Telat

65 3 0
                                    

Fellin

Aku hidup dalam dunia yang indah..

Walau hanya menjadi penonton di barisan belakang...

Tapi aku bahagia...

Seharusnya memang begitu....

Aku berlari tergopoh-gopoh menuju koridor kelas, tubuhku makin terhuyung saat buku tebal ratusan halaman itu di pelukanku, hampir saja kacamataku ingin jatuh karena tubuhku tak seimbang, helaan napas lelah tak berhenti berhembus dari mulutku.

"Fellin..." seseorang memanggilku, aku berhenti, berbalik arah menatap sumber suara.

"Jelita..." aku menatap gadis cantik bermata lentik itu, meski posturku lebih tinggi darinya. Tapi tetap saja masalah wajah dia begitu sempurna, malu sekali berdiri di dekatnya.

"Kamu kok santai aja, gak takut dimarahi dosen." Ujarku pada Jelita, wajahnya begitu tenang, padahal kami sudah terlambat sepuluh menit.

Jelita menggeleng, tersenyum kecil tanda tak ada khawatir didirinya.

"Buat apa sih cemas, toh dosennya baik kok."

Aku lupa dosen muda yang tampan itu tertarik dengan Jelita, setiap kali Jelita terlambat tak masalah baginya, bahkan setiap menerangkan tatapannya tak jauh dari Jelita, seolah hanya Jelita muridnya di kelas itu.

Tak perlu ditanya teman, siapapun bisa jatuh cinta pada bidadari ini. Rambut panjangnya ikal bercat merah. Matanya coklat terang telah ada sejak dia baru lahir, meski pendek dia memiliki tubuh yang bagus, kecil namun terlihat indah jika kaum adam menatapnya.

Namun, berbeda sekali denganku, terlihat cupu dan kutu buku jika dipandang mata. Kacamataku bulat besar tak suai sekali dengan wajahku yang bulat.

Walau begitu aku dan Jelita adalah teman, kami bersahabat sejak kecil, bahkan sudah seperti saudara. Jadi, tak masalah jika tampak sekali perbedaan kami.

"Yeeey.." aku mencibir resah, "Kamu sih asik, Pak Rio kan suka sama kamu, jadi terlambatpun  nggak masalah. Tapi..., aku.., baru mau masuk pasti langsung di usir" Aku menarik tangan Jelita, memboyongnya masuk kelas.

Benar saja kami terlambat, tapi untung pak Rio tidak datang, digantikan oleh asdosnya yang super tampan dan pintar, pantas saja tak ada mahasiswa yang tak jatuh cinta padanya.

Banyak sekali yang mengira asdos tampan ini cocok sekali dengan Jelita. Begitu sempurna jika mereka berdua berdampingan, bak raja dan ratu di negeri khayangan. Walau Jelita tak cukup tinggi jika berdiri di samping asdos tampan itu.

"Jelita" Benar saja, tak ada kata selain terpukau jika sudah melihat Jelita, mata sipit lentiknya membuat semua orang terpana. Asdos tampan itu sampai berkata lembut menyapa sahabatku itu.

"Kok kamu telat?" Tanya asdos itu, "Udah jam berapa ini?" suaranya berubah jadi tegas, aku bahkan terkejut menatap perlakuan asdos pada Jelita.

"Dengar ya semua...., jika keseringan terlambat, itu sama saja tidak berniat untuk kuliah. Hidup ini punya aturan, jadi jangan seenaknya.." suara asdos itu semakin lantang dan keras.

"Emang boleh masuk??" Asdos itu kini menatapku, aku hanya tertunduk karena malu bercampur takut. Aku malu jadi pusat perhatian, dan aku takut harus ambil jatah kuliah.

"Maaf, Kak.., tadi saya ketiduran." Ujar Jelita dengan suara lebainya. Berani sekali gadis cantik ini berkata jujur, santai tanpa takut sedikitpun.

"Ketidurann...ya." Asdos yang aku tak tahu namanya itu tersenyum kecil. "Kalau kamu bagaimana?"

Aku menatap Jelita. Jelita juga menatapku, lalu mengangguk pertanda asdos itu sedang bertanya padaku.

"Sa...,sa.., saya, Kak?" tanyaku balik sambil menunjuk diriku sendiri.

"Iya kamu..,"

"Tadi proyek saya ketinggalan di kos kak, jadi.., terpaksa deh, pas sudah sampai di sini, saya balik lagi ke kos." Aku mengatakan apa adanya dengan jujur. Kepalaku menatap lantai bahwa aku tak sanggup melihat puluhan mata memperhatikanku. Aku tak suka..., terutama pada saat dulu. Mereka yang memperhatikanku dan akhirnya menjatuhkanku.

"Karena kalian jujur..., berarti saya juga harus jujur. Kalian berdua duduk di pintu itu, sampai kelas selesai." Ntah siapa yang ditunjuk kak asdos, tapi aku tahu jari telunjuknya mengarah kepadaku dan Jelita.




Only YouWhere stories live. Discover now