[23] Ayah Dan Anak

681 65 32
                                    

(disarankan untuk memutar mulmed di atas)

Jahitan luka di tangannya yang semula sempat terkoyak, sudah diobati kembali oleh dokter yang bekerja. Pun dengan selang dari transfusi darah yang terputus.

Kini wajah sayu itu kembali tertidur lelap dengan tenang setelah teman-temannya membubarkan diri sejak sesaat yang lalu. Meninggalkannya sendirian untuk beristirahat pasca kejadian beberapa jam sebelumnya. Merekapun bahkan berjanji akan datang menjenguknya lagi nanti.

Netranya masih terlihat sembab, membengkak setelah menumpah ruahkan seluruh isinya dalam satu waktu. Hembusan nafasnya mulai terarur, nampak jelas dari jejak-jejak uap yang ia tinggalkan di balik masker oksigennya.

Hingga suara pintu terbuka dan diiringi langkah kaki pelan masuk, membuat kernyit didahinya mulai terlihat kala rungunya yang memang cukup sensitif terhadap sekeliling menangkap suara tersebut

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.


Hingga suara pintu terbuka dan diiringi langkah kaki pelan masuk, membuat kernyit didahinya mulai terlihat kala rungunya yang memang cukup sensitif terhadap sekeliling menangkap suara tersebut.

Perlahan namun pasti, kelopak netra berbulu mata lentik itupun terbuka dan mengerjap beberapa kali. Pernik gelapnya bergulir meneliti sekeliling dengan ragu, hingga ia menangkap sosok lain dalam ruangan itu yang kini terduduk di kursi pada sisi kasurnya.

"Sudah bangun?" suara baritone yang berat tersebut seketika membuat dadanya melonjak kaget. Meskipun nadanya datar, namun jelas ada penekanan di dalamnya.

"P-Papa..."

Ya. Lelaki yang ternyata adalah Arjuna itulah yang kini duduk dengan kedua kaki bertumpu dan lengan yang melipat di depan dadanya. Matanya menyorot intens pada pernik sendu si anak dengan kesan mengintimidasi yang kuat dari tatapannya.

"Kamu benar-benar sudah membuat Papa kecewa dengan kelakuanmu, Surya!" tandasnya.

Surya beringsut duduk sebelum merundukan wajahnya, mengalihkan sedikit pandangannya, enggan melihat langsung wajah garang yang selalu saja menilai salah tentang dirinya.

"Lihat, Papa!" hentak Arjuna kemudian.

Namun si anak tak bergeming sedikitpun. Ia justru sibuk menatap keluar jendela, ke arah langit biru yang kini mulai terlihat bersemburat jingga dalam waktu yang bersamaan. Magic hour.

Apapun itu, Surya berusaha mengalihkan pandangan serta pikirannya agar tidak terfokus pada sosok Tuan Besar yang masih setia duduk di sebelahnya.

"Lihat Papa, Surya!" hentaknya dengan nada mulai meninggi sebab ia merasa terabaikan. Dan hanya Surya satu-satunya orang yang berani melakukan itu padanya.

Tak ada gerakan. Si anak justru menutupkan maniknya saat hentakan terakhir itu menerjang rungu dengan begitu kuatnya.

Tidak ada.

Sampai sebuah tangan besar mengatup rahang Surya dan memutarkan kepalanya dengan paksa, membuat maniknya seketika membola dan bersitatap dengan manik elang sang lawan bicara.

For My Brother ✔ [Banginho]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz