6 - Pusara Minjae

12 0 0
                                    

Satu bulan kemudian..

Hidup Hana berubah lagi. Tapi tentu hidup yang jauh lebih baik dari hari-hari pahit yang pernah ia rasakan sebelumnya. Kehidupannya hampir sempurna karena kehadiran seorang anak laki-laki istimewa yang telah mencuri hampir seluruh waktunya untuk memperhatikan bocah itu. Kegiatan paginya kini diisi dengan menjemput little angel-nya itu dari rumah Jaewook lalu mengantarkannya ke sekolah, dan akan menjemputnya di siang hari. Terkadang kalau waktunya sedang luang, ia akan menunggui Sanghyuk selama di sekolah dan memperhatikan bocah itu belajar, bernyanyi dengan gurunya, atau berlari-lari di lapangan sekolah. Kalau sedang seperti itu, Sanghyuk dengan bangga akan menunjukkan kemampuannya di hadapan Hana untuk mendapatkan pujian. Mendapat hadiah tepuk tangan dari Hana saja sudah membuatnya tersenyum cerah.

Lalu dengan Jaewook, ia masih belum bisa mengartikan apa hubungannya dengan laki-laki itu. karena ia sendiri pun masih belum bisa mengerti perasaannya. Dan Jaewook sendiri terlihat sangat jelas kalau ia sedang menghindari Hana, takut menyentuhnya seakan-akan ia akan pecah seperti porselen kalau Jaewook menyentuhnya. Setiap kali ia datang untuk menjemput Sanghyuk atau mengantarkannya, mereka hanya akan saling menyapa basa-basi, terlihat kikuk dan canggung satu sama lain. Lalu selesai begitu saja. Hingga di penghujung hari Hana akan membasahi malamnya oleh tangisan karena merindukan Jaewook.

Seperti malam ini, ia tengah menangis lagi. Memeluk foto Jaewook hingga buku-buku tangannya memutih. Ia mencintai lelaki itu, ia mengakuinya sekarang kalau ia masih sangat mencintai lelaki yang pernah setengah mati ia cintai bertahun-tahun lalu, meski ia pernah dihempaskan dan dicampakkan begitu saja oleh lelaki bermata hazel itu.

Kalau ia sudah tidak mencintainya, tidak mungkin semua mimpi-mimpinya selama lima tahun ini masih tentang sosok yang sama. Kalau ia tidak mencintainya, ia tidak mungkin akan membiarkan lelaki itu mengoyak-ngoyak tubuhnya di malam mereka bertemu untuk pertama kalinya lagi. Kalau ia tidak mencintainya, ia tidak mungkin akan mencintai anak yang bukan darah dagingnya sendiri –yang telah dibesarkan Jaewook, meski ia tidak tahu Jaewook memiliki anak itu dengan siapa. Kalau ia tidak mencintainya... ia tidak akan merasa sesakit ini. Kalau ia tidak mencintainya.. malam ini, ia tidak akan menangis.

Jaewook.. aku mencintaimu..

Satu-satunya hal yang tak pernah kuketahui dengan jelas adalah hatimu. Andai saja aku punya kuasa untuk melihat isinya..

Aku mencintaimu.

Aku mencintaimu.

Aku mencintaimu.

Aku mencintaimu.

Aku mencintaimu.

Harus kukatakan berapa kali agar kau bisa membaca hatiku, Jaewook? Harus kukatakan sekeras apa agar kau mau menolehkan wajahmu padaku dan mengatakan hal yang sama dengan yang kurasakan..

Aku mencintaimu.

Aku mencintaimu.

Aku mencintaimu.

Seribu kali.

Apa itu cukup??

Hana menangis lagi. Tangannya semakin kuat memeluk foto di tangannya. Air matanya berjatuhan, memburamkan pandangannya saat ia mengangkat foto di tangannya, lalu membelai lembut wajah di dalam foto itu.

"Aku mencintaimu.."

---

Hari ini Hana membuat janji dengan Sanghyuk untuk bermain bersama ke taman bermain. Hana tertawa sendiri mengingat betapa bersemangatnya bocah itu saat ia memberitahu rencana mereka hari ini. Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah, yang ia bicarakan hanya tentang wahana-wahana yang akan ia naiki di taman bermain nanti. Tentang apa yang ia beli disana, dan tentang oleh-oleh yang ingin ia berikan untuk appanya sepulang dari sana. Hana mempersiapkan dirinya di depan cermin. Ia pun sudah siap, sama bersemangatnya dengan Sanghyuk untuk menghabiskan seharian penuh dengan bocah itu.

A Feel To KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang