"Lo pada tadi nyadar nggak sama tingkah si cewek gila itu?""Nara maksud lo?" tukas Bagas langsung pada intinya.
Alan diam, hanya mendengarkan saja dengan pikiran yang berkecamuk. Kali ini mereka menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat untuk berkumpul sekaligus mengasingkan diri dari bisingnya kantin sekolah. Entah punya maksud tertentu atau tidak, yang jelas mereka mendapatkan posisi yang strategis di bawah sejuknya kipas angin langsung.
"Tumben-tumbenan dia nggak seganjen biasanya kalo ketemu ni bocah," sambung Bagas yang sengaja menyenggol bahu Alan, membuat sang pemilik bahu langsung menyalangkan matanya.
"Bener juga ya kata lo, kayak ada yang kurang sih, tapi nggak terlalu pengaruh juga," tukas Bara.
"Hilang satu tumbuh seribu, tapi seribu yang datang tidak akan bisa menggantikan satu yang hilang." Askal menaik-turunkan alisnya sembari tersenyum congkak.
"Anjay!!" seru Bagas dan Bara bersamaan. Mereka bertiga tertawa keras disamping Alan yang tidak memiliki ekspresi apapun.
"Bacot deh lo pada."
Namun, ucapan Alan hanya ibarat angin lalu. Mereka bertiga terkikik geli mendengarnya.
Bara lebih dulu menghentikan tawanya, menyenggol Alan seperti yang tadi Bagas lakukan. "Lebih baik disakiti dari pada menyakiti dan lebih baik sadar diri dari pada berjuang tapi tidak dihargai."
Alan menggebrak meja keras, "hobinya aja cabut, sok-sokan puitis segala.""Nggak papa hobi cabut, yang penting gue ganteng."
"Makan tuh ganteng!" Alan meraup wajah Bagas dengan kasar. Membuat sang empu mendelik.
"Bener Lan, makan aja tuh kegantengan. Ya kali anak sama bini lo nanti waktu kelaparan disuruh makan muka," sambung Bara yang masih saja terkikik.
"Mas adek luwe, gapopo dek, mas ganteng wae kok," seloroh Askal membuat suasana menjadi semakin kacau. Tawanya dan Bara memenuhi ruangan perpustakaan yang lumayan sepi ini. Segaris senyum remeh Alan tunjukkan untuk menanggapi kelakar mereka.
(Mas, adek lapar, nggak papa dek, Mas ganteng kok.)
"Kacau emang lo pada, suka banget ngusilin gue." Wajah kusam Bagas tunjukkan kepada mereka bertiga.
Alan merogoh saku celananya, mengeluarkan permen karet dan menaruh permen tersebut ditengah-tengah mereka persis. Ketiga pasang mata langsung awas menatap sekeliling, lanjut saling bertatapan satu sama lain. Sedang di pojok perpustakaan tertuliskan dua kata yaitu 'harap tenang'.
Tapi ... ini masalah harga diri.
"Pokoknya, yang udah makan duluan, dia juga bakalan kena karma duluan," ucap Askal penuh keyakinan hingga sampai mengepalkan kedua tangannya.
Bagas yang tidak mendengarkan langsung saja meraih permen tersebut dan membukanya. Setelah terbagi dua, dia menyumpal mulut Bara dengan separuh permen karet. Jadilah masing-masing orang mendapatkan separuh.
"Bukan gue, tuh si Bagas," Bara mengangkat tangan seraya menggelengkan kepalanya. Pertanda tidak mau disalahkan atau mungkin takut dengan ancaman Askal.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Dari Nara Untuk Alan' [Versi Baru]✔
Teen Fiction**** Note : proses revisi dan akan direpost secara bertahap Amazing cover by @kaaser Namanya Argenara Prianita, cewek pendek yang selalu bertingkah ganjen dan centil pada Alan. Dia gadis berisik yang mampu membuat orang lain mengurut dada sabar seti...