Ibu

24 5 0
                                    

Sampainya di Padang, Melky langsung ke kossan Dika menaiki taksi online.
Melky langsung menggedor pintu kossan Dika.

"Melky, ada apa?" ucap Dika yang langsung terkejut melihat Melky di depan pintunya.

"Bude, Dik." ucapnya dengan nada sedih dan gemetar.

Dika menarik Melky mesuk ke kossannya.
"Ibu? Kenapa?" tanyanya ikut khawatir melihat butiran bening lolos dari mata coklat Melky.

Melky hanya membungkam, ia tak berani mengatakannya, ia tidak kuat. Melky hanya mampu mengusap air matanya lagi dan lagi.

"Atau cinta lo nggak pernah kebales sama Bebek?"

"Bude meninggalkan kita." ucapnya dengan tangis yang semakin pecah.

Dika terkejut tak menyangka dengan apa yang ia dengar.

Dika langsung mendorong Melky sampai ia terduduk di bangku yang terdapat di samping pintu kosan .
"Kalau bercanda nggak usah kelewatan!" ucap Dika dengan nada emosi.

Melky berusaha meyakinkan Dika dengan apa yang ia ucapkan. Tapi, dia tetap tidak percaya. Bahkan ia mengusir Melky pergi dari kosannya.
"Gue nggak mau dengar apa-apa dari lo. Pergi!" ucapnya dengan nada membentak dan menujuk ke arah keluar sambil matanya terus menatap Melky.

Melky bangkit dari duduknya.
"Kalau lo enggak percaya ayo ikut gue ke Bengkulu!" ajaknya dengan mata yang melotot kearah Dika.

Tanpa mendengar jawaban dari Dika. Melky langsung menarik Dika ke dalam mobil. Dika masih terdiam di samping Melky mengikuti apa yang dilakukannya.

Sopir tadi langsung menjalankan mobilnya menuju bandara dan sangat beruntungnya Melky telah memesan tiketnya terlebih dahulu sebelum pergi ke kosan Dika.

Sesampainya di bandara, mereka langsung memasuki pesawat yang memang sudah terjadwal saat mereka sampai di bandara.

Di dalam pesawat tatapan dika kosong menatap ke luar jendela pesawat. Sorot mata yang tajam tak henti-hentinya menatap ribuan awan yang mereka lalui.
Tatapan itu mewakilkan ribuan pertanyaan Dika, yang tak sanggup ia tanyakan.

Tabahkanlah hatinya ya Allah atas kepergian Bude ikhlaskanlah dia, jangan biarkan semangat itu putus setelah ini. Batin Melky sambil menatap Dika dengan rasa kasihan yang memenuhi hatinya.

Sampainya di Bengkulu mereka langsung memesan taksi online menuju rumah Dika.

Suasana di halaman rumah Dika terlihat ramai dan banyak orang yang berlalu-lalang memakai pakaian hitam ataupun putih dan bendera kuning berada di depan rumahnya, seketika Dika merasakan kesedihan melandanya. Bahkan, ia pingsan saat sampai di depan pintu rumahnya dan melihat sosok orang yang tengah tertidur di atas kasur dengan tertutupi kain putih yang nenerawang. Melky dan beberapa orang mengangkat tubuh Dika membawanya ke dalam kamarnya. Ayah Dika menghampiri Melky dengan raut wajah yang menyeramkan ia menarik Melky keluar dari kamar Dika membawanya ke halaman belakang yang tidak ada satu orang pun di sana.
"Apa sekarang kamu puas melihat kehancuran keluarga saya? apa kamu tidak merasakan kesedihan yang dialami Dika. ini semua karena hasutanmu dan keluargamu andai saja, kau tidak datang ke rumah ini pasti semuanya tidak akan terjadi ini semua salahmu." ucapnya dengan menunjuk-nunjuk Melky.

Melky tidak berani untuk berkata-kata. Ia hanya menunduk dan diam, semua rasa sedih itu kembali menghampirinya perasaan khawatir pada Dika terus menghampirinya ia takut jika Dika akan terhasut oleh ayahnya, jika Dika akan memutuskan semangatnya.
"Kenapa diam, kamu merasa salah, kamu sadar kalau ini semua salah kamu?" ucapnya kembali saat tidak menerima jawaban dari Melky.

Akhirnya Melky berani menjawab dengan tutur kata yang sopan. "Ini semua takdir Allah Pakde dan ini tidak bisa dipungkiri ataupun dihindari kalaupun aku tidak datang ke rumah Pakde ini juga akan terjadi."

Satu tamparan yang dulu pernah mendarat di pipinya kini kembali ia rasakan. Melky memegangi pipinya yang terasa panas.

"Tampar, tampar terus Pakde emang dimata Pakde aku tidak pernah baik, apa yang aku lakukan selalu salah memang kita beda tapi apakah kita tidak bisa menjalin hubungan keluarga yang damai, tentram seperti keluarga lainnya aku juga tidak memaksakan Dika karena itu memang kemauan Dika yang berasal dari dasar hati Dika." ucapnya saat melihat tangan pakdenya belum juga turun.

Raut wajahnya terus melihatkan amarah namun, saat ia ingin kembali menamparnya salah satu pelayat menghampiri mereka.
"Maaf, proses pemandian akan dilakukan untuk suaminya dipersilahkan menjalankannya." ucapnya yang membuat Pakde mengikuti jalannya.

Melky ikut berjalan mengikuti mereka tetapi, ia memilih menuju kamar Dika.
"Mel, katakan kalau ini nggak bener, katakan kalau ini mimpi, katakan Mel, katakan gue mohon. Ini mimpi!" ucapnya saat melihat Melky yang mendekatinya.
Melky menghembuskan nafasnya berusaha membuat dirinya tenang. "Ini semua nyata lo harus ikhlas karena Bude akan ikut sedih jika lo juga sedih Iklaskan kepergiannya dik, gue tahu lo bisa!" ucapnya menyemangati Dika dengan mengusap lengan Dika sambil merangkulnya.

Dika melepas rangkulan Melky dan turun dari kasurnya menuju ruang yang terdapat jenazah ibunya yang selesai dimandikan. Di sana Dika langsung memeluk jenazah ibunya sambil menangis, ia tidak percaya jika semuanya ini terjadi, dulu ibunya mengajarinya tentang arti kehidupan memberinya semangat ketika ia sedih, ibunya yang dulu pertama kali ia lihat saat lahir di dunia, ibunya yang menaruhkan nyawanya demi dia, ibunya yang mengajarinya berjalan, semua tentang ibunya.

Dia adalah ibu yang membuatnya merasakan kasih sayang, ibunya rela terkena amarah dari ayahnya demi Dika, Dika sangat merasakan kehilangan orang yang ia sayang, orang yang pertama kali mendengarkan keluhannya, walaupun terkadang ia juga pernah membuatnya marah tapi, pintu maaf tidak pernah tertutup untuknya. Kini tidak ada lagi yang memperhatikannya apakah ia sudah makan atau belum semuanya tidak ada lagi, kini hanya tinggal ia sendiri sedangkan ayahnya, ayahnya egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri, ayahnya tidak perduli dengan Dika, yang ayahnya perduli hanya pekerjaannya dan pekerjaannya. Ia memang orang mampu.

Ayahnya bukanlah sosok Ayah seperti ayah yang lainnya ayahnya tidak peduli apa yang diinginkan Dika, saat Dika sakit saja ayahnya tidak pernah melihatnya jangankan untuk melihatnya menanyakannya saja terbilang sulit, ayahnya hanya senang jika Dika melakukan apa yang ia inginkan walaupun itu salah, ayahnya tidak perduli apa yang diinginkan Dika yang ia tahu Dika melakukan apa yang ia inginkan.

Sedari dulu ayahnya selalu memarahinya dengan kesalahan kecil tapi, ibunya selalu membelanya dan sekarang Ibunya tidak ada. Lalu siapa yang akan membantunya dan memberi semangat untuknya agar tidak membenci ayahnya?

"Dik, sudah Bude akan dimakamkan!" kata Dani yang berada di belakangnya.

Dika terus menangis, ia tak perduli semua mata tertuju padanya.

Melky memegang bahu Dika, untuk melepas ibunya.
"Lepasin gue! gue mau ikut ibu, gue sayang sama ibu, gue mau ikut ibu. Lepasin gue!" ucapnya dengan meronta-ronta saat Melky terus menariknya.

"Dik, lo harus ikhlas, Bude akan bahagia melihat lo bahagia tapi, sebaliknya Bude akan lebih sedih saat lo sedih." ucapnya dengan nada sedih dan air mata yang mengalir tiba-tiba.

"Iya nak, ikhlaskan kepergian ibumu biarkan dia tenang di sana!" kata salah satu pelayat perempuan yaitu tetangganya.

Dika perlahan melepaskan pelukannya dan membiarkan ibunya dimasukkan ke dalam peti dan dimakamkan di pemakaman umum.

Assalammualaikum guys jangan lupa vote sama komen ya itu sangat membantu menyemangatiku makasih
Wasalamualaikum

Ada Apa dengan Kacamata? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang