DUA PULUH SEMBILAN

1.3K 66 10
                                    

Sejak tiga hari ditinggal oleh sahabatnya itu, Aliya terlihat murung. Ia tentu saja merasa sangat kesepian, tidak ada lagi suara Fathur yang selalu terdengar olehnya. Sepulang sekolah, biasanya selalu bermain bersama Fathur namun kini hanya berdiam diri di dalam rumah.. Aliya benar-benar bosan, ia sebenarnya punya banyak teman tapi tidak sedekat Fathur.

Aliya memainkan boneka barbienya di ruang keluarga sambil menonton kartun favorit nya di tv. Selang beberapa menit ia menikmati kesendiriannya, sang kakak pulang dari sekolah. Ia membelikan Jus Semangka untuk Aliya, langsung adiknya menyerbu bungkusan yang dibawa. Aliya kegirangan, panas-panas begini memang paling cocok minum jus semangka.

"Tumben banget beliin jusnya tanpa diminta" ucap Aliya

"Soalnya Mas Kiki abis dapet rezeki Aya. Dari Mang Ujang, keren gak tuh?"

"Lho, dari Mang Ujang kok dapetnya jus semangka? Harusnya somay dong" protes Aliya

"Tapikan kamu tetap suka, kalau gak mau yaudah biar Mas Kiki aja yang habisin"

"Ih jangan dong! Aya lagi haus banget, gerah juga. Seger tahu jusnya. Gimana caranya biar dapet Jus Semangka gratis dari Mang Ujang Aya juga pengen Mas"

"Gratisnya cuma hari ini, besok udah bayar"

"Kok bisa gitu? Mang Ujang pilih kasih deh" omel Aliya

"Yang itu namanya tester, sebelum dijual perlu dicoba dulu. Mang Ujang inget sama kamu, jadi dia bungkusin untuk dibawa pulang"

"Baik banget sih Mang Ujang, sampai inget sama Aya. Padahal yang lagi Aya pikirin itu si Fathur, eh malah Mang Ujang yang nyantol sampai bawain jus semangka"ungkap Aliya, lalu menghabiskan Jus Semangka nya.

***

Aliya buru-buru memasukkan semua bukunya ke dalam tas, ketika bel terdengar Aliya mempercepat gerakannya. Ia sudah melihat Iqbal yang datang ke kelasnya, berdiri di depan pintu. Aliya tentu tak ingin membuat Iqbal menunggu terlalu lama, siang ini sesuai janji tadi pagi mereka mau pergi makan somay di warung Mang Ujang.

Tidak ada penolakan, selain karena Aliya sangat menyukai somay buatan Mang Ujang itu, tentunya kali ini makan bareng Iqbal. Aliya memasangkan tasnya ke punggung, ia berjalan cepat untuk menemui Iqbal. Bahkan Shafa ditinggalinya begitu saja tanpa pamit.

Sejak pengumuman hoax itu, Aliya memang berusaha meyakinkan Shafa jika dirinya bukanlah pacar Raihan. Aliya juga tidak ingin disebut sebagai perebut seperti yang pernah dialaminya waktu itu. Biarpun Shafa dan Raihan belum memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Aliya tahu betul bahwa Shafa mendiaminya, Shafa pasti merasa bahwa Aliya telah mengkhianati temannya itu.

Tega, mungkin baginya tega jika harus suka juga pada pria yang sama. Setidaknya Aliya harus jujur dari awal, sebelum Shafa bertindak terlalu jauh. Penjelasan dari Aliya tak begitu digubris olehnya, Shafa masih harus banyak mencari informasi apakah benar hanya sebatas teman biasa.

Shafa melirik kearah Raihan, pria itu juga sama halnya dengan Aliya. Buru-buru ingin keluar dari kelas, tidak seperti biasanya. Sorot matanya terus memperhatikan Raihan hingga keluar kelas. Pelan-pelan bahkan ia ikuti juga kemana perginya pria itu.

"Kita tunggu bokap gue jemput disini ya, sebentar lagi datang tadi sudah di telepon kok" ucap Iqbal, hari ini ia tidak membawa kendaraan. Aliya hanya mengangguk, mau naik apapun itu asalkan bersama Iqbal.

Tak lama setelah ucapan Iqbal tadi, mobil sedan seperti yang dilihat oleh Aliya tadi pagi berhenti mendekati keduanya. Aliya dan Iqbal disapa oleh pria dari posisi kemudi, wajahnya sangat ramah ia melirik kearah Aliya. Aliya tersenyum, dalam hati membatin, wajahnya benar tidak asing bagi Aliya-- Om Tyo, ayahnya Fathur. Aliya meneguk ludah, Aliya enggan masuk ke dalam mobil perlahan ia memundurkan langkahnya. Sementara saat itu juga lengannya ditarik oleh Raihan dengan begitu cepat. Aliya meringis, karena terkejut seseorang menarik tangannya.

The Second Time [COMPLETED]Where stories live. Discover now