4

308 90 33
                                    

"Apa aku cari tempat kursus aja ya?" pikir Winwin dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Tapi dimana?" lanjutnya sambil terus menyetir mobilnya dengan pelan. Tiba-tiba mata Winwin tertuju pada brosur yang tertempel di tiang listrik persimpangan jalan menuju kompleksnya, sontak ia segera memarkirkan mobilnya dan melepas brosur itu dari tiang.

Rupanya ada kursus berlatih sepak bola bagi pemula. Winwin benar-benar lega, ia merasa bahwa Tuhan menjawab doanya dengan cepat. Ia buru-buru pergi menuju ke tempat kursus itu, kebetulan jarak antara posisinya sekarang tak begitu jauh.

"Permisi, ini benar tempat kursus yang ada di brosur ini?" tanya Winwin begitu kepada satpam yang menjaga gerbang.

"Oh iya benar, silakan masuk-" sambut satpam itu dengan ramah. Winwin kemudian memasuki ruang kantor tempat pendaftaran.

"Ini formulir pendaftarannya-silakan di isi." kata petugas itu sambil menyerahkan beberapa lembar kertas. Winwin hanya tersenyum dan mulai mengisi kolom-kolom pendaftaran.

"Buat adiknya atau keponakan, mas? Kok nggak diajak sekalian?" tanya petugas itu sembari Winwin mengisi formulirnya.

"Oh, enggak, pak. Ini buat sa-" seketika itu kalimat Winwin terhenti, berusaha menerka arti dari sebuah pertanyaan petugas tersebut. Dengan ragu ia membuka kembali lipatan brosur yang ada disakunya. Winwin membaca kembali isi brosur itu dengan seksama, spontan ia berbalik dan memukul dahinya sendiri.

Benar saja, kursus itu hanya diperuntukan bagi anak-anak usia 5-12 tahun.

"Kenapa mas?" tanya petugas itu dengan heran. Winwin masih saja membelakangi petugas itu, merutuki kebodohannya yang tampak sudah terlanjur mendarah daging. Petugas itu kemudian menepuk pundak Winwin supaya menoleh.

"Eh, gini pak, saya lupa siapa keponakan saya-eh-jadi besok aja saya kembali kesini lagi-" jelasnya, ia berusaha menutupi rasa gondok dan malunya kemudian segera berhambur keluar dari kantor itu.

"Eh mas-ini formulirnya bisa dibawa pulang kok!" teriak petugas itu, sayangnya Winwin sudah ngacir begitu saja.

---

Dinginnya angin malam berhembus merasuk ke dinding-dinding kamar Yerim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dinginnya angin malam berhembus merasuk ke dinding-dinding kamar Yerim. Yerim bersandar diatas tempat tidurnya sembari menyicil tugas esainya, kedua kakinya dibiarkan lurus dengan laptop diatas pahanya. Sepasang earphone sudah bertengger ditelinganya sejak satu jam yang lalu, sesekali ia berhenti mengetik esai hanya untuk berteriak menyanyikan lagu yang sedang ia dengarkan. Sesaat kemudian terdengar teriakan Melisa, Ibunda Yerim, dari luar kamar.

"Yerim, ada tamu diluar tolong kamu bukain sana!" perintah Melisa, suaranya terdengar sayup dari dalam kamar Yerim.

"Apa Bun? Nggak denger!" teriak Yerim sambil keluar dari kamarnya.

"Ada tamu, kamu bukain gih-" perintah Melisa yang tengah bersantai di ruang tv sambil menikmati setoples snack favoritnya.

"Dih Bunda, kirain apaan!" keluh Yerim, ia kemudian berjalan kearah pintu dengan malas.



MISTAKEN | Winwin ✔Where stories live. Discover now