BAB 43: Titik Awal

16.6K 1.6K 1.5K
                                    

[ Playing Now ]

‼️SUDAH TERBIT‼️

SEBELUM BACA, PENCET BINTANGNYA DULU SEBAGAI VOTE⭐️

APA ALASAN KALIAN MASII
LANJUT BACA CERITA INI? 👉🏻

JANGAN LUPA KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA YAA BIAR AKU SEMANGAT UPDATE❤️‍🔥

•••

Problem.
Masalah itu harus dihadapi dan dilawan.
Bukannya terus bersembunyi dalam kata ketakutan.

Tepat bel pulang berbunyi, Sheva langsung saja bergegas pergi keluar dari kelasnya hanya untuk menghindari seseorang yang mampu perasaannya tidak karuan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepat bel pulang berbunyi, Sheva langsung saja bergegas pergi keluar dari kelasnya hanya untuk menghindari seseorang yang mampu perasaannya tidak karuan. Ia bahkan tidak menghiraukan tatapan heran dari sahabatnya dan decakan kesal teman sekelasnya karena Sheva yang tidak sengaja menginjak sapu yang tengah di gunakan oleh teman sekelasnya untuk piket. Dirinya terlalu kalut dan ingin secepatnya pergi dari lingkungan sekolah. Helaan nafas leganya terdengar, saat usahanya membuahkan hasil ketika tubuhnya yang ideal ini telah sampai di depan gerbang sekolahnya. Namun tidak bertahan lama, karena senyumnya perlahan memudar hanya dengan mendengar suara seseorang yang sangat dia hindari namun sekarang berada di sampingnya. Sialan.

"Gimana larinya? Sekarang jadi suka lari ya kamu," ucap suara menyebalkan itu di sampingnya yang tidak lain adalah Rey.

"Lo... lo ngapain di sini?!"

Rey tersenyum manis. Sangat manis yang membuat siswi sekitar yang menatap ke arah mereka, di buat histeris karenanya.

"Kamu. Mau kabur, kan, kamu?"

Sheva menginjak kaki Rey dengan kesal. Emosinya tersulut karena perkataan yang Rey ucapkan. Kesannya, Sheva tidak bisa move on meskipun sebenarnya memang iya. Menyebalkan.

"Nggak usah ngaco! Lagian ada urusan apa lo sama gue? Urusan kita udah selesai! Urusin tuh sana Zoya si pacar baru lo itu!" ucap Sheva kesal tanpa disadarinya. Sheva benci ketika dirinya menjadi pusat perhatian dimana saat ini tatapan semua orang menatap mereka dengan tatapan penasaran.

Menyadari ekspresi Sheva yang tidak nyaman, Rey menarik pergelangan tangannya menuju mobilnya yang telah terparkir di seberang jalan. Rey sudah mempersiapkan ini semua karena ia tau bahwa Sheva akan menghindarinya.

"Lepasin anjir!" ucap Sheva yang berusaha melepaskan cekalan tangan Rey.

"Kamu nggak mau jadi pusat perhatian dan bahan perbincangan, kan? Sekarang masuk ke mobil. Maaf kalau kamu nggak suka."

SHERENA (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now