Chapter 23 - Membujuk

1.9K 244 10
                                    

"Terkadang berpisah bukanlah hal yang seutuhnya menyakitkan."

*****

"Jadi bagaimana, Jer? Masih belum mendapatkan penggantimu juga? Ah, sepertinya semua ini harus selesai."

Laki-laki yang duduk disekeliling 3 laki-laki lainnya mulai menunduk dan memijat pangkal hidungnya untuk menenangkan diri. Sungguh, ia sangat tertekan.

"Bagaimana? Kenapa kamu diam saja? Apa anakmu itu masih keras kepala?"

Jeremi menahan napasnya lelah, ia berdiri dari bangku kebanggannya lalu melepaskan jas putih berlambangkan professor yang ia pakai.

"Percuma saja anakmu jenius, kalau ia suka membangkang dengan orangtua!"

"Diam, Andi! Anakku tidak seperti itu!" Titah Jeremi memicingkan matanya menatap ketiga temannya tersebut.

"Kamu masih membela anakmu itu setelah kamu ditolak ratusan kali oleh dia? Kamu ayah yang sangat buruk!"

"Iya, Jeremi sangat memanjakan anaknya sewaktu kecil, jadi seperti inilah hasil didikannya itu!"

"Untung saja Astro bukan anakku!"

Brukkkk

"JANGAN BERBICARA HAL YANG LANCANG TENTANG ASTRO! DIA ANAKKU! KALIAN TIDAK BOLEH SEMBARANGAN MENGUNGKAP ANAKKU SEPERTI ITU!" Jeremi mulai menunjukkan keamarahannya, sungguh, ia sangat benci jika anaknya dipermalukan sembarangan.

"Apa gunanya kamu marah, Jeremi? Apa dengan kamu marah seperti ini Astro akan bersedia menjadi penerus perusahaan kita? Apa dia akan menghormatimu? Tidak akan, Jeremi!" Andi menatap Jeremi nyalang.

"Andi.. sudah ku peringatkan!"

Andi memegan kedua bahu Jeremi dengan erat, "kami sudah memberitahu hal yang benar tentang anakmu! Dan jika, ada terjadi apa-apa dengan dirimu atau perusahaan kita, kamu pasti tahu siapa penyebabnya!"

*****
"Selamat pagi sayang.."

Mendengar suara lembut menyapa telinga, kedua mata remaja laki-laki yang tadi sedang asyik bermimpi akhirnya terbangun dan menatap ke sumber suara.

"Bulan.. Bintang.. bangun yuk, sarapan dulu," ucap seorang wanita berkepala tiga kepada kedua anak kembar perempuan yang tengah tidur pulas diatas kasur bergambar putri raja.

Setelah beberapa detik mengumpulkan nyawa, akhirnya Astro bangun dari sofa kamar adiknya dan berjalan mendekati kasur.

"Astro, kamu tidur di sofa?" Tanya wanita yang disebut 'Mama' di rumah ini.

Astro berdehem pelan, "hm."

"Kenapa nggak tidur di kamar kamu?" Tanya wanita itu lagi.

"Mereka yang nyuruh," Astro menunjuk Bulan dan Bintang dengan dagunya.

Bunga tertawa pelan, "yaudah, kamu mandi dulu ya abis itu sarapan."

Astro mengangguk sebentar lalu pergi ke kamarnya kembali, "permisi."

Mama Astro yang ditinggal pergi oleh anaknya itu menghela napas berat, "entah sampai kapan harus begini."

*****
Satu persatu anggota keluarga Jeremi telah duduk di kursi makan mereka, begitupun Astro yang sudah siap dan duduk di bangku miliknya.

"Ayo makan," seru Mama mereka setelah membalikkan piring.

Astro menaikkan alisnya bingung, "Papa mana? Kok nggak ditungguin?"

AstronomiWhere stories live. Discover now