Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 3 - Monday Madness

43.1K 4.6K 359
                                    

"Duh, ini anak sales belom ngirim lagi emailnya, ya?" Aleah mulai diserang kepanikan. Gadis itu sampai menggigiti kuku jari saking senewennya. "Bisa-bisa dibegal sama Jedar, nih, gue!" omelnya menyebut julukkan atasannya.

"Deadline jam berapa, Le?" Hadi bertanya dari balik kubikel.

Aleah menatap jam dinding kantor dan refleks menahan napas. Sudah pukul 10.30!

"Jedar bilang dateng jam 11 ...," ujar Aleah putus asa.

Dia tidak bisa mengecek email kantor dari komputernya. Sedangkan dia mesti me-review laporan dari anak sales dengan strategi marketing yang sudah disusun. Namun, tiga puluh menit lalu, tim IT bilang ada sedikit masalah sama jaringan internet kantor. Beberapa komputer tidak bisa tersambung dan staf divisi lain mulai mengirim keluhan-keluhan, hingga beberapa staf IT jadi tukang servis keliling dadakan. Dan komputer tim marketing termasuk yang bermasalah.

Tapi yang namanya tukang servis, tetap butuh waktu. Sementara Aleah mendadak ketar-ketir karena Jeremi Danarto a.k.a Jedar—atasannya, minta presentasi progres laporan sales. Padahal atasannya itu cuma minta presentasi di akhir termin sales, alih-alih pertengahan termin begini. Mana hari Senin pula!

"Ini yang lo tunggu, email dari staf Mbak Winda, ya?" seru Gina kemudian.

"Iya. Kemaren, kan, laporannya gue enggak sengaja coret-coret," ujar Aleah sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Mana itu, kan, udah ada catatannya si Jedar juga. Ada yang mesti gue sampein ke Mbak Winda pula. Tapi enggak bisa gue sampein gegara gue coret-coret."

"Oh, yang lo kasih nomor togel itu, ya?" kekeh Hadi kemudian.

"Itu nomor telepon, keles! Gila kali gue nyimpen-nyimpen nomor togel!" bantah Aleah.

"Eh iya, bukannya itu lo bilang anak kenalan nyokap? Anak kantor sini, kan?" sahut Gina kemudian. Nada bicaranya seperti orang yang siap ngeghibah.

"Oh iya, iya! Gimana, tuh, ceritanya? Jumat jadi kencan?" Hadi mulai kepo.

Aleah mengembuskan napas. Dia memang sempat sedikit cerita mau ketemu Darwin kepada dua teman-temannya ini dan berjanji cerita kelanjutannya hari Senin. Semacam alibi biar Senin mereka enggak muram-muram banget. Tapi saking mumetnya sama deadline dadakan Jedar dan internet kantor yang anjlok, Aleah kelupaan dengan janjinya tersebut.

"Bukan kencan. Cuma ketemuan. Itu pun ketemuannya cuma semenit," cerita Aleah pelan. Lalu bibirnya mencebik. "Gegara gue terciduk kepo LinkedIn, tuh, orang!"

Tawa Hadi dan Gina langsung meledak. Aleah bahkan mendengar Hadi yang menggebrak-gebrak meja di kubikel sebelah saking ngakaknya. Memang dasar teman-teman sialan! Bisa-bisanya ngetawain temannya yang lagi menahan malu.

"Kepo lo enggak pro, anjir!" ejek Hadi disela-sela tawanya. "Terus, tuh, orang ngomong apa?"

"Yaa, karena terciduk gitu, ya, dia bilang enggak perlu ngomong lagi. Kan, kambing! Gitu aja, terus balik!" sahut Aleah cemberut.

Lagi-lagi Hadi terbahak. Asli, keras banget ngakaknya. Aleah sampai dongkol sendiri di kubikelnya. Pertemuannya sama Darwin ngenes banget, sih. Malah, nyaris tidak ada faedahnya sama sekali.

"Ganteng enggak?" Gina angkat suara setelah berhasil mengendalikan tawanya. "Divisi apaan dia?"

"Ganteng. Dia anak IT ...." Ucapan Aleah langsung terhenti. Mata gadis itu mengerjap-ngerjap.

"Heh? Berarti dia lagi ngiter, dong, ini?" sahut Hadi kemudian. "Asyik, penasaran gue sama, tuh, tunangan gelap Aleah Dewangga."

"Bukan tunangan gelap, anjir!" bantah Aleah serta-merta. Ya Tuhan, kenapa teman-temannya ini kompak banget buat urusan ngegosip seperti ini, sih?

(Soul) MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang