Lebih cepat lebih baik

12.6K 1.2K 21
                                    

Nanda melangkahkan kaki dengan penuh semangat. Saat ini dia sudah berada dilobi perusahaan Ayah Bian. Sengaja dia datang tanpa memberi tau Bian terlebih dulu. Anggap saja Nanda akan memberi kejutan kepada Bian karena kedatangan laki-laki itu semalam juga membuat Nanda terkejut tadi pagi.

"Saya ingin bertemu dengan Pak Bian, apakah bisa?"

Resepsionis dengan name tag Dwi di dadanya itu berdiri, menatap Nanda dari atas hingga kebawah. Kemudian dia tersenyum sinis. Dwi merasa yakin bahwa gadis yang mencari Bian saat ini adalah gadis yang sama seperti gadis-gadis sebelumnya.

"Apa anda sudah membuat janji untuk bertemu Pak Bian?" tanya Dwi, dia tetap mencoba terlihat ramah.

Nanda menggelengkan kepala. "Bukankah saat ini baru beberapa menit jam istirahat siang berlangsung? Tidak bisakah saya langsung bertemu Pak Bian tanpa membuat janji terlebih dulu dengannya?"

"Tetap tidak bisa, Bu," tolak Dwi.

"Bisakah tolong sambungkan dengan Sekretaris Pak Bian? Saya tidak bisa menghubungi Pak Bian langsung," ucap Nanda memohon.

Jika dia menghubungi Bian, berarti dia tidak jadi mengejutkan pria itu. Padahal Nanda ingin mengejutkan Bian dengan keberadaan dirinya yang tiba-tiba muncul didepan pintu ruangan laki-laki itu.

"Maaf Bu, tapi Ibu bisa menghubungi Pak Bian atau Sekretaris Pak Bian sendiri untuk membuat janji bertemu. Lagi pula Ibu bukan gadis pertama yang datang kesini untuk menemui Pak Bian. Pak Bian sudah melarang saya untuk membiarkan . . ." ucapan Dwi terhenti ketika pemilik perusahaan berdiri dibelakang gadis yang ingin menemui Bian itu.

"Nanda?"

Karena mendengar panggilan dan merasakan tangan yang menepuk punggungnya, Nanda segera berbalik untuk melihat siapa yang melakukannya. Bastian berdiri didepannya dengan tatapan bertanya.

"Ayah," sapa Nanda ramah. Setelahnya dia menyalami laki-laki didepannya ini. "Ayah apa kabar?"

"Ayah baik, Nda. Kamu kesini mau bertemu Bian?" tanya Bastian.

Nanda menganggukkan kepala. "Nanda sengaja tidak memberi tau Kak Bian karena . . ." Nanda tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya.

"Ayah mengerti Nda," ucap Bastian, setelahnya dia terkekeh. Bastian bahkan juga pernah muda. Dan dulu Laras bahkan sering memberi kejutan seperti ini juga kepadanya.

"Hubungi sekretaris Bian dan minta dia kesini sekarang." Perintah Bastian kepada Dwi. Perempuan itu langsung mengangguk dan menjalankan perintah. Matanya masih melirik-lirik interaksi antara gadis didepannya dengan pemilik perusahaan ini.

Bastian menatap Nanda dengan senyum di bibirny. "Jadi, tadi malam bukankah ada sesuatu yang menarik terjadi?" tanya Bastian penasaran.

Nanda tertawa karena paham dengan maksud pertanyaan Bastian. "Nanda baru tau tadi pagi setelah Kakek bercerita. Kakek sangat terhibur sekali dengan perbuatan Ayah kepada Kak Bian."

"Bian bahkan mengomeli Ayah setelah pulang dari rumah kamu. Kalau tidak ada Bunda yang menegur, Ayah mungkin akan terlambat pergi ke kantor hari ini karena sepanjang malam akan mendengar ocehan Bian," jelas Bastian.

Nanda jadi bisa membayangkan bagaimana lucunya Bian melakukan hal itu. Andai saja semalam dia tidak tidur cepat, mungkin Nanda akan bisa melihat raut wajah Bian seperti yang diceritakan Kakeknya.

"Nah ini dia," seru Bastian setelah melihat seorang laki-laki yang berjalan terburu-buru. "Tolong kamu antar Nanda ke ruang Bian," ucap Bastian. Laki-laki itu langsung mengiyakan dengan cepat.

Nanda mengangkat kotak berisi makanan yang dia bawa sejajar dengan perutnya. "Apa Ayah ingin bergabung? Nanda sudah membawa banyak," tawar Nanda.

"Sayangnya Ayah sudah memiliki janji makan siang. Kamu sama Bian saja, anak itu pasti senang sekali dengan kedatangan kamu."

Still The Same Love [Tamat]Where stories live. Discover now