Tiga Puluh Tujuh

7.2K 325 18
                                    

"Kau harusnya berhati-hati, Jes. Bagaimana jika mobil itu tidak hanya menyambarmu?"

Demi apapun, Jessica sangat ingin mengumpat atau tidak menyumbat mulut Brian yang daritadi tidak berhenti mengoceh. Rasanya ia ingin loncat saja dari mobil. Sayangnya tidak bisa, tapi Jessica mau. Wanita itu tau, jika dia membalas perkataan Brian, semuanya makin rumit. Diam adalah pilihannya yang paling waras.

Dhafin dan Sabrina terlihat sedang bermain di halaman saat Brian dan Jessica baru sampai. Brian, pria itu, sebenarnya tidak pernah marah kepada Jessica atas kejadian yang menimpa wanita itu. Brian hanya kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Jessica dengan baik.

"Dhafinnn!" teriak Jessica bersemangat. Anak itu berlari ke arahnya lalu memeluk pinggangnya.

"Darimana? Afin sepi"

Jessica mengusap rambut Dhafin yang sedang menongak menatapnya dari bawah. Mata bulat anak itu seperti memiliki ribuan pertanyaan yang mau tidak mau harus Jessica jawab.

"Aku melupakan tasku di rumah lama jadi aku pergi mengambilnya"

"Lalu, kenapa sampai luka?"

Dengan penuh perjuangan Jessica berjalan menuntun dirinya dan Dhafin ke tengah halaman rumah lalu duduk di atas rumput hijaunya.

Brian mendekati Sabrina untuk menanyakan bagaimana perkembangan kakinya. Keduanya hanya mengamati Dhafin dan Jessica dari jauh.

Brian terus tersenyum menatap keduanya.

"Kau," Sabrina membuka suara, membuat pandangan Brian beralih ke padanya.

"Aku? Kenapa?"

"Kau mencintainya, kan?"

Brian tersentak kaget mendengar ucapan Sabrina. Wanita itu menatapnta menuntu jawaban.

"Benar, kan?" tanya Sabrina lagi.

"I--iya. Aku mohon kita bisa --"

"Tidak masalah, Bi. Aku seharusnya membicarakan ini denganmu lebih awal." Sabrina tersenyum penuh luka. "Seharusnya aku yang bisa tahu diri. Seharusnya aku yang tidak terlalu berharap banyak"

Cairan bening mulai mengalir membasahi wajah Sabrina.

Brian tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia bingung harus mulai menjelaskan semuanya darimana. Benar ia mencintai Jessica, tapi dia juga tidak sanggup melihat Sabrina menangis.

"Sabrina, kita bisa membicarakan semuanya. Aku mohon, berhentilah menangis"

"Aku memang tidak pantas untukmu, Bi. Aku terlalu mencintaimu tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu"

Jessica melirik ke arah Brian dan Sabrina yang duduk saling berhadapan.

Jessica tidak bisa melihat wajah Sabrina karena wanita itu duduk membelakanginya. Yanf Jessica bisa lihat adalah, Brian, pria itu memegang erat kedua tangan Sabrina sambil terus menatapnya.

"Ayo main lagi" Dhafin menarik lengan Jessica. Pandangan Jessica teralihkan.

"Ha? Yah. Ayo main lagi"

"Gunting, kertas, batu!"

Pikiran Jessica melayang-layang, berusaha menggapai kepercayaannya untuk Brian.

Bagaimana mungkin, dia yang mengaku tidak mencinta bisa terluka.

Sedangkan dia, yang mengaku mencinta terlihat bahagia bersama wanita lain.

"Aku menang!!"

Dhafin loncat-loncat di depan Jessica yang masih setia duduk di atas rumput. Jessica tersenyum pada Dhafin.

After Met You (COMPLETE) ✅✅Where stories live. Discover now