empat |LAMP|

62 11 9
                                    

-Kau hanya tau namaku, tanpa mengenal rupaku.-

Alfa POV

Sudah terbiasa dalam situasi seperti ini. Teracuhkan jika ada diantara 2 orang yang sedang berbincang.

''Oh jadi nama dia yaya'' gumamku pelan nyaris tak terdengar.

" Gua hitung satu sampe tiga kalo ga ada yang respon gua bakal ngegas. "
Gumam dalam hati

"1..."

"2..."

"3... Udah cukup. Mulut gua gatel" Ngedumel

"Kacang larang... Kacang larang... "

KRINGGGGG... KRINGGGGG..
Bel istirahat ke dua di mulai..

" Balik ke kelas yuk.. "Ucap si decan aka dedek cantik.

Tanpa sadar aku cengo, dengan tatapan miris bergumam

" Lah kok gua dikacangin ama dede' cantik. "

Tiba-tiba ada tangan yang menoel pundakku, auto nih kepalaku noleh manja

"Dede' cantik? Kenalin dong ama gua" Ujar seorang yang menoel pundakku tadi. Khevin.

" Idih ogah yang ada lu malah lupain gua lagi. " Sungutku tak terima

"Bah serah lu.. Gua cari ndiri dia." Bodo amat Khevin.

"Dijamin gabakal ketemu sama dia." Ujarku penuh kebanggaan

"... " Hening

"Cari sono kalo bisa palingan lu ya nyantol sama Keysa." Alfa

"... " Hening

"Yeuu.. Ngambek bae lu kek ceue". Ocehku

"... " Hening

"Weh.. Mpin udah ah ngambeknya."

Khevin terus aja jalan tanpa menghiraukan Alfa.

"Ya elah Mpin jangan ngambekan kayak cewek napa"

"........ "

"Mpin"

"Apasih ga jelas lu, siapa yang ngambek" Jawabnya dengan nada tak suka.

"Yaudah gimana kalo kita nanti pulang sekolah main,Kuy. " Tawarku dengan harap cemas.

"Ga. Gua ada kumpul basket." Tolaknya dengan nada santai.

"Bukannya sekarang gada latihan? Ngapain kumpul." Tanyaku

"Kepo."

"Ya udah gua ngajakin dede' cantik aja"

"Serah."

***

Sinar mentari senja mengiringi setiap langkah kaki menuju gerbang sekolah. Terlihat dua gadis remaja yang berjalan berdesakan diantara kerumunan siswa. Ya siapa lagi kalau bukan Lia dan Naya.

Dengan langkah setengah gontai, mereka berdua menuju tempat paling ujung di sekolah. Apalagi kalau bukan tempat parkir.

"Nay.. Diem diem bae dari tadi..  Ngomong kek" Celetuk Lia membuka percakapan diantara heningnya mereka berdua.

Yang diajak bicara hanya diam tak bersuara. Mendadak seperti bisu dan tuli. Ya itu lah Naya. Jika ada masalah, ia hanya bisa diam, tak mampu mencurahkan semua masalahnya dalam bentuk ucapan. Ia terbiasa menyelesaikan masalahnya dengan melarikan diri dari masalahnya. Setidaknya ia hanya meninggalkan jejak masalahnya dalam bentuk tulisan. Kalau sudah tidak tahan ia akan melarikan diri, ia biasanya mencari tempat sembunyi dan menangis sejadi-jadinya.

"Nay, lu kok diem sih " Lia mengulang pertanyaan lagi yang ditujukan pada seorang yang diajaknya bicara. "Apa dia ada masalah ya? Gamungkin dia diemin gua tanpa alasan. Coba tanyain aja deh. Sapa tau dia mau jawab dan gua bisa kasih solusinya. Yups Yups.." Batin Lia

"Lagi ada masalah ya? Cerita sini sama gua. Kali aja gua bisa kasih saran buat lu. Jangan dipendem sendiri. Berat Nay, Dilan mungkin juga gakuat nahannya. " Jelas Lia panjang lebar agar Naya bisa membagi separuh kisah suka dukanya pada Lia walaupun itu belum seluruh nya.

"Nay.. Oy..  Ngelamun mulu..  Ntar kesambet loh.."

Dengan kesabaran yang sudah melampaui batasnya,akhirnya Lia memanggil Naya setengah berteriak.

"Naya Airis Octasia Iqwilliondavhi" Teriak Lia menyebut nama lengkap dari sosok gadis yang ada disebelahnya.

"Hah.. Eumm..Iya apa?" Gelagap Naya panik yang sengaja ia tutupi dengan raut datarnya.

"Ihh.. Dari tadi juga gua ngomong ga diperhatiin. Lagian lu mikirin apaan sih? Pelajaran udah selesai kok masih dipikirin bae sih." Celutuk Lia .

"Hah.. Masa sih? Bukan apa apa kok" Gelagap Naya saat ia tertangkap basah sedang melamun. Ia pun berusaha untuk menutupi masalahnya dengan menjawab asal soal khevin mencari Lia tadi siang. Namun, Lia sedang tidak ada di kelas karena Ia sedang mengumpulkan tugasnya ke ruang guru. Alhasil, Khevin memanggil Naya yang kebetulan sedang di kelas sendirian. Ia hanya tau nama tanpa tahu rupa dari sosok ketum PMR.

" Oh iya.. Ya' tadi bangkhe nyari ketum PMR. Bukannya ketumnya itu lu ya?." Dan Naya berusaha mengalihkan topik perbincangan yang seharusnya tidak Lia ketahui dahulu.

Belum sadar dengan pengalihan topik, Lia menjawab dengan setengah grogi. Dari sehari yang lalu, ia tahu bahwa yang disebut bangke bangke oleh Naya itu ternyata adalah Khevin. Yang membuat Lia kesengsem terhadap Khevin hanya karena ia mirip dengan artis selebgram yang ia sukai sejak satu tahun yang lalu.

"Hah? Maksud lu Kak Khevin itu?" Cicit grogi Lia tak menyangka ia sedang dicari sang pujaan hati.

" Yups ya'. " Jawab Naya sekenanya.

" Mmm.. Trus, dia bilang apa?" Manik mata Lia mengerjap berkali kali karena tak sabar mendengar penjelasan selanjutnya.

"Eumm.. Dia cuman bilang " Bilang ke Ketum PMR, temuin gua pas jam istirahat pertama di kelas 12 ips 1. Penting."  Habis itu dia pergi tanpa pamit. Gituu" Naya menjawab apa adanya dengan meniru aksen dingin si Khevin.

"Ngapain?" Lia membeo.

"Tau tuh bangkhe. Yaudah besok pas jam istirahat samperin sana " Jawab Naya asal asalan.

Tanpa pikir panjang, Lia mengiyakan pernyataan Naya untuk menemui kakel nya itu. "Oke.. Tapi temenin gua ya.. Gaenak kalo sendirian. Kayak anak ilang aja. "

"Okeedee.." Jawab Naya semangat karena ia bisa cuci mata secara gratis.

***

Hai Hai.. Gimana gaes ..
Akhirnya, Lia bakal diketemukan sama khevin.. Ada yang senang ga nih.. Hiya hiya..
Tunggu kelanjutannya hanya di LAMP!!

Sekian
Salam Hangat

Manis

Look at me,Please!! (ᴘᴇɴᴅɪɴɢ)Where stories live. Discover now