Tumbal Jabang Bayi

5.6K 346 23
                                    

(Disarankan baca ayat kursi sebelum membaca ceritanya)

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Malam belum usai. Masih merangkak, menjalar ke segala penjuru. Kelam menciptakan bisu dalam kesunyian. Saat ini jarum jam menunjuk pukul 03.00 dini hari. Kemungkinan subuh akan menyongsong satu jam kemudian, namun langit masih membekam awan hitam.

Renatha terlihat pulas dalam tidurnya. Tetapi entah mengapa ia mendadak terjaga. Matanya membengkak akibat hawa dingin yang menyesap. Napasnya tiba-tiba memburu. Dadanya sesak, tubuhnya kejang. Ia memegangi perutnya yang besar itu seraya merintih kesakitan. Mungkinkah sudah saatnya ia melahirkan?

Bisa jadi.

Tak tahan dengan rasa sakit yang menjalar, ia menepuk-nepuk perutnya sendiri. Rasa nyeri itu tak kunjung hilang, malah semakin parah. Mulutnya berteriak, hingga memuntahkan banyak darah. Bagaimana bisa? Padahal ia tidak memakan makanan yang salah.

Baju yang dikenakannya kini bernoda darah kental. Muntahan kedua, kini lebih mengerikan. Belatung dan kelabang saling keluar dari mulutnya, berjumlah ribuan. Kemudian kelabang itu merayap menuju perutnya yang bengkak dan menggerogoti baju Renatha hingga sobek.

Perut bunting itu dikerumuni oleh ribuan belatung, mereka mencoba menembus kulit dan memaksa masuk ke dalam. Tak bisa berbuat apa-apa, Rentha hanya mengandalkan teriakkannya. Satu persatu belatung dan kelabang mulai menyesap dan menciptakan lubang di sekeliling perut. Kulitnya digerogoti sampai darah menyumber deras dari setiap lubang.

Wanita hamil tua itu merasakan dengan jelas akan rasa nyeri bercampur kejang yang tengah melanda tubuhnya saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wanita hamil tua itu merasakan dengan jelas akan rasa nyeri bercampur kejang yang tengah melanda tubuhnya saat ini. Ia tak tahan, ingin rasanya mengeluarkan semua hewan sialan itu dari perutnya, sebelum membunuh jabang bayinya yang sebentar lagi akan melihat dunia.

Maniknya melirik ke arah nakas. Terdapat gunting runcing yang tergeletak tenang di atas sana. Dengan sigap ia meraihnya, lalu ditusuk-tusukkan pada perutnya. Berkali-kali sampai bolong. Semakin ngeri, ia memotong perutnya sendiri yang bunting itu dengan gunting. Apakah dia sudah kehilangan akal? Bukankah ia akan merasakan sakit?

Renatha menjerit. Perutnya yang tadinya besar, kini jadi lembek terbelah. Seluruh organ dalamnya memuntah keluar. Darah memuncrat hebat. Usus menjuntai keluar. Kini tubuhnya bagaikan bermandikan darah.

"Jangan sakiti bayiku!" Renatha menjerit. Kulitnya menjadi keriput, dan wajahnya berubah renta.

Kemudian, jeritannya itu disusul suara misterius yang serak nan basah. "Jangan berteriak, atau kupotong lidahmu!"

BUDAK NAFSU SETANWhere stories live. Discover now