1. Dia Yang Kusuka

30 15 22
                                    

Aku memeringis, memikirkan apa bagusnya seorang alumni datang di siang bolong detik-detik acara berakhir? Kusapa baik-baik, agar lelaki dewasa itu tidak membuat acara semakin runyam. Takut menghampiriku ketika pertanyaan lelaki itu selalu mengarah pada ekstrakulikuler. Bagaimana jika aku salah bicara, membuatnya geger untuk segera maju di tengah barisan adik kelas? Tidak boleh terjadi!

"Tenang saja," ujarnya diselingi tawa renyah yang membuat kepanikanku menurun drastis. Lelaki itu menutup wajahnya sambil menunduk. Barulah aku lihat poni yang sama panjangnya dengan rambut belakang, pendek, tetapi terkesan anak perempuan. Ralat! Ralat! Rambut itu malah membuatnya semakin keren.

Cowok rambut panjang keren agak ikal, kesan yang kuberikan pada lelaki yang kuberi kode nama Ikhwan. Terkadang juga dia menjadi sosok seringai panas hati jadi luber di mataku. Bola matanya abu, jarang sekali ada pribumi yang memilikinya. Bahkan hidungnya yang mancung menimbulkan kesan tegas jika Ikhwan melirik ke samping. Begitu juga senyumnya, cukup membahayakan hati.

Baru-baru ini aku mencari informasi tentangnya. Beda delapan tahun denganku sekarang, berarti 25 tahun. Cukup tua dan dia baru lulus dari kuliahnya. Padahal tahu seberapa jauhnya umur kami terpaut, tetapi aku masih berusaha untuk mendekatinya. Memangnya salah jika aku mendekati alumni? Tenang cinta tidak akan datang jika aku tidak memanggilnya.

Namun, tanpa sadar aku memanggil cinta, hingga Ikhwan menempati relung terdalam pada hati ini. Sulit bagiku untuk bersikap biasa. Bahkan kedekatan kami tidak lagi bisa ditandai oleh kenalan atau teman lagi. Tiap minggu, Ikhwan menjadi lebih sering ke sekolah, entah untuk apa. Namun, jelas aku bahagia karena dia masih sempat untuk menemuiku meski sekedar memberi permen dari kantin.

Sayangnya, aku harus sadar sebelum semuanya semakin parah. Ketika Ikhwan menyerahkan undangan padaku, cukup takut untuk menyentuh ujungnya saja. Ya, mungkin itu memang bisa membunuhku. Lebih tepatnya hati. Ada dua nama di sana, dia dan guruku, Perwira. Segera aku menutup mulutku seraya menahan tangisan.

RAWS FESTIVAL || NamikazeHanaWhere stories live. Discover now