29

180 28 6
                                    

Song recommended by Heize_-_Can You See My Heart 🎧
.
.
.
.
.
.
.
.

Pukul tiga sore,

Taeyong masih terus menjaga Yerim yang tertidur. Gadis itu sudah sadar sejak satu jam yang lalu dan mengeluh pusing di kepalanya, maka dari itu Taeyong menyuruhnya untuk beristirahat sebentar. Ia khawatir, kedua tangannya masih setia menggenggam tangan kecil Yerim. Yuta juga belum keluar dari ruang BK, sepertinya masalahnya akan berujung rumit. Sebelumnya, Yuta meminta Taeyong untuk menjaga Yerim di UKS sebelum ia keluar dari BK.

"Hhhh..." menghela napas panjang, Taeyong menyandarkan kepalanya di atas telapak tangannya yang menggenggam tangan Yerim. Laki-laki itu lelah, segala hal yang menimpanya hari ini sungguh membuatnya terkejut.

Hatinya sakit, begitu melihat betapa berkorbannya Yerim pada Winwin. Gadis itu bahkan tidak takut terluka. Disaat dirinya bahkan sudah berada diambang batas kesadarannya pun juga masih saja memikirkan Winwin.

"Kak, tolong Winwin..."

Satu kalimat itu seolah keluar dari mulut Yerim dengan seribu jarum yang mengiringi, menusuk-nusuk hati Taeyong.

Siapa yang akan menyangka jika dirinya akan terjebak dalam cinta segitiga yang menyakitkan ini? Taeyong benar-benar tidak mengerti, Yerim adalah cinta pertamanya dan baru sadar bahwa cinta itu sungguh menyakitkan.

Disamping bilik tempat tidur Yerim ada Winwin, laki-laki itu juga tengah beristirahat disana dengan luka-luka yang sudah diobati. Bilik itu hanya terhalang oleh gorden panjang yang menjuntai hingga menyentuh lantai. Taeyong tidak tahu Winwin bersama siapa disana, yang jelas ruang sebelah tampak sunyi tidak ada suara apapun.

Ia juga tidak berniat mengintip, jujur saja Taeyong sedang tidak ingin melihat Winwin saat ini. Laki-laki itu tidak mau menerima resiko mual-mual kembali jika mengingat memori menjijikan itu.

Menit-menit berlalu dengan kesunyian, Taeyong masih menyandarkan kepalanya di sisi tempat tidur Yerim. Telapak tangannya sedikit berkeringat karena genggaman eratnya pada tangan Yerim. Hampir tertidur, tiba-tiba telinga Taeyong menangkap suara rintihan seorang laki-laki.

"Jal mothesso... jal mothesso..." [Ini salahku, ini salahku]

Taeyong menegakkan kepalanya, mencari arah sumber suara yang sepertinya berasal dari bilik kamar Winwin. Tapi laki-laki itu masih ragu dan memilih untuk tetap diam diposisinya. Tak lama kemudian, isakan tangis mulai terdengar dan ada suara orang lain disana yang tampak sedang menenangkan tangisan itu.

"Ssshh—Win, tenang—" bujukan itu sudah diucapkan berulang kali namun tampaknya tak juga bisa menenangkan laki-laki itu.

Merasa penasaran, akhirnya Taeyong bangkit dari duduknya dan menyingkap ujung tirai pembatas bilik itu pelan-pelan. Ia terkejut menatap Winwin yang posisinya meringkuk memeluk kedua kakinya diatas tempat tidur, dan laki-laki yang menenangkan Winwin adalah Lee Jeno.

"Hei, ini minum. Punyamu habis kan? Sekarang minum. Kamu nggak boleh kayak gini di sekolah!" Jeno menarik satu tangan Winwin yang masih memeluk kakinya, kemudian meletakkan botol tabung di genggaman tangan Winwin.

Winwin masih menggeleng, ia menundukkan kepalanya diantara lipatan lengan dan lututnya.

"Win! Sadar! Cepetan minum dan kita pulang! Kamu harus tahan sebentar!" ucap Jeno sambil mengguncang pundak Winwin, berharap supaya laki-laki itu mau tenang dan meminum obatnya. Tidak ada respon, Winwin justru mulai merasakan sesak di dadanya.

Akhirnya Jeno terpaksa mengambil botol tabung di genggaman Winwin dan mengeluarkan isinya, sejurus kemudian Jeno memaksa Winwin untuk menelan obatnya. Winwin akhirnya berhasil kembali waras, ia kemudian menelan obat itu dan menenggak air minum yang disodorkan Jeno.

MISTAKEN | Winwin ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن