two

2.5K 301 30
                                    

Yeonjun hampir jatoh mundur sesaat setelah dia keluar kamar karena matanya bertatapan sama sesosok manusia yang bikin dia merinding dengan mata dingin yang amat menusuk dan- paras yang amat imut.

"Siapa lo!?" kata dia sambil megangin dadanya.

╔═══*.·:·.☽✧    ✦    ✧☾.·:·.*═══╗

g h o s t - 2
“what am I?”

╚═══*.·:·.☽✧    ✦    ✧☾.·:·.*═══╝


Bukannya jawab, orang yang ngebuat gejolak gejolak aneh itu malah ikutan mundur, malah ikutan takut.

Yeonjun jadi merasa bersalah.

Yeonjun netralin dirinya terus maju ngedeketin manusia imut itu. Yeonjun maju, dia mundur. Kayak hubungan ini yang terus maju mundur.

Ciailah.

"Sorry, gue ga maksud buat lo takut," Yeonjun megangin belakang lehernya, matanya cuma bisa ngeliatin deretan tangga disebelahnya seakan tangga itu adalah seni terbaik di dunia ini.

Tapi pas Yeonjun ngeliat ke depan lagi, orang itu sudah hilang. Yeonjun antara takut, penasaran, tapi masih kebayang-bayang wajah takut orang tadi, ngebuat dia ngerasa bersalah juga.

Tapi bodo amatlah, Yeonjun turun aja ke bawah.

Pas Yeonjun lagi nurunin tangga dia jadi kepikiran, "ini beneran 2050? Tangga gue nggak berubah sama sekali tuh," kata dia masih nurunin tangga dengan langkah yang cepat.

"Tapi, perabotannya juga nggak ada yang berubah- apa-"

"Karena terlalu banyak kenangan di rumah ini," bisik seseorang ngebuat Yeonjun auto liat ke belakang. Tapi gak ada orang.

Yeonjun bergidik ngeri untuk kedua kalinya. Sumpah, rasanya dia nggak mau tinggal di rumah ini.

"Mama! Papa! Dimana sih mereka?" Yeonjun ngeliat beberapa maid yang lalu lalang, tapi mereka kayak nggak nganggap Yeonjun ada. Tapi well, Yeonjun gak peduli sih. Dia nggak begitu sering manggil maid buat ngelayanin dia.

"Ma, kok di rumah ini ada orang lain sih?" tanya Yeonjun nyamperin mamanya yang lagi nyiremin tanaman di belakang rumah.

"Ah masa sih? Temen kamu bukan? Yang namanya- siapa? Beomgyu? Yang cakep itu kan. Seneng mama kalo sama Beomgyu mah, geulis pisan atuh," kata mamanya Yeonjun ala-ala ibu sayur lagi ngerumpi.

"Apaan sih ma, Beomgyu juga siapa lagi?"

"Tetangga sebelah Jun, papa mamanya kalo nggak salah udah nggak ada tuh. Makanya Beomgyu suka main kesini. Cari temen kali."

"Gitu? Papa mamanya gak ada terus yang ngasih dia makan siapa?"

"Papa mamanya nggak ada. Bukan uangnya yang nggak ada Jun, holkay. Boleh juga tuh kamu gebet."

"Aku? Jadi duta shampoo lain? Hahahaha emang mama takut sama generasi ke 8 kita ya?"

"Generasi ke 8 apa sih Bin?"

"Kan uang kita gak bakal abis 7 turunan, siapa tau turunan ke 8 abis."

"Ngelawak kamu Jun? Nggaklah. Sebelum papa kamu jodohin sama yang nggak-nggak. Lagian Beomgyu kan jarang handle perusahaan, dia mah terima duitnya aja. Mending kamu nikahin, selamatin perusahaannya. Lagian ya Jun, kalo nggak pun, mama yakin, kamu bakal dijodohin sama yang aneh-aneh!" kata mamanya lagi ala-ala ibu gibah.

"Ntar ya mah, mata ini baru mulai jatuh cinta, belom bangun cinta."

"Kapan-kapan kalo kamu ngeliatin Beomgyu mama pengen liat ah."

"Hah? Ngapain?"

"Kata papa kamu, dia nikahin mama karena papanya papa kamu bilang, 'cara kamu natap dia sama kayak cara papa natap mama kamu dulu' gitu! Siapa tau kamu beneran jodoh sama Beomgyu?"

"Apaan sih ma? Nggak ngerti aku."

"AUK AH! SUSAH NGOMONG SAMA HUMAN KAYAK KAMU!"

"Ya lagian udah generasi ke segini nama aku masih Yeonjun. Ganti kek, biar seru," kata Yeonjun sambil rolling eyes terus masuk ke rumahnya.

"Kayak generasi dulu ada yang namanya Yeonjun aja!"

"Ada!" teriak Yeonjun dari dalem rumahnya.

Yeonjun ngambil gelas terus dia ngisi air, haus dia tuh menerima segala keanehan hidup ini. Tapi setelah dipikir-pikir lagi..

"Jangan-jangan, gue reinkarnasi!? Berarti gue udah mati dong!? wait- wait- nggak! Masa gue harus!?" gelas ditangan Yeonjun jatoh terus langsung pecah berkeping-keping.

Yeonjun keluar dari dapur, ngebiarin semua maid yang ngebersihin kepingan gelas itu.

Pas otaknya masih dilanda angin puting beliung, tiba-tiba ada yang nyolek Yeonjun, "kamu masih kenal aku?"

Yeonjun loading dulu bentar, terus dia megangin dadanya, gatau rasanya kaget, sakit, sama hormon nyatu jadi satu.

"Nggak yah," kata dia terus ngejauh terus duduk tenang sambil nunduk.

"Nama lo-"

"Beomie!" kata dia cepet.

"Beomie?"

"Iya. Choi Beomie."

"Lo- imut," kata Yeonjun final yang nggak bisa nahan gejolak hormon masa-masa mudanya.

Otak Yeonjun bahkan nggak bisa stop ngereplay tampilan wajah Beomie pas dia nanya, 'masih kenal aku?' deket, manis, imut. Pengen Yeonjun unyel-unyel terus cium-ciumin.

Susah emang anak muda jaman sekarang. Maunya nyosor mulu.

"Lo anak sebelah?" tanya Yeonjun.

"Maksudnya rumah di sebelah?" tanya balik Beomie.

"Iya."

"Aku tinggal disini."

"Eh, sejak kapan?"

"Tahun lalu."

"Kenapa?"

"Mamanya Yeonjun yang ngasih, mamanya Yeonjun baik!" kata Beomie terus nunjukin kedua jempolnya yang langsung diturunin pas Yeonjun mau megang.

"Sorry," kata Yeonjun ngerasa lancang megang Beomie.

"Nggakpapa sih sebenernya," kata Beomie sambil garuk-garuk belakang rambutnya.

"Lo tidur dimana?" tanya Yeonjun lagi.

"Sebelah kamar Yeonjun."

"Ooh, gue boleh nanya sesuatu?"

"Iya?"

"Dulu gue orangnya kayak gimana?"

"Nggak peka."

To be continued.

[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/BeomjunМесто, где живут истории. Откройте их для себя