14

16 2 0
                                    

Ratih menghapus peluh yang membasahi wajahnya, hari minggu terik digunakan gadis itu bersepeda bersama Arilyo dan Della—tapi Della hanya duduk di boncengan Arilyo. Gadi itu menyandarkan sepedanya dan melangkah ke batu besar yang digunakan jadi kursi taman.

Lelah sekali, Arilyo sedang pergi membeli air putih berhubung mereka tidak membawanya. Seseorang duduk lesehan di tanah, Ratih hanya melirik sebentar kemudian beralih pada handphone-nya.

"Ayah lo baik ya!" komentar Della membuat Ratih menoleh sedikit, Ratih hanya mengangguk. Saat Arilyo dan Della menjemputnya, mereka melihat Ratih yang keluar bersama Ayah. Mereka saling merangkul dan Ayah mengecup kening Ratih lama. Ratih yakin itu diperhatikan oleh Arilyo dan Della. Ratih juga bisa melihat Arilyo mengelus punggung Della.

Della juga diam, sampai akhirnya kembali nyeletuk, "seneng ya punya Ayah yang sayang kita!" katanya lirih.

Ratih menoleh sepenuhnya, memandang gadis yang duduk di atas rumput itu. "Semua Ayah pasti sayang anaknya!" katanya memberi pendapat, menurut Ratih setiap Ayah pasti menyanyangi anaknya, hanya saja mungkin beda konteks dan cara. Ayah si A mungkin menunjukkan kasih sayang kepada anak dengan memanjakan. Sedangkan Ayah si B menunjukkan kasih sayangnya dengan cara keras.

Della mendengkus, gadis dengan kaos putih itu mengangkat bahunya dan mengedarkan pandangan ke segala arah. Melihat Arilyo sudah muncul namun masih jauh, gadis itu keembali menoleh pada Ratih yang juga sedang memandang Arilyo.

"Lo pasti nggak suka sama gue!"

Ratih tersentak dan segera menoleh. "Ha?"

"Gue tahu Ratih. Lo merasa terganggu dengan keberadaan gue diantara elo sama Iyo!"

Dengan jujur Ratih mengangguk. Memang selama ini dia tidak suka kan?

Della mendecih. "Arilyo milik gue!" katanya sengit.

"Kakak suka sama kak Iyo?" tanya Ratih hati-hati

Della mengangkat bahu. "Maybe, tapi gue nggak deg-degan dekat dia." Dia memberi jeda, "hanya perasaan nggak mau berbagi sih!"

Ratih menunduk, wajahnya merah padam sampai daun telinga. Gadis itu berkedip agar airmatanya tidak jatuh. Setelah dirasa bisa mengatasi ekspresi Ratih kembali mengangkat wajah. "Trus kenapa kakak biarin kak Iyo pacaran sama aku?" tanyanya lirih.

Della hanya mendengkus tidak menjawab karena Arilyo sudah sampai di depan mereka. Gadis itu melirik Ratih sebentar setelah menerima sebotol air mineral dari Arilyo. Kemudian dia membuka mulut dan berujar, "nggak tahu. Tapi yang pasti gue bakalan rebut!"

"Ha kenapa?" tanya Arilyo bingung.

"Nggak!" jawab kedua gadis itu serempak.

***

Ratih berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah Robert. Jalan yang di kiri, kanannya ditumbuhi rumput-rumput liar. Ratih menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan.

"Tapi yang pasti gue bakalan rebut."

"Tapi yang pasti gue bakalan rebut."

"Yang pastih gue bakalan rebut."

Ratih menjambak rambut sebahunya kuat. Sebelum memilih pergi ke rumah Robert, gadis itu sempat membaca buku Sejarahnya, tetapi hal itu tidak membuatnya lupa tentang perkataan Della.

Sungguh gadis itu tidak berperasaan sekali, kalau memang tidak mau membagikan Arilyo dengan siapapun kenapa gadis itu tidak jujr saja. Ratih pernah membaca novel tentang seorang sahabat yang melakukan apa pun demi sahabatnya. Mungkin saja Arilyo sama seperti tokoh itu kan? Kenapa tidak dicoba saja?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Putri MaluWhere stories live. Discover now