10 - Hilangnya Malaikat Kecil

12 0 0
                                    

Ketika luka menemukan muaranya pada rindu..

Maka yang kau rasa bukan lagi butir-butir pahit..

Tapi bulir-bulir manis.

Aku mencintaimu..

Sangat.


---

Hana terbangun lebih dulu esok paginya. Sinar matahari yang menerobos lewat celah-celah jendela terlihat begitu indah. Entahlah, yang membuatnya indah mungkin bukan sinar itu, tapi apa yang tersorot olehnya. Sosok mengagumkan yang kini tertidur lelap di sampingnya. Lengannya yang kokoh memeluk tubuhnya. Tubuhnya turun naik seirama dengan desah nafasnya yang teratur.

Hana menyusurkan jarinya membelai wajah sempurna Jaewook, membelai puncak hidungnya, dan menyusurkan jarinya di bibir sensual Jaewook. Nafas Jaewook yang lolos dari celah bibirnya terasa hangat di jari-jari Hana. Ia tersenyum, menikmati ciptaanNya yang paling sempurna.

Ia menarik tangannya saat dirasakannya Jaewook menggeliat, lalu membuka kedua matanya yang mengantuk. "Sudah bangun?" tanyanya dengan suara yang masih serak.

Hana menjawab dengan anggukan. "Aku akan menyiapkan sarapan.." ujar Hana, mendadak merasa kikuk. Ia bangkit dari tempat tidurnya.

Tapi lengan kokoh Jaewook kembali menariknya, hingga tempat tidur mereka kembali melesak karena terbebani dua tubuh lagi.

"Nanti," ujar Jaewook, jelas tak ingin dibantah. Tangannya melingkar lagi di tubuh Hana yang masih telanjang.

Hana menyembunyikan wajahnya dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Jaewook.."

"Hmm?" Jaewook menyurukkan wajahnya di rambut Hana. Menyesap harumnya.

"Bolehkah aku bertanya?" tanya Hana ragu-ragu.

"Tanyakanlah.."

Hana terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Perasaanmu.. perasaanmu, Jaewook—"

Deringan telepon yang nyaring di pagi hari membuat Hana menggantungkan kalimatnya. Ia merasakan tangan Jaewook terlepas dari pelukannya. Jaewook bangkit dan meraih ponsel dari nakas yang terdapat di samping tempat tidurnya. Dahinya berkerut dalam melihat nama yang tertera di ponselnya.

Hana menatapnya dengan penasaran. Hingga Jaewook mengangkat teleponnya.

"Yeoboseyo?" Jaewook tampak bicara dengan serius dengan orang di teleponnya.

"APA?!" Jaewook langsung melompat bangun dari tidurnya, dan turun dari ranjang. Mencari serpihan pakaian yang bisa segera ia pakai.

Hana ikut merasa panik. "Ada apa?" tanya Hana khawatir.

Jaewook mempercepat gerakannya memakai pakaiannya. "Aku menitipkan Sanghyuk pada Daeho kemarin saat mencarimu. Aku lupa mengabarinya kalau kau sudah kutemukan. Jadi tadi pagi, anak itu menghilang.."

"Apa?!" teriak Hana. Ia juga segera bangkit dari tidurnya. "Kita harus segera mencarinya, Jaewook.."

"Daeho menemukan sebuah kertas yang Sanghyuk tulis untuknya. Katanya ia ingin pergi mencarimu.."

Hana mengusap wajahnya. Ekspresi wajahnya jelas tampak khawatir. "Sanghyuk..."

"Kita harus cepat, Hana. Semoga saja ia masih belum jauh dari tempat Daeho.."

Hana mengangguk mengerti. Ia bergegas menyusul Jaewook yang sudah lebih dulu keluar dari kamar.

Sanghyuk..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Feel To KillWhere stories live. Discover now