Tiga Puluh Empat

6.5K 308 24
                                    

Setelah makan malam selesai, Amaris pamit untuk pulang. Dia katanya harus memberi makan ternaknya.

Brian ingin memberi imbalan pada Amaris tapi wanita itu menolak. Katanya ia tulus menolong Sabrina. Lagipula Amaris merasa senang karena Sabrina dan Dhafin sudah mau menemaninya, membuat ia tidak kesepian.

Brian menyuruh supirnya untuk mengantar Amaris ke halte bus. Tak hentinya Brian mengucap terimakasih pada Amaris.

Brian mendorong kursi roda Sabrina masuk ke dalam kamarnya bersama Dhafin yang terus berada di gendongannya sejak makan malam tadi.

Pria itu menurunkan Dhafin ranjang lalu setelah itu ia menggendong Sabrina ke atas ranjangnya.

"Dhafin, sini"

Anak itu buru-buru naik ke atas tempat tidur, kembali ke pangkuan Brian dan memeluknya erat. Pria itu membalas pelukannya.

"Bi, tidak masalah jika aku tidur di sini?" tanya Sabrina pada Brian.

"Tidak masalah. Rumah ini cuma punya 3 kamar. Satu kamar untukmu, satu kamar untuk Jessica, dan satu kamar untukku. Mungkin kamarmu sudah bisa digunakan besok. Aku akan menyuruh orang untuk membersihkannya"

"Ada kamar untukku?"

"Ada. Semua barang-barang milikmu aku pindahkan ke sana"

Sabrina tersenyum kecil.

"Bi, aku berencana ingin memintamu untuk tes DNA dengan Dhafin"

"Untuk apa?"

"Untuk membuatmu percaya"

"Tidak perlu. Aku percaya Dhafin adalah anakku. Dia sangat mirip denganku. Kami sama-sama mempesona"

Sabrina terkekeh. "Yah. Kalian sama-sama mempesona. Tapi aku yakin Bi, kau butuh bukti yang asli. Kau butuh bukti untuk lebih meyakinkan dirimu sendiri" ucapnya lalu menyentuh tangan Brian.

"Baiklah. Besok aku akan menyuruh dokter datang ke sini. Padahal aku sangat yakin tapi jika itu mau, yasudahlah"

Sabrina menyandarkan kepalanya pada bahu Brian lalu memeluk pria itu dari samping.

"Sekali lagi maafkan aku, Bi. Seharusnya aku memberitahumu lebih awal tentang Dhafin. Seharusnya aku memberitahumu sebelum kecelakaan itu"

"Tidak perlu dipikirkan terus. Aku berjanji akan melindungi kalian. Aku tidak akan membiarkan kalian kesulitan lagi"

"Aku percaya padamu. Terimakasih"

"Tolong ceritakan tentang Dhafin. Apa kau punya foto-fotonya saat bayi?"

Brian mengelus pucuk kepala Dhafin yang entah sejak kapan sudah terlelap.

"Aku punya foto-fotonya. Besok akan ku tunjukkan. Mungkin ada di dalam tas"

"Baiklah. Aku akan memajangnya di ruang depan"

"Kau harus tahu, Bi. Dhafin lahir lebih cepat dari bayi-bayi lainnya. Dia lahir saat usianya baru tujuh bulan. Aku sempat berpikir bahwa dia mungkin dia tidak akan bertahan. Ukuran tubuhnya sangat kecil dan dia bahkan harus disimpan di dalam inkubator. Kasihan sekali jika mengingat saat-saat itu"

"Benarkah? Apa dia tumbuh dengan sehat? Apa dia tidak sakit-sakitan?"

"Dia tumbuh sangat sehat, Bi. Syukurlah dia juga jarang sakit"

"Sepertinya kita harus ke rumah sakit besok. Aku akan melakukan pemeriksaan kesehatan untuk Dhafin. Sekalian untukmu juga"

"Kau selalu berlebihan. Baiklah jika itu maumu. Tentang Dhafin, dia itu anak yang cukup pendiam saat bertemu orang baru. Jadi sabar saja jika dia hanya mengangguk atau menggeleng jika kau tanya"

After Met You (COMPLETE) ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang