Perasaan Bian yang membingungkan

21.4K 2.1K 24
                                    

Sudah seminggu lebih perasaan Bian menjadi berubah-ubah. Membuat bawahannya bahkan merasa takut menemuinya secara langsung. Sebab kesalahan sedikit saja membuat Bian mengamuk dan marah-marah. Tidak seperti Bian biasanya.

Semua bermula dari kejadian ketika Bian melihat Nanda lagi setelah sekian tahun berlalu. Melihat gadis itu setelah sekian lamanya Bian tidak peduli dengan keberadaan Nanda membuat perasaannya tiba-tiba kacau.

Dulu Nanda menolaknya didepan keramaian, disaat dimana Bian yakin bahwa gadis itu pasti akan menerimanya. Membuat Bian sangat malu didepan teman-temannya.

Bahkan yang lebih menyedihkannya, Berita Bian ditolak Nanda bahkan bertahan lama dibandingkan berita kemenangan tim basket sekolahnya yang memenangkan kejuaraan provinsi.

Sementara setelah beberapa hari kejadian penolakan itu, Nanda pindah sekolah. Semakin membuat Bian terlihat menyedihkan didepan teman-temannya.

Beberapa kali Bian mengikuti Nanda karena penasaran. Dan hasilnya, Nanda terlihat bahagia dengan seorang siswa laki-laki dari sekolah yang sama dengan sekolah baru gadis itu.

Bian melihat ketika Nanda masuk bersama laki-laki itu ke sebuah kafe dan mereka terlihat akrab untuk ukuran murid baru pindah sekolah.

Apa secepat itu Nanda bisa menyesuaikan diri? Atau selama ini Bian tidak menyadari bahwa gadis itu mempermainkannya?

Padahal selama pendekatan, Nanda bersikap seperti menyukai Bian. Pipi yang bersemu ketika Bian mengajaknya berbicara. Bersikap malu-malu ketika Bian yang baru berjalan mendekatinya. Terlihat gugup ketika Bian menatap matanya. Dan terlihat begitu antusias ketika Bian mengajaknya jalan-jalan diakhir pekan.

Bian kemudian mencoba untuk mulai membenci Nanda. Menekan perasaan suka nya pada gadis itu dan menanamkan bibit kebencian. Nanda bukan gadis yang pantas untuk mendapatkan pria seperti Bian.

Sehingga setelah lulus dari sekolah menengah atas, Bian melanjutkan pendidikannya keluar negeri seperti permintaan kedua orang tuanya.

Walaupun sesekali mendengar berita mengenai perusahaan Bramansa itu mulai menampakkan kejayaannya, Bian bersikap acuh. Dan juga tidak ingin tau dengan kehidupan gadis itu yang mungkin berjalan sangat baik.

Bahkan ketika mendengar kabar perusahaan itu beralih tangan, hingga kematian Danu dan Lira, Bian hanya bersimpati. Sudah ada Ayah dan Bunda nya yang menghadiri pemakaman, sebagai bentuk ikut berduka.

Tanpa Bian perlu mengetahui bagaimana kehidupan Nanda setelah kejadian itu.

Ketika kembali ke tanah air setelah meraih gelar magister, Bian melanjutkan perusahaan orang tuanya. Saat itu, Bian yakin sudah melupakan Nanda. Tak berniat mencari tau bagaimana kehidupan gadis itu yang tidak ada dalam pemberitaan.

Awalnya Bian pikir, mungkin saja Nanda ditampung oleh keluarga besar orang tuanya. Kedua orang tua Nanda berasal dari kalangan berada, tidak heran seandainya untuk menampung Nanda mereka pasti tidak akan keberatan sama sekali.

Lagi pula, tidak mungkin Nanda bisa hidup sendiri tanpa kehidupan mewah yang diterimanya selama ini. Bian tidak yakin gadis itu mampu melakukannya.

Tapi mengetahui kehidupan Nanda ternyata tidak seperti bayangannya membuat Bian merasakan perasaan asing. Bian yakin bahwa saat ini, dia hanya merasa kasihan dengan kehidupan gadis itu, yang bahkan bekerja sebagai pelayan restoran.

Demi apapun, pelayan restoran? Dari sekian banyak pekerjaan, kenapa Nanda harus berkerja seperti itu?

Bian bukan merendahkan pekerjaan itu. Hanya saja, pekerjaan itu termasuk jenis pekerjaan yang berat. Menerima pesanan, mengantar pesanan atau membersihkan meja sebelum pelanggan lain menempati lagi. Dengan tubuh kurus itu dia melakukannya setiap hari selama ini?

Wajah dewasa Nanda memang terlihat cantik dimata Bian. Tatapan mata Nanda masih seperti dulu. Hanya saja melihat tubuh kurusnya yang bahkan tidak terlalu terawat membuat Bian kesal.

"Iya, aku sangat membencinya. Gadis sombong yang entah kenapa dulu aku sempat memintanya menjadi kekasihku. Lihat sekarang, menjadi pelayan memang pantas untuknya."

"Kalian tenang saja, gadis ini jelas tidak akan sakit hati. Gadis sombong dan arogan tidak akan mudah untuk sakit hati."

Bahkan rentetan kalimat kasar yang diucapkannya saat itu masih sering terdengar berulang kali ditelinganya. Seakan menyadarkan Bian bahwa yang diucapkannya saat itu adalah kesalahan. Dan seharusnya Bian tidak boleh mengucapkan kalimat itu.

Tapi kenapa Bian tidak boleh mengucapkannya? Bukankah Nanda pantas mendapatkannya setelah perbuatannya dulu?

Bian kesal dengan perasaannya yang membingungkan.

Seketika Bian teringat akan janji dengan teman lamanya semasa kuliah dulu. Lucas Herdiansyah yang saat ini pulang ke tanah air.

Bian tidak tau mengapa Lucas tiba-tiba datang padahal sebelumnya dia tidak mau menampakkan wajahnya lagi di negara ini. Apalagi ada kemungkinan bertemu dengan Ayah tiri yang sangat dibenci Lucas.

Tapi rasanya Bian tau dimana tempat yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai tempat dia dan Lucas bertemu. Restoran dimana dia bisa bertemu Lucas sekaligus bisa melihat gadis itu tanpa dicurigai. Tempat dimana dia bisa melakukan dua hal itu sekaligus.

Dan tanpa disadarinya, Bian tidak sabar menunggu akhir pekan.

~~~

Ada yang bisa tebak sebenarnya Bian kenapa?

Please!
Jangan hujat Bian, wkwk

Semoga Suka 😘

Jangan lupa Vote dan tinggalkan komentar kalian. Sebab, aku pengen tau, gimana sih reaksi kalian dengan cerita ini.

Simpan di perpustakaan ya! Biar notif ubdate selanjutnya nyampe di kalian.

Love you all 😘
~fansdeviyy

Still The Same Love [Tamat]Where stories live. Discover now