9. Kesepakatan

1.5K 210 15
                                    

Happy Reading!

Masih dengan detak jantung yang bergemuruh kencang, Krystal dengan posisi mematung terus memandang kaget laki-laki yang juga sedang menatapnya bingung di hadapannya.

Lelaki yang beberapa hari ini selalu membuat darahnya naik mencapai ubun-ubun itu kini terlihat begitu terperanjat dengan dasi yang masih bertengker di kerah bajunya namun agak melonggar. Lengan kemejanya tergulung hingga siku, serta rambut yang sudah tak tertata rapi agaknya sedikit memantik pacu debaran lain di dada Krystal.

"Sajangnim?" Panggilnya sekali lagi memastikan bahwa lelaki di hadapannya yang tampak lelah namun memancarkan aura gairah ini, bukanlah mimpi.

"Sedang apa kau disini?" Bentak Jaehyun.

Krystal kontan kembali pada akal sehatnya. Sejenak ia menelan ludahnya sendiri ketika menyadari bahwa pertanyaan itulah yang harusnya terlontar dari mulutnya.

"Seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau di rumahku sajangnim? Ah bukan, Jaehyun ssi?" Ucapnya meralat, karena ia sadar, ia sudah tidak lagi menjadi karyawannya.

Kening Jaehyun berkerut dalam. "Rumahmu?" Tanyanya dengan nada penuh heran.

"Jangan mengada-ngada!" Sambungnya terkekeh sinis.

Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Jaehyun tengah menahan salah satu lonjakan perasaan ketika ia menyadari tangan Krystal menyentuh pipinya beberapa saat yang lalu, namun sengatannya masih terasa sampai sekarang. Bukan sengatan yang biasa ia takuti, tapi sengatan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Kau jangan asal mengarang Jaehyun ssi. Ini benar-benar rumahku. Sudah dari kecil aku tinggal disini." Jelasnya tak mau kalah.

"Cih berani-berani nya kau tinggal disini! Jangan bilang, sampah roti dan susu, lalu seprei dan pewangi ruangan rumahku juga kau pelakunya?" Dengus Krystal bersidekap dada.

Seketika Jaehyun tertawa remeh,

"Aahhh, jadi penyewa yang sudah menunggak tiga bulan itu kau? Baiklah.." Jaehyun menjeda kalimatnya, ia kemudian mengubah posisi duduknya menjadi terlihat lebih nyaman, sedang Krystal terlihat semakin kesal dibuatnya.

"Sekarang aku pemilik baru rumah ini. Aku sudah membayar lunas untuk 6 bulan ke depan." Lanjutnya sembari menatap tajam.

"Apa? Sebentar.. maksudmu?"

'Tidak mungkin!' Geramnya dalam hati.

"Ya, kau boleh memastikannya sendiri. Tanyakan pada pemilik bangunan ini!" Ujar Jaehyun tanpa nada meremehkan atau meledek seperti beberapa saat tadi.

Hening sebentar, Krystal terlihat menggigit bibir bawahnya seraya menunduk malu. Ia meringis kebingungan karena tidak tahu apa yang harus berbuat apa. Terlebih karena tak habis pikir kenapa Jaehyun orang yang membeli rumahnya. Apa tidak ada orang lain selainnya? Kenapa ia harus berhubungan dengan Jaehyun lagi?

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi. Bisakah pergi dari rumahku? Aku ingin tidur." Imbuh Jaehyun sembari kembali merebahkan diri diatas ranjang yang dulunya milik Krystal. Kali ini ia memang benar-benar kelelahan, karena selama beberapa hari kemarin ia tidak pergi tidur.

Terjadi keheningan lagi. Setelah merebahkan diri, Jaehyun kembali mendongak untuk melihat gadis yang masih berdiri kaku di dekat ranjang.

Kelu, bibir Krystal terasa kelu. Rasanya berat sekali untuk meninggalkan rumah ini. Banyak sekali kenangan yang telah ia buat dengan ibunya ditempat ini. Ia tahu ini kekanak-kanakan, tapi rasanya juga lebih berat jika harus berkata dengan nada permohonan pada lelaki ini untuk menolong dirinya, mengingat karena ia sungguh teramat kesal pada Jaehyun.

"Tunggu apa lagi?"

Krystal menatap Jaehyun lalu kembali menunduk, sesaat sebelum ia hendak mengatakan kalimatnya, entah mengapa dadanya terasa sesak, menyusul air matanya kini luruh begitu saja.

"Aku mohon..." isaknya kemudian menangis menutup matanya dengan kedua tangannya, sambil berjongkok.

"Aku bingung harus bagaimana.." kalimat Krystal terputus-putus. Ia lalu memberanikan diri menatap Jaehyun dengan mata merah dan penuh linangan air di pipi.

"Kau kan orang kaya, kenapa tidak memilih rumah yang lebih bagus dan layak? Rumah ini sudah jelek, atapnya bocor jika musim hujan. Dan pintu kamar mandi ini..." Krystal kemudian mendekati pintu kamar mandi yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia tiba-tiba mencengkram kuat kenop pintu dan mendorngnya cukup kuat.

"...Pintunya sering mengunci sendiri." Tangisnya semakin pecah.

Jaehyun membatu, ada rasa simpati sekaligus ingin tertawa karena baru kali ini ia melihat gadis yang nampak lucu ketika menangis. Gadis yang biasanya begitu paham menempatkan posisi. Di saat benar, ia siap membantah. Dan disaat salah, ia akan diam. Namun kali ini? Krystal sungguh tidak ia pahami antara sedang memohon atau menghasutnya?

"Aku baru saja akan melunasi tunggakan rumah. Aku mohon untuk kali ini padamu. Aku tidak bisa meninggalkan rumah ini."

Menghembuskan napas panjang, Jaehyun bangun dan berdiri lalu mendekat ke arah Krystal. Beberapa detik yang lalu ia nampak bersirobok dengan pikirannya sendiri yang sedikit lamban untuk diajak kompromi. Mungkin karena ia sedang kelelahan. Jaehyun akan memanfaatkan kesempatan ini untuk,

"Oke.." Ujar Jaehyun seraya meneliti wajah sembab Krystal.

"Kita adakan kesepakatan."

"Em?" Krystal kembali menggigit bibir bawahnya,

"Kesepakatan?" Sambungnya.

"Kau aku izinkan untuk tinggal disini... asalkan kau mau kembali bekerja di klub."

Tanpa berpikir panjang, Krystal menatap Jaehyun dengan raut putus asa kemudian mengangguk perlahan. Tak ada pilihan lain. Ia tidak peduli lagi dengan apa kata orang. Biarlah jika orang lain memandangnya sebelah mata karena bekerja di klub, toh mereka tak menghidupinya. Tak berpengaruh. Kali ini ia hanya berpikir untuk mempertahankan rumahnya hingga detik mengambil hidupnya.

"Oke. Kita bicarakan ini lagi nanti, setelah aku istirahat."

Krystal menangguk, "Terima Ka.." ucapannya tersendat karena ia kini melihat seorang Jaehyun kembali menjatuhkan diri diatas ranjangnya.

"Jaehyun ssi.. ah maaf, Sajangnim!" Suara Krystal terdengar keras ditelinga Jaehyun.

"Wae? Apa lagi?" Jaehyun berdecak,

"Kenapa tidak pergi? Bukankah.."

Krystal membelalak, ia baru paham dengan apa yang Jaehyun maksudkan dengan kalimat 'kau aku izinkan tinggal disini, asalkan kau mau kembali bekerja di klub.'

"Maksudmu kita akan tinggal bersama?"

-

Krystal yang malang~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Krystal yang malang~

MY HAPHEPHOBIA BOSS Where stories live. Discover now