran biasa saja. Sebutlah anak ini, Reyhan. Dia terpengaruh dengan karakter Assassin.

Bahkan di sekolah, dia dipanggil Reyhan Assassin untuk membedakan dia dengan Reyhan-Reyhan lainnya. Sebuah honor.

Assassin biasanya dikaitkan dengan hal-hal yang cool, cepat, keren, but still dangerously deadly. Ngomong-ngomong ada yang tau bedanya deadly dengan deathly nggak? Sekedar fakta, deadly artinya mematikan, dipakai di kalimat seperti yang saya tulis barusan, kalau deathly artinya hal yang betkaitan dengan kematian, contoh: Deathly Hallows.

Kenapa jadi pelajaran Bahasa Inggris? Ini ada hubungannya dengan Reyhan nanti. Ah, sekarang saja deh, jadi Reyhan is suprisingly fluent in English.

Kalo mau contoh assassin yang baik, saya pilih Killua Zoldyck dari HunterXHunter (Googling?). Saat assassin mode on pastinya.

Dilihat dari luar, Reyhan bisa dinilai sebagai orang yang nggak jelek-jelek banget. Malah, dia ini bule gitu. Macam blasteran. Kulitnya putih banget, pucat malah, mungkin dia lebih cocok jadi vampir daripada assassin. Rambutnya cokelat. Matanya cokelat. Pipinya semu pink. Tingginya.. ya nggak tinggi-tinggi amat sih. Kurus. Mungkin terlalu kurus. Alisnya tebal. Bibirnya merah muda. Gimana, apa udah kebayang tuh? Bahkan Siska aja yakin Reyhan pasti banyak fansnya kalau...

Jadi gini. Cakep itu kan lihatnya sebagian besar dari muka. Nah, muka itu merupakan proyeksi dari otak.

Katanya assassin harus cepat, tangkas, as fast as the lightning, as swift as the morning breeze, nah mungkin aja sih Reyhan ini cekatan, apalagi badannya memang ceking jadi nggak beban dibawa-bawa (Orang lain yang kebebanan kalo harus bawa Reyhan sama mereka), tapi yang pasti.. Otak bocah ini nggak cepat.

Otaknya terproyeksi ke muka. Mungkin soal rasa, lidah nggak bisa bohong. Tapi yang pasti soal dongo, muka nggak bisa bohong.

Ngomong-ngomong otaknya nggak cepat, Reyhan juga sering telat. Nah, ini ekstrem.

Jadi suatu saat Reyhan telat. Nah, guru yang di kelas saat itu adalah guru peringkat 2 killer di sekolah. Orang normal bakal cepat-cepat dan ketakutan, tapi beda halnya Reyhan. Dia dengan bad ass nya ngegambar bebas sepanjang pelajaran (Ini udah abis dimarahin. Tapi anyway gambar dia nggak jelek.) sementara yang lain ngerjain tugas yang wajib dikumpulin hari itu. Satu jam lewat, murid-murid yang lain ngumpulin tugas, nah dia? Dengan enaknya dia bilang dia nggak tahu ada tugas karena dia telat.

Oke. Itu biasa. Tak lama kemudian Reyhan telat lagi. Nah, yang ini guru di kelas yang peringkat satu killer. Satu kelas ngerjain ujian.

Pertama-tama sekelas udah liat Reyhan celingak-celinguk gabisa masuk kelas (Guru ini hobi ngunci pintu nampaknya). Si guru killer udah siap mau buka pintu buat Reyhan, plus marah-marah juga gitu. Guru killer buka pintu, si Reyhan nengok.

"Kamu kenapa disini?!"

"Telat bu."

"Oh gitu? Udah lapor?"

"Udah bu."

Terus lama Reyhan diem aja.

"Oh jadi kamu nggak mau masuk? Kok diem?"

"Bukan gitu bu itu guru kelas saya nggak buka-bukain pintu."

"...?"

"..."

"Kelas kamu kan disini?"

Dan murid sekelas teriak-teriak mau mengeluarkan Reyhan dari, ah, amnesia-nya itu. Reyhan: cengo.

"Ayo masuk!" Kata guru.

"Iya bu kelas saya di sebelah."

Akhirnya guru tersebut cuma bisa menarik nafas, (Gaada gunanya ngomong sama ni bocah, pikirnya kali), kembali ke tempat duduk, nahan ketawa.

Dan hebatnya Reyhan tetep keukeuh kelasnya di sebelah.

10 menit kemudian, dapet ilham atau apa, akhirnya dia masuk.

"Loh kata kamu tadi kelas kamu di sebelah? Kok masuk?"

"Iya bu kelas saya disini."

"Kok kamu bilang tadi di sebelah?"

"Iya, saya kirain. Lupa hari ini ada ujian jadi kelasnya disini. (Ya sekolah saya sistemnya gitu deh)"

"Lupa ada ujian? Jadi kamu enggak belajar?!"

"Ya belajar. Kan ada ujian."

Lalu sekajap alam semesta robek dan terbentuklah wormhole akibat paradoks Reyhan.

Ngomong-ngomong soal ujian, Reyhan juga punya kebiasaan yang aneh. Yaitu saat ujian pakai LJK (Lembar Kerja Komputer), maka ia akan menghitamkan jawaban pada lima menit terakhir, atau kalau sial ya 2 menit saja. Sungguh Anak Dewa.

Akhirnya Reyhan kena batunya juga pada suatu ujian, jadi karena jatah waktu yang amat sedikit untuk menghitamkan, akibatnya dia nggak sempat menghitamkan kurang lebih 20 jawaban terkahir. Fantastis. Jadi sejak saat itu, kelas kami punya kebiasaan yang aneh pula, yaitu mengingatkan Reyhan untuk menghitamkan jawaban kira-kira 20 menit sebelum bel selesai. Kira-kira begini caranya:

"REYHAN WOY ITEMIN JAWABAN"

"Iya, iya."

"BERAPA LAGI?"

"Baru satu sih." Dan dia nggak bakal menambah kecepatan menghitamkan jawaban sampai detik terakhir.

Hebatnya, walaupun sudah diingatkan pun, tetap aja Reyhan masih saja kurang 10 jawaban di 5 menit terakhir. Dan, jadinya, kelas kami selalu keluar paling akhir. Buat apa? Menunggu Reyhan selesai tentunya. Dilarang guru keluar kalau nggak bareng-bareng. Duh nasib.

Kemampuan membagi waktu Reyhan juga bisa dikatakan buruk melihat dari saat kelas kami bagi-bagi kelompok tugas.

Jikalau diberi waktu 10 menit untuk membentuk kelompok masing-masing, maka siswa lain akan menggunakan 5 menit untuk membagi kelompok dan 5 menit lagi untuk berdiskusi pembagian tugas. Setiap orang gengsi kalo nggak punya temen kelompok dong? Kalau Reyhan, maka hingga menit terakhir dia tetap seakan tidak peduli tidak punya kelompok. Tipe-tipe assassin emang lone wolf one man army gitu sih, tapi ya..

Dan saat Kanisa nyebutin nama-nama kelompok, dia akan menyadari bahwa jumlah anak dalam list nya kurang satu, tapi saat dia nanya ke kelas nggak bakal ada yang ngangkat tangan.

Baru setelah panggilan ke-5 Reyhan celingak-celinguk, (Mungkin) menyadari dirinya makhluk sosial serta pentingnya teamwork kemudian mengangkat tangan dengan polosnya: "Iya deng gue."

Banyak alasan buat membenci Reyhan, tapi anehnya segala eccentric traits (Menyebalkan) yang ia memiliki, tanpa kami sadari justru membuat kami lebih peduli padanya. Jika ulangan, siapa yang akan kami ingatkan untuk membulatkan jawaban? Reyhan. Jika bagi-bagi kelompok, siapa yang akan kami ingatkan untuk mencari kelompok, atau bahkan memasukannya langsung ke dalam kelompok kami? Reyhan.

Itu kawan, keajaiban dari solidaritas kelas.

2 Itu Teman, 37 Itu Satu Kelas! [HABIS GELAP TERBITLAH BUKU]Where stories live. Discover now