2. Tawaran Menggiurkan

7.8K 467 61
                                    

"Siapa yang bilang tiga puluh ribu dolar itu murah? Kita di sini hanya dibayar 15 dolar perjam. Untuk mendapatkan tiga puluh ribu dolar, kita harus bekerja berbulan-bulan." Kelly mengambil foto Calla dalam sekali jepretan, lalu jari-jari lentiknya mengutak-atik ponsel. "It's done! Tinggal tunggu notifikasinya."

Gilbert mengembus napas lega. Setidaknya, ia sudah memberi jalan pada Calla untuk mendapatkan uang yang dibutuhkannya. Masalah nanti gadis itu bisa mendapatkannya atau tidak, Gibert hanya berharap yang terbaik.

"Okay, Ladies. Sudah selesai main ponselnya. Kita bekerja kembali. Pengunjung menunggu pelayanan terbaik," ucap Gilbert memberi peringatan sambil bertepuk tangan ke atas.

"Oke, Bos!" tanggap Calla dan Kelly nyaris bersamaan.

Calla dan Kelly kembali ke meja-meja pengunjung, kemudian mencatat dan mengantar pesanan mereka. Beberapa puluh menit kemudian Kelly menarik tangan Calla yang sedang berdiri di depan meja bar menunggu bartender menyiapkan minuman pesanan pengunjung.

"Ada apa?" tanya Calla.

"Kau berhasil mendapat kencan. Ada yang mau membayarmu tiga puluh ribu dollar," kata Kelly pelan dan hampir berbisik.

"What?!!!" Calla membulatkan matanya lalu membatin, Hanya orang tidak waras yang mau membayar tiga puluh ribu dolar untuk berkencan dengan seorang pelayan bar.

"Kau serius, Kelly?"

"Kau mau atau tidak? Orangnya sudah ada di sini. Di bar ini."

"Yang mana?" Calla mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang bercahaya sedikit redup itu.

Kelly kembali memperhatikan layar ponselnya. "Tunggu. Di sini, dia bilang duduk di sudut kanan. Meja nomer 16."

Pandangan Calla menyisir meja-meja pengunjung sampai tiba di meja nomor 16. Matanya melebar melihat sosok terduga calon konsumen. "Oh, yang benar saja!"

"Dia pria tua, Kelly. Dia pantas menjadi kakekku." Calla bergidik ngeri.

"Bukankah itu bagus, Cal. Kau tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk berkencan dengannya. Mungkin mendengar ocehanmu saja dia langsung tertidur." Kelly tertawa pelan.

"Payah kau, Kelly!" Calla cemberut, tapi beberapa detik kemudian ia menyetujui kencan konyol itu. "Oke. Demi tiga puluh ribu dolar sialan itu aku setuju. Bawa aku padanya." Akhirnya Calla nekat menemui pria yang memesan jasanya via aplikasi dating.

Kelly membawa Calla untuk menemui pria tua itu. Sedikit berbincang, pria tua itu lalu membawa Calla ke luar dari bar. Calla tercengang saat pria itu menunjukkan mobil mewah pabrikan Jerman yang akan membawa mereka berdua.

Oh God! Pria tua ini sepertinya orang kaya. Pantas saja dia mau membayar tiga puluh ribu dolar untuk berkencan dengan pelayan bar sepertiku, batin Calla.

Setelah melewati perjalanan hampir satu jam, Calla dan pria tua itu tiba di salah satu gedung kondominium termewah di Manhattan, tepatnya di kawasan Tribeca. Ini pertama kalinya Calla menginjakkan kaki di gedung kondominium yang menjadi hunian beberapa miliarder Amerika Serikat. Jantungnya mulai berdegup kencang dan dia mulai mengkhawatirkan dirinya sendiri. Selama ini dia hanya tinggal dan bersosialisasi di kawasan "orang biasa" di Belmont, kawasan yang dihuni mayoritas keturunan Italia. Bahkan, gedung apartemen tempat tinggalnya terbilang salah satu gedung tua dan jauh dari kata mewah.

"Mmm, Tuan. Maaf, aku lancang. Boleh aku tahu namamu?" tanya Calla hati-hati saat mereka berada di dalam lift privat.

Pria berambut putih itu hanya tersenyum tanpa menyebutkan namanya.

Terjebak Cinta Dua Penguasa (Chasing Commitment)Where stories live. Discover now