Wattpad Original
There are 5 more free parts

Part 1: Tantangan Membawa Rasa

47.1K 3.1K 105
                                    

AKU berlari tergopoh-gopoh menuju sebuah restoran mewah yang terletak di menara MH Thamrin. Lokasi pestanya berada di lantai paling atas dengan fasilitas infinity pool serta dilengkapi mini bar. Sejenak aku memperhatikan sekeliling, pemandangan lampu malam dari gedung-gedung pencakar langit Kota Jakarta, nyatanya menambah kesan classy nan elegan pada suasana acara.

Malam hari ini merupakan pesta ulang tahun Emeri yang ke-27. Dibesarkan dari keluarga yang sangat berkecukupan membuat kehidupan sosialnya berada di tingkatan atas. Pesta utama dengan keluarga intinya sudah diadakan minggu lalu, dan malam ini layaknya pesta reuni karena yang datang mayoritas teman-teman kuliah.

Entah, ini merupakan keberuntungan atau justru kesialan bagiku menjadi teman dekat Emeri sejak awal kuliah. Menurut banyak orang, dekat dengan orang kaya itu enak. Bisa ketularan famous atau minimal ikut merasakan sedikit uang mereka, karena sering ditraktir makan, diajak belanja, menonton, bahkan sampai dibayarin jalan-jalan ke luar negeri.

Semua asumsi itu enggak salah juga. Aku memang sering kebanjiran suvenir ketika mereka liburan, dan pernah juga diajak liburan ke negara tetangga. Kendati demikian, jauh daripada itu terkadang aku merasa insecure berada di antara mereka bertiga.

Bukan. Bukan karena aku merasa minder dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepadaku, tetapi bagaimana, yah? Tetap saja, ada kalanya aku merasa "kecil" di kalangan mereka.

"Telat lo!" seru ketiga temanku. Emeri, Kiara dan Maura sudah duduk berjejer di sofa panjang.

"Sorry-sorry ada kunjungan nasabah tadi, dadakan banget. Masih mending gue dateng, Gengs." Aku langsung meneguk air mineral di atas meja setelah membuka segel kemasannya.

"Harus datang dong, Riv." Emeri menyahut seraya memintaku untuk duduk bersama mereka.

"Nih, biar enakan!" Kiara menyodorkan minuman beralkohol padaku. Aku mencibir ke arahnya.

"Gue bukan tukang mabok kayak lo!" sergahku padanya lalu kembali meneguk air mineralku. Kiara hanya menyengir lebar mendapat sindiran dariku.

Gadis itu memang sering minum saat ada acara pesta seperti ini. Aku enggak bisa melarang atau menghentikannya, toh Kiara sudah besar. Ia tentu tahu mana yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri. Dibanding Emeri dan Maura, aku dan Kiara lebih dulu menjalin persahabatan bahkan sudah sejak SMP.

"Jadi lo terima dare dari kita dong, Riv?" Maura mengalihkan topik.

"Duh, memangnya dijadiin tuh? Gue kira bercandaan doang," kataku sedikit cemas. Pasalnya di grup chat tadi aku hanya iya-iya saja. Aku juga enggak tahu, setelah itu mereka membicarakan dan merencanakan hal apa lagi.

"Ya serius lah," timpal Emeri.

"Karena lo yang datang paling telat di antara kita, itu artinya Rivka kalah ya, Gengs. And the dare is ...."

"Apaan?" tanyaku mulai penasaran. "Gue oke aja asal enggak aneh-aneh ya," tambahku, lalu kembali meneguk minumanku akibat rasa haus yang masih bersarang di tenggorokan.

"You have to be stranger," ujar Maura dengan senyum misterius.

Ini maksudnya bagaimana? Menjadi orang asing yang seperti apa? Ada-ada saja rencana mereka ini.

"Untuk apa?" Aku lumayan bingung karena enggak mengikuti isi chat mereka ketika meeting tadi.

"You have to kiss a stranger!" Kiara melanjutkan penjelasannya.

"What, are you crazy, huh?" Hampir saja aku menyemburkan air mineral ke wajah mereka kalau enggak menahannya.

"Kita udah sepakat, kan, Gengs?" Ketiga gadis di hadapanku justru mengangguk dengan senyum mengembang.

Target RasaWhere stories live. Discover now