Wattpad Original
There are 2 more free parts

Bab 4 - Tercyduk!

39.4K 3.7K 181
                                    

Konon Tunanganku is calling ....

Aleah luar biasa panik melihat tulisan itu di layar ponselnya. Matanya membelalak lebar-lebar. Buat apa Darwin meneleponnya? Sekarang banget?

Kepala Aleah celingukan. Entah kenapa feeling-nya mulai tidak enak. Dia bisa mencium-cium wangi konspirasi mamanya dari balik telepon Darwin ini. Mata Aleah menyipit tajam dan mulai menyisiri area Informa.

"Kalo tau ditelepon, tuh, diangkat! Bukannya didiemin!"

Aleah terkesiap karena celetukan yang tiba-tiba muncul itu. Dia refleks berputar dan matanya terbelalak saat melihat laki-laki yang dicari-carinya sudah berdiri tepat di belakangnya. Kening Darwin berkerut kesal.

"Lo ...." Aleah terdiam. Dia menatap laki-laki itu sejenak sambil menarik napas. "Pasti nyokap gue yang ngasih tau lo, kan?" tuduhnya.

"Hm," Darwin bergumam samar. Kepalanya mangut-mangut sementara tangannya menyimpan ponsel ke dalam kantong jins hitam.

Mata Aleah mengerjap-ngerjap.

Hari ini Darwin pakai setelan kasual, kaus dan celana jins. Jujur saja, ada perasaan canggung yang merayapi Aleah saat melihat laki-laki itu. Nerd, tapi ganteng. Wajahnya seperti anak kuliahan banget. Aleah jadi curiga Darwin diam-diam sering skincare dan ikutan program wajah glowing mingguan. Habisnya, tampang Darwin tidak mirip laki-laki usia 29 tahun yang biasanya sudah kusut kayak kemeja lupa disetrika.

"Mama kamu telepon aku. Katanya kamu mau nyari barang buat rumah masa depan kita," ucap Darwin sekenanya.

Mata Aleah langsung melotot. Mulutnya ternganga. "What? Rumah masa depan apaan? Gue enggak punya niat bikin rumah masa depan sama lo! Gue mau tinggal di apartemen!"

"Ya, kalo gitu, apartemen masa depan kita," ucap Darwin enteng. Bahu laki-laki itu juga terangkat.

"Emangnya siapa yang mau punya masa depan sama lo?" dengus Aleah seraya berbalik menjauhi Darwin.

Huuh, mood Aleah cuci mata barang-barang Informa yang terkenal unyu langsung lenyap! Huge thanks to persengkokolan mamanya dan Darwin. Akhirnya Aleah memutuskan keluar dari Informa daripada makin bad mood.

Sebenarnya sejak masalah jaringan intranet kantor Senin itu, Darwin atau beberapa staf IT di sering bolak-balik kubikel Aleah dan teman-temannya. Entah gimana, kantor mereka kayaknya lagi ada masalah sama jaringannya sehingga Aleah kadang harus menghubungi Darwin atau staf IT lain kalau laki-laki itu lagi sibuk.

Tapi kadang Aleah juga kesal karena respons Darwin dan staf IT tak secepat sebelumnya. Bahkan saking lamanya, Aleah pernah teriak-teriak saat menelepon Darwin yang hanya ditanggapi sama respons b aja sama laki-laki itu.

"Mau ke mana?" tanya Darwin yang ternyata mengekori Aleah.

Aleah menengok, lalu keningnya mengernyit. Duh, kenapa laki-laki itu mengekorinya? Langsung saja Aleah mempercepat langkahnya. Bahkan dia merasa lagi main kejar-kejaran di mal sama Darwin. Malu-maluin, sih, tapi males banget meladeni laki-laki itu. Masa weekdays saja tidak cukup sampai hari Sabtu begini mesti meladeni laki-laki itu juga?

"Aleah!" panggil Darwin mengejarnya.

"Pulang kek, lo! Udah tau gue enggak mau!" pekik Aleah tanpa menoleh. "Kenapa malah ngikutin, coba?"

"Kenapa enggak boleh ngikutin tunanganku sendiri?"

Langsung saja Aleah berhenti melangkah. Gadis itu berputar cepat dan nyaris saja bertubrukan dengan Darwin yang berjalan di belakangnya. "Denger, ya, kita enggak bisa tunangan. Oke?" Mata Aleah memelotot. Tangannya menuding Darwin. "Gue enggak mau. Dan gue juga enggak berencana nikah dalam waktu dekat."

(Soul) MateWhere stories live. Discover now