03 - Pertengkaran

1.9K 331 5
                                    

Anka mengomel tidak jelas di pinggir jalan. Cowok berseragam SMA itu merutuki motor matic hitamnya yang mogok secara tiba-tiba.

Kalau begini caranya, ia bisa telat masuk kelas. Disekitarnya tidak ada bengkel sama sekali, membuat Anka kebingungan setengah mati.

"Sialan lo! Bukannya mogok nanti aja! Malah sekarang, nyusahin!" Gerutu cowok jangkung itu kepada benda mati di depannya.

Cowok yang masih memakai helm full face berwarna hitam itu berdecak, bingung harus melakukan apa.

"Kalau jalan kaki nanti gue keringetan!  Kenapa lo nyusahin banget sih, motor sialan?" Sekali lagi Anka memarahi motornya. Ia bahkan di tatap aneh oleh beberapa pengendara motor dan mobil yang lewat.

Anka akhirnya diam berdiri di samping motornya sambil terus berfikir. Sampai-sampai orang yang mengendarai sepeda melewatinya begitu saja, ia abaikan.

Namun si pengendara sepeda yang memakai seragam SMA dengan logo sekolah yang sama dengan Anka, tiba-tiba memundurkan sepedanya, dan berhenti tepat di depan motor Anka.

Seorang gadis yang memakai helm sepeda berwarna putih menatap motor dan Anka secara bergantian.

"Anka ya?" Tebak gadis itu.

"Bukan, lo salah orang." Ketus Anka.

Gadis yang ternyata Kara itu tertawa renyah, "gue enggak bego. Tuh, ada nama lo." gadis berkuncir kuda itu menunjuk name tag yang terpasang di dada kanan Anka menggunakan dagu.

Anka kalah, ia menyerah.

"Apaan?" Tanya Anka akhirnya.

"Motornya kenapa tuh?"

"Udah tau mogok malah nanya."

"Siapa tau kehabisan bensin."

"Gue enggak miskin."

Kara membulatkan mulutnya, ia manggut-manggut mengerti.

"Mau nebeng?" Tawar Kara yang masih duduk di atas sepeda putihnya.

Anka menatap Kara, kemudian menatap sepeda putihnya secara bergantian.

Cowok jangkung itu memutar bola matanya, "males."

"Gue sebagai ketua kelas yang baik cuman nawarin sih. Kalau enggak mau sih, ya enggak pa-pa. Tapi kalau telat, tanggung sendiri ya, hukumannya." Ucap Kara sambil melirik Anka, "kalau gitu gue duluan," Lanjutnya.

Kara hendak mengayuh sepedanya kembali, namun Anka menahan tas gadis itu membuat Kara mengurungkan niatnya.

"Kalau gue ikut lo? Motor gue gimana?" Tanya Anka akhirnya.

Sesungguhnya ia tidak mau terlambat dan mendapatkan hukuman.

Kara mengeluarkan ponselnya dari saku baju, setelah itu ia menghubungi seseorang.

"Hallo Mang Ian. Motor temen eneng mogok di pinggir jalan nih, depan komplek Pelangi. Tolong bawa sama benerin ya!"

Setelah mendapatkan persetujuan dari orang di seberang sana, Kara memutuskan sambungan. Kemudian menatap Anka, "udah, lo tenang aja. Tukang bengkel langganan gue bakal jemput motor lo ke sini kok."

Anka menatap Kara curiga, "nanti kalau motor gue di curi gimana? Masa gue tinggalin di sini sama kuncinya sendiri?"

Kara menghela nafas panjang, gadis itu kemudian menoleh ke arah warung kecil yang berada di belakang Anka.

"Bi Sari, Kara nitip motor temen Kara ya?"

Seorang ibu-ibu berbadan subur keluar dari warung, kemudian menatap Kara, "siap neng, santai aja sama bibi mah. Percaya, motor temen eneng bakalan aman sama bibi."

ANKARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang