SEMBILAN BELAS

1.4K 59 0
                                    

"Selamat ulang tahun Fathur! Semoga di umur yang baru Fathur makin jadi anak yang baik dan tetap sayang sama Aya"

"Wah, makasih ya Aya"

"Tapi maaf ya, Aya ga kasih kue. Aya kasih somay bikinan Mang Ujang sama Jus Semangka aja. Soalnya Aya belum belajar buat kue"

"Iya ga apa-apa, Fathur kan juga suka yang Aya kasih. Kita makan sama-sama yuk, sama Tatan juga"

"Eh tumben deh manggil Tatan, biasanya Wati"

"Iya udah mulai terbiasa"

"Fathur, ini Aya kasih kado juga"

"Aya, ini isinya apa?"

"Buka aja, pasti suka"

"Wih, keren."

"Gimana?"

"Sukaaaaaaaaaaa banget!"

***

Aliya dengan ekspresi wajah yang tampak seperti habis membunuh seseorang itu masuk ke dalam kelasnya. Shafa yang menyadari sesuatu hal telah terjadi pada temannya langsung menanyakan kondisi Aliya saat itu juga. Sementara Aliya hanya duduk lalu menenggelamkan kepalanya di atas meja. Aliya ingin tidur sebentar menenangkan otaknya. Namun kegiatan tersebut tak bisa ia lakukan karena Shafa daritadi memaksanya untuk menceritakan apa yang telah terjadi pada temannya itu. Shafa terus menggoyang-goyangkan tubuh Aliya hingga Aliya kembali terbangun, lalu ia merapikan rambutnya sebentar.

"Ada apa sih Al?" tanya Shafa

"Fa, gue saranin ke elo untuk jauhin Raihan mulai dari sekarang"

"Kenapa? Memangnya kenapa?"

"Lo bisa cari cowok yang lebih baik dari dia. Semua ini demi keselamatan elo sendiri dan gue gamau lo kesiksa nantinya"

Shafa menatap Aliya bingung. Aliya dengan berani menyuruhnya untuk menjauhi Raihan si pria yang ia taksir sejak pertama kali masuk ke kelas. Apa hak Aliya untuk melarangnya menyukai pria itu?

"Lo ngomong apaan sih? Sadar dulu Al, tarik napas. Lo lagi kesetanan ya?" Aliya mengikuti perintah Shafa, lalu kembali melanjutkan perbincangan.

"Sudah dua kali Fa, dia ketahuan merokok di atas" ucap Aliya, namun ia tidak menceritakan bahwa dirinya sempat ingin ditampar oleh Raihan. Mungkin belum saatnya, ia masih menunggu reaksi Shafa menanggapi ceritanya

"Al, gak masalah. Itu bukan masalah besar bagi gue, thanks lo udah khawatirin gue." kata Shafa dengan nada lembut

"Tapi Fa.."

"Lo bisa seheboh ini karena lo benci cowok perokok kan? Al, gak semua orang bisa dinilai baik dari ia merokok atau enggaknya."

"Gila ya, Shafa masih aja ada waktu buat ngebelain Fathur" gumam Aliya. Setelah Shafa berbicara ia malah terdiam.

"Masalah Raihan biar gue yang urus, gue gak mau nyerah gitu aja Al." ucap Shafa dengan tatapan penuh harap untuk bisa menjadi pacarnya Raihan

"Oh iya, tadi Ferdian nyariin elo Al"

"Mau apa dia?"

"Tadi titip pesan ke gue, nanti bel pulang temuin dia di parkiran"

***

Aliya dan Iqbal berjalan menuju parkiran sekolah untuk menemui Ferdian. Awalnya Aliya menolak untuk ditemani oleh Iqbal, namun Iqbal tidak ingin Aliya sakit hati lagi ketika berhadapan dengan Ferdian. Iqbal siap untuk menjadi pelindung dan penjaga Aliya, bagaimanapun kondisi Aliya. Aliya dan Iqbal berhasil melihat Ferdian yang baru saja berpamitan dengan teman-temannya, termasuk sang pacar Raisha. Raisha yang mengemudikan mobilnya sendiri tanpa harus pulang bersama Ferdian. Ferdian yang menyadari keberadaan keduanya langsung mendekat menghampiri.

"Gue minta maaf atas kejadian kemarin, soal gue yang juga ngatain elo Al" ucap Ferdian, lalu ia meraih tangan Aliya sebagai simbolis permintaan maaf.

Aliya menatap wajah Ferdian yang terkesan tulus mengucapkan maaf padanya. Masalah permintaan maaf memang hal yang mudah, siapapun bisa langsung mengucapkannya jika sudah berbuat salah. Namun, tak munafik jika kebencian dalam hati Aliya malah semakin menjadi ketika ungkapan maaf dari Ferdian terdengar olehnya. Bagi Aliya tidak semudah itu untuk melupakan apa yang ia dengar dari mulut Ferdian sendiri mengenai dirinya saat di ruang BK. Aliya melepaskan genggaman Ferdian.

"Itu aja kan? Gak ada yang lain?" Aliya kini mengubah ekspresi dinginnya pada mantan pria yang ditaksinya itu. Seketika suasana diantara mereka beku, bahkan Ferdian yang hanya tahu sisi ceria dan menyenangkan dari Aliya kini tak terlihat. Hanya tatapan sengit dari netra Aliya saja yang ia tahu bahwa itu seolah akan menghabisinya.

"Soal Raisha, gue cuma menjalani taruhan gue ke temen-temen. Gue cuma pacaran 100 hari Al, setelah itu bakalan putus dan gak akan berhubungan lagi" jelas Ferdian

Aliya sempat terkejut dengan pengakuan Ferdian tentang hubungannya dengan Raisha. Namun ia tidak boleh goyah, keputusannya untuk membenci Ferdian harus mutlak jangan berubah lagi walaupun hubungan keduanya hanyalah kalah taruhan.

"Bukan urusan gue" jawab Aliya, lalu berbalik dan menemui Iqbal yang sudah menunggunya serta sudah siap untuk mengantarkan pulang.

***

Aliya sedang sibuk melayani pelanggan di cafe Mas Kiki. Suasana cafe memang sering lebih ramai ketika hari Sabtu. Iqbal yang tadi mengantarkannya pun ikut membantu Aliya dengan suka rela. Ia juga ingin menghabiskan malam mingguannya bersama perempuan yang dicintainya itu. Iqbal mendapatkan apron coklat yang sama dengan Aliya dan bersiap menjalankan tugasnya. Aliya tersenyum melihat Iqbal yang begitu semangat membantunya, kali ini ia benar-benar ikut hanyut dalam permainan Iqbal yang terus membucin padanya.

Sesekali juga Aliya merasa cemburu dengan banyak perempuan seusianya yang memintai nomor whatsapp Iqbal, banyak perempuan yang menggodai Iqbal saat menerima atau memberikan pesanan pada pelanggan. Aliya benar-benar tidak menyukai pelanggan perempuan yang sengaja berlama-lama di café hanya untuk memandangi Iqbal yang sedang bekerja disana.

Aliya meninggalkan kasir, menggantikan posisinya dengan pegawai lain yang ada disana. Ia berjalan kearah Iqbal yang dengan ramah masih melayani pelanggan, lalu ia menarik lengan Iqbal dengan paksa. Aliya menyeret Iqbal menjauhi Iqbal dari pelanggan-pelanggan yang hanya ingin memandangi ketampanan Iqbal. Iqbal menyadari akan kecemburuan Aliya saat itu, namun ia hanya menikmatinya.

"Lepasin apronnya!" perintah Aliya pada Iqbal yang hanya cengengesan melihat Aliya yang benar-benar melarangnya untuk bertemu perempuan-perempuan yang datang ke cafe. Iqbal melepaskan ikatan apron coklatnya

"Lo duduk aja disini, jangan kemana-mana. Gue udah buatin Greentea Latte sama Oreo Cheesecake." perintah Aliya sambil meletakkan makanan dan minuman yang ia bawa untuk Iqbal

"Tadikan pesenan mbak nya belum kelar Al. Kalau gue gak rajin kerja nanti di pecat sama bos nya" jawab Iqbal, sekalian godain Aliya

"Biar gue yang urus"

"Yah Al, belum juga sehari kerja udah diberhentiin gini"rengek Iqbal

"Bal, ihh. Gue serius nih"

"Lo cemburu yaaaa?" goda Iqbal, ia sudah lihat tingkah Aliya yang terus-terusan tidak tenang di depannya

"Gak. Gue cuma gak suka sama mbak genit"

"Beneran nih gak cemburu?"Iqbal terus menggodanya, sedangkan Aliya hanya diam tak ingin Iqbal tahu kalau dirinya memang benar sedang cemburu

"Eh Al, tuh lihat siapa yang dateng. Ada Shafa sama si Rai.." Iqbal menyuruh Aliya untuk menoleh pada kedua pelangga yang baru datang ke cafe

"Fathur?" lirih Aliya pelan

The Second Time [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora