twenty-seven

842 124 7
                                    

╔═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══╗

g h o s t - 27
"I'll be there"

╚═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══╝

Yeonjun menyeka darah yang terus-terusan keluar dari hidung Beomgyu. Ia menaruh dompet di kasir sebuah minimarket menyuruh sang penjaga kasir untuk langsung mengambil uang dari dompetnya.

"Maaf," tuturnya membuka dompet Yeonjun.

"Mba, tolong bukain tissuenya dong!" mendengar penuturan Yeonjun yang penuh kekhawatiran pegawai minimarket itu jadi ikutan panik hingga ia sedikit kesulitan saat membuka plastik tissuenya.

"Makasih," tutur Yeonjun menyeka darah-darah yang terus bercucuran.

"Itu dia nggak dibawa ke rumah sakit aja?"

"Tadi dia tidur, terus tiba-tiba mimisan, gue nggak tau kalo dia bisa mimisan pas tidur juga."

"O-oh saya kira pingsan."

Yeonjun mengambil dompetnya kemudian pergi, "tissuenya buat mba aja, makasih," ujarnya final kemudian berlari ke arah rumah sakit terdekat.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Yeonjun mengacak rambutnya frustasi. Ia pusing memikirkan cara untuk menyelamatkan Beomgyu yang hampir tak bisa diselamatkan.

"Hey.." orang berpakaian serba putih menepuk pundak Yeonjun sekilas kemudian mendudukan dirinya tepat di sebelah Yeonjun.

"What!?"

"Don't be so rude, you're still young."

"Young and dumb to know about love!? I've been over 30years if you want to believe some magic."

"Saya mana tau kalo kamu suka sama Beomgyu."

"Kenapa lo nggak selamatin Beomgyu dari dulu!?" Ujar Yeonjun meninggikan suaranya.

"Calm down boy. Saya mau ngomong kalo kamu bisa tenang."

"Ck."

"Beomgyu itu sebenernya udah pernah operasi pengangkatan sel tumor."

"Terus?"

"Tapi tumornya numbuh lagi. Nggak bisa di handle dan terlalu cepet. Pas kita mau ngejalanin operasi lagi, tumornya udah makin parah. Saya kasih tau ke dia kalo dia udah stadium 3, dari situ dia stop. Katanya dia capek."

"Kenapa nggak dibujuk!? Dia bisa sembuh kok!"

"Jangan egois. Beomgyu nggak sekuat itu. Dia baru keserang tumor setahun terakhir. Dia sekolah, nyari prestasi, bahkan sampe menang olimpiade supaya papanya tau kalo dia juga bisa. Tapi semuanya malah berbanding terbalik."

"Itu papanya aja yang tolol. Punya anak cakep, pinter, baik, malah dipukulin, dimaki, diinjek-injek."

"Kamu mau dengerin ceritanya atau mau ngatain papanya?"

"Mau denger ceritanya. Full. In your opinion."

"Okay. Dia ketawan menang olimpiade. Beritanya kesebar kemana-mana. Orang-orang yang bahkan nggak tau kalo CB group punya anak, akhirnya ketawan. Disaat-saat Beomgyu berjaya di kalangan sosmed ternyata dia tumor otak. Papanya marah, jadi dipukulin. Beomgyu sering kesini, kabur, sendirian, biasanya saya yang nanganin dia. Gratis. Bukan karena dia nggak punya uang, tapi untuk anak yang mentalnya seberantakan dia, saya nggak mau ngomongin tentang uang."

"Aku tau kok. Semuanya."

"Then..?"

"Aku mau nikahin dia."

"Good choice," sang dokter mengusak rambut Yeonjun kemudian berdiri untuk beranjak pergi.

"Totalin aja semua biaya penanganan Beomgyu selama dia disini. Aku yang bayar."

"You sure? Do you have any money, kid?"

"Aku pegang bagian produksi di perusahaanku tau nggak!? Seperempat saham di rumah sakit ini punyaku."

"Haha, okay babyboss. Tapi nggak perlu. Saya udah nganggep Beomgyu kayak anak saya sendiri. Cuma sayangnya Beomgyu masih anak orang lain jadi nggak bisa adopsi Beomgyu jadi saya cuma bisa ngumpetin dia dari rumahnya."

"Yaya, thanks to you. Now, leave!" Yeonjun mendorong punggung dokter itu kemudian kembali duduk, menelepon seseorang.

"Pa, aku mau nikah."

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

"Mood dia hari ini lagi baik, jadi pas banget kalian datang. Hari ini dia jadi anak yang penurut banget. Nggak ngomong atau ngebantah apapun,"

"Emang di hari-hari lain dia suka ngebantah?" Tanya Yeonjun agak memancing ayah dari anak yang ia sayang.

"Yaa.. begitulah, namanya juga remaja."

Tok. Tok. Tok.

"Saya mau masuk sendiri, boleh?" Sang ayah mengangguk kemudian tersenyum.

Ceklek.

"Yeon-"

"Sssstttt!"

"Kok kamu bisa disini?" Tanyanya setengah berbisik.

Yeonjun mengambil sebuah botol penghapus make up, menuangkan isinya ke sebuah kapas kemudian mengelapnya ke wajah, tangan dan kaki Beomgyu hingga tubuhnya kembali menampilkan bekas luka dan memar.

Yeonjun kemudian mengambil obat-obatan, mengolesnya di tubuh Beomgyu.

"Lo dijodohin kan?" Beomgyu mengangguk.

"Aku mau kabur, tapi jendelanya nggak bisa dibuka. Aku mau ..."

"Mau apa?"

"Aku percaya Yeonjun bakalan dateng. Katanya Yeonjun bakalan selalu ada kalo aku butuh kan? Kita bakalan selalu bareng-bareng sampe kita mati terus reinkarnasi?" Yeonjun mengangguk.

"Makanya aku turutin semua perintah papa. Katanya Yeonjun nggak bakalan terlambat."

"Gue emang nggak bakal terlambat, now, you are mine."

"Maksudnya?"

"Gue orang yang mau dijodohin sama lo."

"Loh tapi katanya namanya-"

"Gue udah batalin semuanya. Sekarang lo bakalan sama gue. Gue jamin, mulai sekarang lo nggak bakalan kenapa napa lagi," Yeonjun menempelkan bibirnya ketika darah kembali keluar dari hidung Beomgyu.

To be continued..

Wei jujur yaa, gue gagitu suka sm ending cerita ini :(

[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/BeomjunWhere stories live. Discover now