1

8.4K 337 14
                                    

Disclaimer:
Naruto © Mashashi Kishimoto

Pairing:
Sasuke >< Sakura

Warning: Typo, OOC
.
.
.
.
.

HAPPY READING

"Apakah harus seperti ini, Ayah?" Konfirmasi Sakura kepada Haruno Kizashi. Beberapa jam lalu dia mendapatkan surat perintah dari Ibu Suri Mikoto- janda Kerajaan Uchiha- untuk menempati posisi Permaisuri yang kosong setelah ia lengser minggu lalu tepat saat raja baru diangkat sehari setelah Raja Fugaku dimakamkan.

"Jika ibu suri sudah berkehendak demikian maka kita hanya bisa mengikuti." Ujar Kizashi tegas

"Tapi Ayah, mungkin lebih baik mereka berunding kembali, masih banyak gadis-gadis dari kalangan tinggi yang lebih baik dari saya." Sakura ingin menolak, tapi ia tahu hati sang Ayah agar ia naik tahkta juga.

"Nak... Kau tidak mau?" Pertanyaan spontan ia berikan. Namun masih mengandung kelembutan saat merasakan ekspresi ragu pada putrinya.

"Bukan begitu-" Sakura menghela nafas pelan. "Aku hanya tidak siap."

"Maka jika menunggu kau siap, posisi permaisuri sudah menjadi milik gadis lain. Kau ingin itu terjadi?"

"Bagaimana dengan putr- tidak, Raja Sasuke?" Tanya Sakura ragu. Semasa kecil mereka adalah teman sepermainan dan terpisah selama masa pendidikan hanya sesekali bertemu. Kemudian saat usia Sakura dua belas mereka adalah tunangan dengan selisih usia hanya 3 tahun.

"Apa yang kau khawatirkan? Kalian sudah pernah berinteraksi." Pernyataan Kizashi benar, tapi Sakura merasa kosong. Enam tahun berlalu setelah hari pertunangan, mereka semakin jarang bertemu dan jauh. Ia selalu merasa pihak lelaki tak mengharapkan pertunangan ini ada. Sehingga dengan pemikiran demikian ia pun berusaha tidak terlalu antusias dengan menjadi pengantin Raja.

"Ayah, bukankah untuk mengangkat calon pengantin raja selalu diadakan sayembara pemilihan calon pengantin raja." Sakura seolah-olah bertanya untuk terhindar dari kata menolak pernikahan.

Kizashi mengusap jenggot perlahan. "Yang kau katakan benar." Sakura tersenyum senang. "Tapi pemilihan harusnya dilakukan pada saat Raja Sasuke usia lima belas ketika beliau masih menjadi Putra mahkota."

Sakura mengkerutkan alis bingung. "Maksud Ayah?"

"Pada saat itu Raja Fugaku dan Permaisuri Mikoto memang tidak mengadakan sayembara yang kau katakan itu, karena telah menentukan siapa yang ingin mereka jadikan menantu, yaitu kau." Tunjuk Kizashi pada Sakura yang bermuka pias.

"Dan seharusnya pernikahan terjadi saat kau usia enam belas." Tambah Kizashi yang membuat Sakura membeku ditempat. "Tapi karena aku belum rela melepaskan mu jadi yah seperti sekarang kau masih tetap duduk didepanku sebagai anak."

"A..yah" ucap Sakura haru mendengar pernyataan terakhir Kizashi.

"Tapi sekarang sudah lain cerita, Putra Mahkota sudah naik tahta, dan Ibu suri ingin posisi Permaisuri segera diisi." Ucapan Kizashi menyadarkan Sakura dari rasa haru. "Dan jika kau menjadi Permaisuri akan membuat klan kita semakin kokoh. Hahahaha." Kizashi tertawa senang tapi bagi Sakura pernikahan politik seperti ini bukan menjadi prioritas hidupnya. Dia pintar, dia bisa saja menjadi apapun yang diinginkan asal tidak ada tembok kokoh bernama peraturan. Tapi jika dia menolak dan memutus pertunangan, yang akan menjadi korban adalah keluarga dan klan kebesaranya.

"Nak.. Jika kau tak ingin ada pernikahan, katakan saja" Kizashi berhenti tertawa saat melihat raut murung putrinya.

"Tidak, Ayah. Akan pergi ke Istana." Demi keluarga dan klan Sakura berucap mantap.

My Heart, My KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang