Pernikahan dan Kepergian

5.4K 309 102
                                    

Disarankan baca ayat kursi sebelum membaca ceritanya)

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Farhan masih tak percaya dengan kabar buruk yang dokter katakan tentang kondisi Safira. "Bagaimana mungkin dia tidak bisa bicara, Dok?!" tanya Farhan dengan jidat berkerut.

Azam yang saat itu masih duduk di samping Safira, sontak terbangun dan memberi tatapan penuh pertanyaan pada sang dokter.

"Saat kami memeriksa Mbak Safira, ada luka bakar di dalam mulutnya. Lidahnya seperti tersengat api hingga memungkinkan dia tidak bisa berbicara untuk sementara waktu," jelas dokter pada mereka.

Farhan menggeleng tak menyangka mendengar kenyataan dari Safira. Bagaimana semua ini mungkin. Fakta mengatakan kalau Safira ditemukan habis tertabrak mobil, lalu bagaimana bisa ada luka bakar dalam mulutnya kalau bukan sesuatu yang disengaja. Agaknya semua ini memang sudah direncanakan. Tapi siapa yang telah berbuat hal setega itu? Apakah Renatha, atau Azam suami Safira sendiri?

Dokter berpamitan setelah mengabari semua hasil pemeriksaan serta kondisi korban. Ia meninggalkan ruangan yang menyisakan Farhan, Azam dan juga Safira yang terbaring lemah.

"Bagaimana semua ini bisa terjadi, Azam?!" Farhan bertanya garang pada Azam. Matanya menunjukkan sebuah kecurigaan, juga tatapan penuh kehakiman.

"Bagaimana aku tahu, Farhan. Aku juga syok mendengar kondisi istriku." Azam membela diri.

"Halah omong kosong! Pasti kamu tahu semua ini akan terjadi."

"Kamu tidak sedang menuduhku kan, Farhan?"

Farhan menyudutkan senyumnya. "Kebenaran akan terbongkar pada akhirnya. Entah ini ulahmu, atau ulah orang lain. Pasti akan terkuak nantinya." Farhan enyah dari sana setelah mengumpat, meninggalkan Azam yang masih berdiri penuh kemarahan.

Beberapa menit kemudian, Azam akhirnya membawa pulang Safira seusai membayar biaya rumah sakit. Lelaki itu membopong istrinya yang masih kaku untuk dipindahkan ke dalam mobil. Lantas, mobil melaju menuju rumah.

Farhan telah berpulang ke rumahnya. Ia mendesah kesal dan membanting tubuhnya di sofa. Meneguk segelas air untuk menenangkan pikirannya.

"Sudah pulang, Mas?" Renatha yang tengah membawa senampan bunga kamboja dan juga kantil, duduk di sebelah Farhan.

Farhan melirik nampan yang dipegangi istrinya, sontak ia merebut nampan itu dan membantingnya ke lantai. Semua bunga sesembahan bertaburan berantakan. Lantas Farhan menginjak-injak dengan kemarahan.

"Apa-apaan ini, Mas?" Renatha marah melihat aksi suaminya.

Plak!!!! Tamparan hangat mendarat tepat di pipi Renatha. Wanita itu memegangi pipinya yang memerah.

"Diam kau budak setan! Hentikan perbuatan musyrikmu ini atau aku yang akan bertindak nekad!" Farhan mengancam Renatha. Kedua tangannya mencengkram bahu istrinya itu. "Kenapa kamu menyakiti hatiku, Renatha? Selama ini aku memberikan apapun padamu, kenapa kamu membalasnya dengan semua ini?" Farhan berkata lirih, menggeleng tak menyangka. Ada rasa kekecewaan yang dalam di matanya.

Renatha melepaskan tangan Farhan. "Sudah kubilang semua ini demi bayi kita, Mas. Bayi kita telah diguna-guna Safira, dan kamu hanya menyuruhku diam saja, iya?!" Renatha membentak.

"Tapi bukan seperti ini caranya. Apa kamu tidak takut akan murka Allah? Bahkan kamu telah mendorongku berbuat dosa!" Farhan mengerjap, meloloskan bulir bening dari pelupuk mata. "Kamu bisa meminta perlindungan kepada Allah, bukan dengan jin dan juga setan."

BUDAK NAFSU SETANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang