3

2.7K 265 20
                                    


Happy Reading

Tiga bulan telah berlalu untuk mempersiapkan pengangkatan selir baru. Semua pengurus istana disibukan mempersiapkan pernikahan kerajaan. Dan sekarang menapaki babak akhir, upacara malam pengantin.

Selir pertama adalah Selir Uzumaki Karin. Gadis yang kerap kali menghadiri pesta kecil yang dibuat permaisuri. Pemilihan berdasarkan sayembara sesuai dengan keinginan para pejabat dan penilaian Ibu Suri. Permaisuri juga mau tidak mau harus membantu segala macam persiapan rumah tangga baru. Secara otomatis tugas permaisuri bertambah sebagai ibu rumah tangga. Hanya ketika malam pengantin Sakura dibebas tugaskan.




Sakura memandang bulan yang terang menyinari malam. Udara dingin tak membuatnya gentar untuk masuk ke dalam ruangan yang hangat. Sejatinya hatinya terasa lebih panas mengalahkan segala kondisi dalam ruangan yang selalu membuatnya sesak. Tak ada alasan khusus, dia hanya tiba-tiba tertarik untuk berdiam diri lebih lama di balkon belakang kastil. Pekerjaan untuk dua minggu ke depan dengan cepat ia selesaikan untuk hari ini. Untuk kondisi ini. Saat pikiran menjadi buntu. Dan hanya ingin tenggelam dalam lautan bernama 'jika saja'. Dia malas jika harus memusingkan diri dengan pekerjaan saat kepala rumah tangga sedang bersenang-senang.

Bohong jika Sakura tidak cemburu, sudah sangat jelas dia telah mencintai sang raja sejak kecil. Tapi sekarang walaupun bisa dikatakan benci karena kejadian malam pertama dan perlakuan dingin sang raja, Sakura masih merasa tidak rela. Tidak rela untuk berbagi tubuh terkasih.

Jika ia tidak pernah bersumpah maka tawaran sang ayah yang menawarkan perceraian, tak akan dia pikirkan ulang. Dan jika tidak berpengaruh untuk keluarga dan klan, dia tak akan ragu datang kehadapan raja dan meminta perceraian.

Mengingat dua hari lalu, saat ibu suri mendatanginya, bersimpuh memohon 'apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkannya'. Mikoto meminta sebagai seorang ibu yang menyayangi putranya, bukan sebagai ibu suri yang menjunjung kesempurnaan dalam kepemimpinan. Sekilas membuat Sakura menjadi canggun, merasa tak enak hati, dan membuat menjadi serba salah.

"Tuhan, Apa yang harus aku lakukan?" Ucap Sakura menunduk lirih.

"Paduka Permaisuri." Panggil Temari sedih.

Sakura menegakkan tubuh dan menoleh. "Sudah sangat larut. Anda harus Istirahat." Sakura mengangguk lemah.


ooOoo

Menjelang siang, Raja Sasuke tengah berkutat dengan tumpukan dokumen. Salah satu dokumen dari Istana Permaisuri. Tentang pembagian anggaran dana untuk selir pertama. Sasuke akui, Sakura sangat cekatan dalam menata Istana. Dan terampil saat beberapa kali dia memboyong ke pertemuan penting dengan kolega luar negeri. Sangat disayangkan jika kerajaan harus ditinggalkan oleh orang serajin ini.

Cinta? Sasuke tak pernah memikirkan Sakura sebagai orang yang ia cintai. Selain teman masa kecil yang menggemaskan dia hanya bisa menganggapnya adik tidak lebih.

Sasuke telah mengkonfirmasi kepada Sakura tentang gadis lain yang ingin dia nikahi menjelang pernikahan. Hanya gadis itu belum siap sehingga dia tidak punya pilihan lain selain menerima Sakura.

Tapi Sakura tak sedikit pun menolak pernikahan, dan tetap menjalankan pernikahan. Itu membuatnya geram. Padahal Sakura tahu, dia tak akan mencintainya. Sasuke berpikir itu karena tahta, mengingat posisi sang ayah seorang perdana menteri yang loyal kepada kerajaan dan sang kakak seorang kapten jaksa penyelidikan. Seorang ibu mantan Kepala Dokter Rumah Sakit Haruno. Lengkap sudah, jika sekarang Sakura seorang Permaisuri, Klan Haruno akan berkuasa dan maju dengan nama permaisuri. Ditambah tantangan Sakura pada malam pertama mereka. Sasuke akan melihat sejauh mana kesombongan Sakura berjalan. Jika masih menjungjung harga diri maka Sakura akan mati tanpa gelar anak sekalipun.

My Heart, My KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang