DUA

2.5K 111 0
                                    

"Fathur gimana dong pulangnya, hujannya deras banget"

"Ya udah kita tunggu aja sampai reda"

"Yah kalau nunggu lama dong sampai ke rumah, padahal Aya mau main sama Tatan"

"Tatan? Tatan siapa? Pacarnya Aya ya?"

"Tatan kan nama kucing baru Aya, kemarin bunda pulang beli kucing baru. Ih Fathur masih kecil malah ngomongin pacaran"

"Fathur pikir Aya udah punya pacar, ternyata nama kucing baru Aya. Fathur juga mau lihat dong"

"Boleh, apa kita lari aja sampai rumah?"

"Jangan, nanti buku kita basah malah dimarahin sama bunda. Bunda Fathur kan galak, Fathur gamau di marahin"

"Bunda Fathur kenapa sih hobinya marah-marah terus?"

"Ga tau tuh, padahal kan Fathur udah jadi anak baik. Bunda Aya juga, kenapa pergi-pergi terus, padahal kan Aya juga anak baik kayak Fathur"

***

Aliya berjalan santai menemui calon pacarnya di parkiran sekolah, maksudnya menemui Ferdian. Tadi sebelum pulang Aliya mendapatkan pesan whatsapp darinya, ia menyuruh Aliya untuk bertemu di parkiran sekolah. Kalau begini caranya Aliya bisa salah tingkah, berharap bisa langsung di jadikan pacar sama Ferdian.

Ia menemukan sosok pria dengan menyampingkan tas berwarna Navy, sedang berpamitan pada teman-temannya. Pria yang ditatapnya kini berbalik arah dan menatapnya pula, ia melempar senyum manis pada Aliya yang menciptakan banyak kupu-kupu bertebaran dalam perut gadis itu. Pikiran Aliya sudah kemana-mana, pasti akan dijadiin pacar sama Ferdian, lalu diajak makan siang, diantar pulang ke rumah, dan malamnya dia ajak teleponan sampai akhirnya ada yang mengalah untuk menutup telepon.

Aliya mendekat ke arah Ferdian. Jantungnya berdegup kencang, kalau sampai terdengar bisa malu sekali dia di hadapan Ferdian. Kini area parkiran sudah mulai sepi, kendaraan disana hampir habis diambil oleh si empunya. Aliya biasanya pulang di jemput Mas Kiki atau dia pesan ojek online. Namun, siang ini sepertinya ia putuskan naik ojek online saja karena harus menemui Ferdian lebih dulu. Bisa jadi juga Ferdian punya tawaran untuk mengantarkannya pulang itu akan lebih praktis menurutnya.

Eh ralat maksudnya romantis bagi Aliya.

"Aku nggak telat kan?" tanya Aliya basa-basi

"Oh enggak. Al gue cuma pengen ngomongin sesuatu ke elo"

"Iya apa?" Aliya tampak tidak sabar lagi dengan apa yang akan di bicarakan oleh Ferdian

"Mulai sekarang jauhin gue" ucap Ferdian dengan suara beratnya

DEG!

Ingin sekali Aliya berteriak sekencang-kencangnya, merasa tidak adil atas apa yang dibicarakan Ferdian pada siang ini.

"Gue sama Raisa sudah jadian 2 hari yang lalu, jadi tolong jauhin gue. Lo paham kan?"

"Hmm? Iya." Aliya hanya menjawab seadanya

"Oke kalau gitu gue duluan Al, kalau mau tanya apapun tentang OSIS gue selalu siap buat jawab pertanyaan dan bantuin elo" pamit Ferdian ia meninggalkan Aliya

Aliya masih menatap kosong ke arah Ferdian yang semakin menjauh darinya. Ini bukan mimpi buruknya, ini adalah kenyataan yang bahkan lebih buruk dari mimpinya. Benar kata Shafa, dia sudah ditolak secara halus oleh Ferdian. Ia mencoba mengatur napasnya yang tak beraturan, perasaan menyesal menghampirinya.

"Harusnya tadi langsung pulang aja, buat apa juga nemuin Ferdian. Sial banget sih lo Aya! Handphone pakai mati segala, gue kan belum order!" Ia bermonolog. Ketiban sial dua kali setelah ditolak oleh Ferdian, kini ia bingung bagaimana harus pulang ke rumah ketika ponselnya tiba-tiba mati.

Aliya belum kehabisan akal, ia memperjelas penglihatannya ke sekitar mana tahu masih ada siswa yang tersisa. Dewa keberuntungan masih berada di pihaknya kali ini, disana ada seorang siswa yang masih nangkring di atas jok motornya dan tampak serius dengan layar ponsel yang ia geserkan berkali-kali. Aliya langsung mendekat, berharap belas kasihan semoga dia bisa memberikan tumpangan pulang ke rumah.

" Eh, lo anak baru di kelas gue kan?" tanya Aliya dengan sok akrab. Pria itu membuka kaca helmnya lalu menatap wajah Aliya.

"Bener kan lo Fathur?" batin Aliya sambil memperhatikan detail perawakan pria yang ditebak sebagai sahabat masa kecilnya

"Lo anak Ipa 4 juga?" Pria itu balik nanya ke Aliya. Aliya mengangguk, namun ia tak butuh banyak basa-basi. Sekarang yang ia butuhkan hanya tumpangan gratis.

"Mau pulang kan? Gue boleh nggak mampir sampai cafe yang di pertigaan sebelum sekolah, sampai disana aja kok. Boleh ya?" pinta Aliya. "Terserah deh lo mau anggep gue sok akrab atau gimana, tapi please sampai cafe itu doang kok gak jauh" lanjutnya penuh harap.

"Kalau nggak jauh kenapa nggak jalan kaki aja?"

Aliya membelalakan matanya, mendelik kesal. Bisa-bisanya pria itu menyuruhnya berjalan kaki sampai ke cafe Mas Kiki bersama matahari yang begitu teriknya. Dia pasti belum tahu bagaimana rasanya mengelilingi lapangan basket 15 putaran pagi-pagi, membersihkan toilet yang super bau dan besok masih harus membersihkan aula pertemuan. Demi menghemat tenaga, hanya untuk besok ia harus bisa merayu pria ini agar bisa diantarkan sampai ke cafe nya Mas Kiki.

"Tega banget lo sama temen baru lo yang menggemaskan ini?" rayu Aliya sambil berpose imut

"Menggemaskan katanya?" pria itu membatin dengan ekspresi jijik menatap pose imut yang diperlihatkan oleh Aliya pada nya

"Boleh dong yaa, ya.. nama lo siapa anak baru?"

"Raihan"

"Gue Aliya"

"Gue nggak nanya" balas nya ketus

"Sumpah deh ya kalau bukan karena mau minta dianterin sih gue ogah ngobrol sama cowok batu es kayak gini" omel Aliya dalam hatinya

"Kalau gitu pinjem handphone aja deh" Aliya langsung merebut ponsel Raihan yang masih di genggam oleh si empunya. Aliya dengan lihai mengetikkan nomor ponsel yang ia ingat, nomor sang kakak. Ia meminta sang kakak untuk menjemputnya di sekolah. Hanya 3 menit saja, kemudian sambungan terputus.

"Nih, besok gue ganti pulsanya"

"Ga perlu" Raihan merampas kembali ponsel yang ia miliki dan langsung memasukkan ke dalam kantong celana.

"Sabarrrrrrr Aya sabar!" monolog nya namun Raihan mendengar kekesalan Aliya karenanya.

"Minggir, gue mau pulang"

"Sombong banget sih woy!!!" bentak Aliya. Lalu Raihan menyalakan mesin motornya bersiap untuk meninggalkan Aliya sendirian di sekolah.

"Eh by the way thanks ya! Raihan!!" teriak Aliya, ketika si pengendara motor perlahan berjalan menuju gerbang sekolah

"Nama gue Raihansyah Fathureza!!!" Raihan membalas teriakan Aliya tanpa berbalik arah.

"Fathur? Bener kan?" 

The Second Time [COMPLETED]Where stories live. Discover now