bab 1: kesempatan kedua

41.6K 2.8K 174
                                    

''Ughh.. ''

Aira terduduk kaku, tangannya tertekuk memijat dahinya yang terasa sangat sakit dan berdenyut-denyut.

Rasa sakit nya, seperti kepalanya telah dipukul dengan balok besi berulang-ulang kali.

Dia membekap kepalanya sendiri karna tidak tahan dengan rasa sakit itu, sesekali dia menarik-narik rambutnya karna frustasi akan rasa sakitnya.

Saat berlalunya waktu, yang terasa seperti selamanya, sakit dikepalanya semakin lama semakin berkurang, barulah dia bisa berfikir jernih.

Bukankah dia sudah mati? Masih bisakah orang mati merasakan sakit?

Matanya beralih kesekeliling ruangan, yang dia tahu bahwa ini adalah sebuah kamar.

Dimana ini?

Dinding yang terbuat dari kayu, karna sudah terlalu lama usianya, dinding kayu itu sedikit berkeropos dan garis-garis retak berwarna hitam itu dapat terlihat dari jauh. Lampu diatas telah redup meninggalkan cahaya kuning yang hanya berkedip-kedip, membuat ruangan kamar ini terasa suram dan sangat rapuh

Kamar ini sangat sederhana, ukurannya sangat kecil yang hanya bisa memuat satu ranjang, serta satu lemari.

Ini ...

Aira tidak akan pernah lupa akan ruangan ini.

Dia berjalan dengan linglung membuka lemari kayu yang teletak di samping ranjang, meraih kaca kecil di laci lemari yang tempatnya sangat diingat.

Di bayangan cermin muncul segambar wajah gadis berkulit coklat karna terus terpapar sinar matahari, mata bengkak dan sembab, hidung yang sedikit merah tetapi bentuknya mancung yang kecil dan lurus, bibir pink dengan sedikit gelap di pinggirnya.

Dia tercegang, mencubit pipi kecil yang kurus itu. Dia mencubitnya dengan sekuat tenaga, sampai berwarna merah cerah dikulitnya yang coklat.

Rasanya sangat sakit, tetapi dia masih belum mempercayainya, dia mengusap pipinya beberapa kali secara kasar sebelum terus mencubitnya hingga terasa mati rasa.

Ini memang nyata.

Dia terjatuh kelantai, seperti kehilangan tenaga, dadanya yang sesak dan sakit terasa sangat terhibur bahwa itu hanyalah sekedar mimpi buruk.

Mimpi itu sangat lah nyata, terasa sangat menyakitkan, lebih menakutkan dari sekedar bertemu hantu.

... Karna di mimpi itu, dia adalah hantu nya sendiri.

Mimpi yang sangat panjang, dari dia dilahirkan hingga dia mati.

Dia mengedarkan pandangannya kesekeliling dengan tak percaya.

Apakah itu semua benar hanya mimpi?

Dobrak!!

Suara pintu yang dipaksa terbuka mengejutkan Aira.

Aira tersentak melihat ke arah pintu kayu yang telah terbuka dengan paksa, dan disitu dia lebih terkejut lagi dengan siapa yang mendobrak pintu itu sendiri.

''Aira, ayah datang kesini untuk membawamu, jangan mengunci pintu dan menghindari ayah. Ayah akan menjagamu mulai sekarang, kau harus ikut ayah. Jangan keras kepala! Ayah tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian didesa ini... Aira, ikut dengan ayah, ayah mohon..''

Lelaki didepannya itu berlutut dan mengatakan kata-kata yang dikenal dengan tatapan tak berdaya. 

Ayahnya berlutut dengan tangan menangkup kedua tangannya. Memohon.

Hasilnya, Aira gemetar.

.. itu bukan hanya sekedar mimpi.

Dimimpi itu, Aira adalah anak desa sederhana yang hidup dengan nenek serta ibunya, dia dilahirkan dengan ibu yang sudah menjadi gila karna ditinggalkan oleh suaminya, dan itu membuat nenek yang berakhir bekerja keras menjadi petani untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari.

AIRA (On Going)Where stories live. Discover now