Tiga mangkuk bakso dan sejuta inspirasi

35 6 0
                                    

***
Setelah acara pernikahan Fahri, Risa masih tetap berada di Bengkulu karena libur kuliahnya masih tersisa lumayan.
Risa duduk di teras sejak tadi ia berjalan tanpa tujuan sebentar duduk di depan televisi, sebentar di kamar, sebentar di dapur dan mungkin ia juga akan meninggalkan teras dan entah akan kemana lagi, ini semua mungkin ia merasakan kesepian karena orangtuanya ada acara harian, Ara masih sekolah sedangakan Abangnya yang tega itu membawa istrinya ke Jawa tempat ia kerja. Menurut Risa ini sungguh tidak adil, ia sendirian lontang-lantung tidak benar di rumah.

Risa kembali berjalan untuk mengunci pintu dan memilih menjemput Ara di sekolah menaiki sepeda kesanyangannya.

Risa menggoes sepedanya pelan sampai salah satu Ibu-Ibu warung memberhentikannya.
"Neng Risa, bayar utang dulu!" ucapnya yang membuat Risa kaget, ia merasa tidak punya hutang dengan Ibu warung itu.

"Maaf, Bu, saya tidak pernah utang di warung Ibu." ucapnya sopan bagaimana pun orang di depannya itu lebih tua dari dia.

"Tapi, Eneng namanya Risa, kan. Tadi ada pacar Eneng namanya Melky bilang kalau ia beli makanan yang bayar Eneng." ucapnya yang sekali lagi membuat Risa terkejut bukan main karena mendengar kata pacar.

"Sekali lagi maaf Bu, Ibu mintanya sama Melky saja karena saya bukan pacarnya. Assalamualaikum." ucapnya lalu meninggalkan Ibu warung itu sendiri dan mengomel.

Ya Allah kenapa Risa harus bertemu Melky lagi? Risa nggak mau.

Risa terus menggoes sepedanya dan ia melihat pengguna motor yang mirip dengan Melky.
"Cupu." panggilnya.

Jika pengguna motor itu berhenti pasti benar itu Melky jika tidak biarlah Risa menanggung malu.

Dan benar pengguna motor itu berhenti Risa menggoes sepedanya menyusulnya.
"Apa?" tanyanya saat Risa di sampingnya.

"Gila lo, gue suruh bayar utang lo emang Ummi gue cetak uang apa?" ucapnya menyolot.

Melky hanya menggelengkan kepalanya.
"Yang bayarin bakso lo siapa?"

Tap!
Risa skakmat.
"Yah tapi, nggak buat malu juga. Pokoknya gue nggak mau tahu lo harus bayarin gue jajan selama tiga hari." ucapnya.

Melky mengerutkan keningnya.
"Nggak ada hubungannya." ucapnya lalu menyalakan mesin motornya, Risa menarik tas yang di bawa Melky.

"Ada, lo udah buat gue malu."

"Kalau gue nggak mau?" ucapnya sedikit menantang Risa berargumen.

"Lo harus mau, kalau nggak lo bakal gue cari sampe ujung dunia."

"Silahkan!" ucapnya lalu pergi dengan motornya.

Risa berdecak kesal dengan tingkah Melky tapi entah apa yang membuatnya seperti itu.

Risa kembali menggoes sepedanya sampai di sekolah Ara dan sialnya sekolah sudah sepi tidak ada lagi murid yang ada hanya satpam.

Risa mendorong sepedanya sampai pos satpam.
"Permisi, apa sekolah sudah pulang?" tanyanya pada satpam yang sedang menyeruput secangkir kopi.

Satpam itu menyudahi kegiatannya dan berbicara dengan Risa. "Iya, lima menit yang lalu."

Risa terkejut sekaligus khawatir dengan Ara.
"Apa Bapak lihat anak kecil dengan jilbab putih memakai tas barbie warna pink."

"O, Ara, ia sama Omnya naik motor katanya mau pulang." ucapnya yang membuat Risa panik dan bergegas pulang.

"Makasih, Pak, assalamualaikum."

Risa menaiki sepedanya.
Sampainya di rumah ia melihat Ara yang sedang duduk di kursi teras bersama seorang lelaki.
Risa menaruh sepedanya dan mendekati mereka.
"Kakak." panggil Ara yang langsung memeluk Risa.

"Cupu, lo udah nyulik adik gue." ucapnya dengan tuduhan pada Melky.

Melky masih terlihat santai tanpa dosa.
"Maaf, gue mau kok traktir lo makan bakso selama tiga hari."
What! Risa sedang bermimpi lelaki di depannya yang menyebalkan setengah mati menyanggupi apa yang dia mau.

"Oke, kita makan bakso hari ini ayo, Ra, kamu ganti kita makan bakso gratis!" ajaknya pada Ara dan masuk ke dalam rumah.

Melky hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum entah kenapa tingkah Risa membuatnya selalu tersenyum.

"Cuz berangkat!" ajaknya.

Mereka berangkat ke tukang bakso Risa dan Ara menaiki motor sedangkan Melky menaiki motornya juga tapi sendiri.

Sampainya di sana mereka duduk di satu meja.
"Mang, biasa dua." ucapnya pada Mamang bakso.

"Lo kok dua gue juga mau." kata Melky.

Risa melihat ke arah Melky. "O, mau pesen sediri lah." ucapnya sinis.

Melky suka dengan sikap Risa yang jutek itu sejak SMA dulu, ia diam-diam selalu mengganggu Risa hanya ingin melihat sifat juteknya.

Risa dan Ara memakan bulatan bakso dengan candaan garing yang mereka buat.
"Eh, iya Pu, gue besok udah pulang ke Padang, jadi lo cuma traktir gue sekali." ucapnya lalu kembali memakan mie.
Risa baru mendapat kabar jika libur kuliahnya dicepatin karena banyak tugas yang akan mereka kerjakan semester baru itu.

"Gue juga besok udah masuk coas lagi. Tapi, by the way one semester again lo lulus, kan?" tanya Melky yang membuat Ara kebingungan.

"Yes." ucapnya santai.

"Abang sama Kakak ngomong apa kok ada way, waynya Ara bingung." maklumi anak SD.

Melky dan Risa tertawa melihat polosnya Ara.

***

Selesai makan bakso mereka pergi ke perpustakaan.
Sampainya di depan perpustakaan mereka memarkirkan motornya dan memasuki gedung perpustakaan. Mata Risa langsung bersinar melihat banyak buku yang tertata rapi, dia baru tahu jika ada perpustakaan sebagus itu.
"Lo kok tahu sih ada perpustakaan sebagus ini?" tanyanya pada Melky sambil berjalan mencari buku sedangkan Ara sedang sibuk mencari buku cerita rakyat dan sejenisnya.

"Tau dong." ucapnya masih setia mengikuti Risa.

Risa berhenti di rak buku biografi, ia melihat-lihat buku dan ia tertarik dengan biografi Dian Pelangi desainer yang menjadi inspirasinya.
Risa meraih buku itu tapi, percuma bukunya berada di atas yang tidak bisa Risa jangkau walaupun ia sudah menjinjit.

Melky yang melihat itu langsung membantu Risa.
"Masih pendek juga lo." sindirnya yang hanya disenyumi Risa.

Setelah dapat mereka duduk. Melky juga mendapatkan buku biografi tentang Ibnu Sina dokter Islam pertama.
"Dengerin yah!
Dian Pelangi desainer muda yang sangat menginspirasi remaja khususnya remaja perempuan. Dia tamatan SMK.

Melky serius mendengarkan cerita Risa, entah sejak kapan ia dan Risa akrab.
"Tapi, seiring berjalan waktu gue mulai menerima kenyataan yang akan mengantarkan gue menuju kesuksesan dan nyatanya benar itu terjadi sama gue. Dan dulu gue menanamkan prinsip setiap hinaan, setiap cerita yang merendahkan gue, gue jadikan inspirasi untuk maju." jelasnya yang mendapat tepuk tangan dari Melky.

Prook prook.

Tepuk tangan Melky membuat semua pengunjung perpustakaan memperhatikannya dengan tatapan tajam layaknya singa yang sedang kelaparan.

"Maaf, maaf." ucapnya sambil menangkupkan tangannya di depan muka.

"Maaf, ya Mbak, Mas." ucap Risa ikut membela Melky."
Risa kembali fokus pada bukunya.

Melky merasa takjub dengan kebijakan perempuan yang dulu ia anggap menyebalkan sampai sekarang.

Gue bangga punya teman sebijak lo Sa, dan gue harap kita bisa seperti ini terus tanpa ada yang namanya berantem. Batinnya melihat Risa yang serius membaca bukunya.

Assalamualaikum hip hip hore.
Ketawan lo Melky diam-diam naksir Risa.
Semoga terbalas ya!

Jangan lupa vote sama komen ya wassalamualaikum.

Ada Apa dengan Kacamata? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang