Satu: Kejutan

97 4 0
                                    

Seya mendengkus kesal sambil menatap layar ponselnya. Han Seungwoo. Satu nama itu yang membuat Seya mendengkus seperti tadi.

Dari dua hari yang lalu Seungwoo tidak menghubunginya, jangankan itu, dihubungi saja tidak bisa. Padahal sudah banyak pesan yang dikirimkan Seya kepadanya tapi semua hanya menjadi pesan-pesan terkirim yang tidak dibaca di chatroom antara dia dan Seungwoo. Bodohnya dia tetap menunggu Seungwoo sampai detik ini.

"Permisi Nona, mohon maaf kafe kami harus tutup lebih cepat." Seorang pelayan wanita menghampiri meja yang Seya tempati.

"Ah, baik. Terima kasih sudah diberitahu." Dia bergegas merapikan seluruh barang miliknya di atas meja, lalu beranjak keluar dari kafe.

"Kamu sudah di luar Seungwoo?"

Langkah Seya terhenti ketika kedua telinganya tak sengaja menangkap suara dari kasir kafe itu.

"Aku sudah selesai, karyawanku masih membereskan kafe karena tadi masih ada pengunjung yang belum pulang,"

"Ah kamu masuk saja, di luar sedang dingin. Baby Daniel tidak ingin kamu kedinginan."

Dia tidak tahu siapa yang sedang menelpon tersebut dan dia tidak yakin Seungwoo mana yang disebutkan oleh suara itu, tapi anehnya kedua kaki Seya benar-benar tidak bisa kembali melangkah. Sampai saat pintu kafe itu terbuka pun, bukan hanya kaki Seya yang tiba-tiba tidak bisa berfungsi jantungnya juga langsung terasa berhenti bekerja.

Di ambang pintu kafe itu berdiri seorang Seungwoo yang sedang dia tunggu sedaritadi.

- - - - -

"Seungwoo! Kamu sudah di sini?"

Seya menoleh ketika mendapati seorang wanita memanggil Seungwoonya. Wanita itu melewatinya begitu saja untuk berlari memeluk laki-laki di ambang pintu tersebut. Seya tidak bisa berbuat apa-apa, kerja tubuhnya benar-benar serasa mati total. Hal yang tambah menyakitkan adalah ketika Seungwoo ternyata juga menyambut pelukan wanita itu dengan sangat hangat.

Hati Seya mencelos. Apakah Seya pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari Seungwoo? Entahlah, rasanya sekarang Seya tidak mengingat apa saja yang sudah pernah dia lewati bersama Seungwoo selama ini.

"Yoon Seya ...."

Bodoh. Bukannya beranjak pergi tapi Seya malah merespon panggilan tersebut dengan menatap balik Seungwoo yang kini memberikan tatapan terkejut padanya. Hening sebentar karena kedua insan itu sama-sama terkejut, namun Seungwoo kembali membuka suaranya.

"Bisa kita bicara?"

- - - - -

Mereka benar-benar akan bicara, bukan empat mata melainkan enam mata karena wanita tadi bersikeras untuk duduk tepat disamping Seungwoo. Rasanya ini seperti Seya sedang dimarahi kedua orang tuanya karena ketahuan mendapatkan nilai jelek saat ujian. Lucu sekali, namun Seya tidak bisa lari begitu saja, dia ingin mengetahui apa yang sedang terjadi sehingga dia mendapatkan pemandangan seperti ini tepat di hadapannya.

"Chanmi, ini Seya. Seya, ini Chanmi." Bukannya mulai menjelaskan, Seungwoo malah memperkenalkan mereka berdua yang Seya rasa sangat tidak perlu dan sangat tidak ia butuhkan.

"Chanmi, calon istri Seungwoo." Wanita bernama Chanmi itu mengulurkan tangannya ke hadapan Seya. Kalimat yang keluar dari mulutnya sedikit membuat Seya terkejut.

"Apa yang mau kamu sampaikan?" Seya mengacuhkannya, tatapannya lurus terarah pada Seungwoo.

Seungwoo menghela nafas, ia menarik mundur lengan Chanmi dari hadapan Seya. "Maafkan aku Seya."

AtlasWhere stories live. Discover now