05

18 2 0
                                    


Ratih pertama kali mengagumi Arilyo adalah saat cowok berkacamata itu menjadi seorang penerjemah. Pada waktu itu sekolah mereka mendatangkan seseorang yang tuna netra dari negara Korea untuk memberikan inspirasi bagi para pelajar.

Orang Korea itu mengaku hanya tinggal bersama Ibunya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di korea, dan dia sama sekali tidak memiliki harapan untuk sekolah karena biaya dan kondisinya yang tuna netra.

Orang Korea itu tidak tahu Bahasa Indonesia, jadi dia berbicara menggunakan Bahasa Inggris. Arilyo menerjemahkan setiap kata yang keluar dari pria Korea itu dengan lancar, tidak ada keraguan sama sekali dalam menerjemah.

Saat itu Ratih yang sedang berbaris di barisan kelasnya terpana, dan saat itu pun jumlah orang yang mengagumi Arilyo sangat banyak. Di wajah Arilyo ada ketegasan saat berbicara di depan umum, saat berhenti bicara Arilyo biasa menjilat bibir tipisnya dan hal itu bikin cewek-cewek terpana. Matanya tajam seperti mata elang, sungguh ini nyata sekali.

Saat itu menurut penilaian Ratih, Arilyo adalah seseorang yang dingin seperti di kebanyakan novel yang pernah dibacanya. Namun untuk pertama kalinya Ratih berbicara dengan Arilyo semua anggapannya tidak benar sama sekali.

Eh iya, Ratih pertama kali berbicara dengan Arilyo saat gadis berambut hitam legam itu menemukan kunci mobil di lapangan dan saat diumumkan lewat pengeras suara milik sekolah, ternyata itu adalah milik Arilyo.

Sebagai ucapan terima kasih Arilyo mengajak Ratih makan di Real Café, dan entah bagaimana mereka makin dekat mulai dari sering chat-an lewat line dan Instagram sampai akhirnya sekitar seminggu yang lalu Arilyo nembak Ratih di taman dekat rumah gadis itu. Kata Arilyo dia ingin bertemu gadis itu, ada yang perlu dibicarakan. Tapi yang ada Arilyo malah nembak Ratih disana.

Dan yang Ratih bingungkan sampai hari ini adalah, bagaimana Mody bisa tahu padahal rumah mereka tidak dekat, dan taman itu selalu sepi.

"Ratih, are you okay?"

Ratih tersentak, dirinya melamun sampai lupa guru Bahasa inggrisnya masih di dalam. "Yes mam!" sahutnya cepat.

"Owh okay please looked white board!" perintah mam Sinta, Ratih mengangguk cepat berusaha mengikuti pelajaran yang dibawakan oleh gurunya itu dengan serius.

***

"Bunda sama Ayah lama di Lampung-nya?"

"Enggak sayang,kamu baik-baik ya sama Nenek." Ayah Ratih menjawab di seberang sana.

Ratih mengangguk, mengiyakan namun saat sadar Ayahnya tidak tahu, "iya." Jawabnya. "titip salam buat kak Ella sama ya Yah." Lanjutnya.

Kakak Ratih ada dua bernama Ella dan Romi, Ella sudah berkeluarga dan tinggal di Lampung. Ayah dan Bundanya pergi tiba-tiba karena Ella melahirkan anak keduanya. Sedangkan Romi masih kuliah, dia kuliah di UGM. Sangat pintar, Ratih bahkan sangat mengagumi sosok Romi. Walaupun tinggal di tempat yang sama. Romi tetap memilih kos yang dekat dengat kampusnya.

Ayah Ratih menikah dua kali, yang pertama dengan Ibunya Ella dan Romi. Yang kedua baru Bundanya Ratih. Bunda Ratih bilang Ayahnya cerai dengan Ibu Romi dan Ella karena tidak ada kecocokan dari kedua belah pihak keluarga.

Ratih dengan kedua kakak beda Ibu-nya tidak bermusuhan seperti pada umumnya. Namun mereka juga tidak terlalu dekat. Kalau tidak ada Ayah dan Bundanya Ratih akan sangat canggung berbicara dengan mereka.

"Oke, mau oleh-oleh apa Cantik?"

"Apa aja deh, kalau bisa bawa Dandi aja Yah," katanya memberi usul membawakan Ratih Dandi, keponakan Ratih. Lebih tepatnya anak pertama Ella yang punya wajah gembul dan imut. Bocah tiga tahun itu sangat menggemaskan, membuat Ratih sering mencubitnya sampai menangis setiap kali mereka berkunjung.

Putri MaluWhere stories live. Discover now