Selepas makan siang, aku dan Gana kembali pulang. Kompleks apartemen ini agak kosong di siang hari. Kuhempaskan badan di sofa depan televisi. Rasanya kepalaku penuh dengan pertanyaan tapi tidak sanggup keluar.
"Cloud!"
"Gan!"
Tawa kami pecah ketika menyadari bicara bersamaan. Setidaknya tawa itu mencairkan suasana. Gana memainkan remote televisi di tangan kanannya. Kuperhatikan, dia sering melakukan itu di kantor pada bolpoin ketika pikirannya penuh.
"Apa yang kamu pikirkan, Gan?"
"Hmm?" Dia menoleh dengan bingung.
"Kamu selalu memutar-mutar benda di tangan saat berpikir. Emang sekarang lagi ada pikiran apa?" tanyaku sambil menunjuk remote yang digenggamnya.
"Kenapa kamu bisa tahu?" Kenapa ya suara itu kok lebih terdengar menggoda daripada mau tahu?
"Aku kan ngeliat kalau lagi meeting di kantor. Biasanya kamu begini atau begini," kataku sambil menopang dagu lalu menerawang sambil memutar-mutar benda di tangan. Gana tertawa melihat gayaku menirunya.
"That's way I can't stop loving you, Cloud." Ucapan itu membekukan semuanya.
Selama ini aku tahu kalau Gana memiliki pesona yang luar biasa kuat. Dia cerdas, tegas dan bukan hanya mampu untuk membangun usaha namun juga mengembangkannya. Attelerik Gegana, orang yang separuh hidupnya dihabiskan untuk belajar dan hanya pernah dekat dengan satu perempuan, Winda. Semua itu membuatku ternganga kaget. Suatu hal yang sangat mustahil dia menyukaiku benar-benar sebagai perempuan.
"As a woman." Manik cokelat itu menghujam jantungku yang langsung berdetak keras. Sudah kubilang dia bisa baca pikiran, kan? Pelan-pelan kuangkat kakiku.
"Kenapa kamu angkat kaki?"
"Biar kamu nggak baca pikiranku lagi," ucapku yang langsung disambut dengan tawa renyahnya.
"Saya serius loh, Cloud."
Sejenak aku menimbang-nimbang jawaban apa yang harus diberikan. "Aku ... entahlah, Gan. Itu ... ini ... yah, ini sangat mengagetkan. Maksudku ..." Crap! Kenapa juga aku jadi gagap begini?
Gana menghela napas, tangan terulur meraih kepalaku dan mengelusnya perlahan. "Lupakan saja!" Ucapannya berbanding terbalik dengan tatapan matanya yang langsung dialihkan ke arah televisi. Kupikir dia pasti bicara seperti itu hanya karena spontan saja. Memangnya dia mau mengulang hal yang sama antara dia, Sky dan Winda? Kuenyahkan pikiran aneh-aneh yang berdengung seperti lalat di otakku.
"Mau nonton film korea?" tanyaku.
"Kamu benar-benar random ya?" kekehnya tapi tidak menolak saat aku mulai menonton Beauty Inside. Entah sudah berapa kali aku menonton serial ini, namun tidak pernah bosan. Bagiku, film ini bukan hanya menghibur saking lucunya tapi juga banyak pesan di dalamnya.
Setelah hampir satu jam berlalu, aku baru teringat pada Gana. Kutolehkan kepala dan menemukannya tertidur. Sambil meringis karena merasa bersalah, aku berdiri untuk menyelipkan bantal di bawah kepalanya.
"Claudia?"
"Ya?"
Rupanya dia hanya mengigau karena setelah itu kembali sunyi. Tarikan napas Gana terdengar teratur menandakan dia tertidur nyenyak. Aku kembali menatap layar dan menonton sampai akhirnya juga jatuh tertidur.
Ketika terbangun, selembar selimut sudah menutupi sebagian tubuhku. Tercium aroma masakan dari arah dapur.
"Kamu masak?" tanyaku ketika melihatnya sedang sibuk memotong entah apa. Dia sudah mengganti bajunya dengan baju santai dan celana longgar berwarna gelap.
"Ya. Hanya sup ayam. Tiba-tiba saja saya mau makan kuah hangat."
Aroma sup yang lezat tercium. Rasanya lama sekali aku tidak makan makanan rumahan. Harum ini seperti saat Ibu masih ada.
"Sejak kapan kamu bisa masak?" tanyaku penasaran. Gana tertawa.
"Semua laki-laki di keluargaku suka dan bisa memasak tidak kalah dengan perempuannya. Saya selalu kebagian masak sup atau soto, sesuatu yang berkuah. Cuma kalau kamu suka pasta, itu baru keahlian Sky ...."
Menyadari dia salah bicara dan aku kembali muram karena mengingat kenangan di pesta itu hanya dengan mendengar namanya, Gana meminta maaf, tersenyum lembut dan berkata, "Apa yang terlihat belum tentu yang sebenarnya, Cloud."
"Hah?"
"Saya rasa, suatu hari nanti kamu akan mengerti. Saat ini, coba fokus ke kaki dan emosi kamu ya. Kamu bisa kerja di rumah untuk sementara ini. Tidak boleh ditawar! Saya nggak mau salah satu aset perusahaan terbaik kenapa-kenapa." Senyumku mengembang mendengar ucapan laki-laki itu.
Ngomong-ngomong tentang emosi, dia sukses membuat pikiranku bercabang entah kemana. Gana mencicip sup buatannya lalu menyuruhku untuk makan yang tentu saja kusambut dengan gembira.
"Baiklah! Aset kamu ini akan bekerja sangat cerdas sampai semua pekerjaannya selesai," ucapku sambil tertawa. Dalam hati, aku mengingat-ingat untuk menghubungi Mas Prama dan memintanya mengirim pekerjaan lewat email. Kami makan malam dalam diam. Mungkin Gana sibuk dengan pikirannya. Kalau aku, yah, sup ini luar biasa jadi aku harus fokus saat makan.
Ngomong-ngomong, aku harus minta resep sup ayam yang luar biasa lezat ini. Oceana pasti bakal jerit-jerit keenakan setelah makan sup nanti.
*
Maafkan, terlambat update ya?
Selamat sarapan ditemani oleh Gana dan Cloud yaaa. 🍽🍽🍽😁😁😁Jangan lupa klik bintang di pojok kiri untuk mendukung jutaan awan di langit. ☁️☁️☁️☁️☁️⛅⛅⛅🌥🌥🌥🌥
Love love
Ayas
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cloudiest Sky (Completed)
ChickLit[[Completed]] 💓Cover by @Jeean2602💓 Claudia Loveli alias Cloud (25 tahun) ingin sembuh dari latahnya yang melelahkan, hidup normal, punya pacar dan menikah. Namun, keinginannya ini mendapat halangan karena sebenarnya penyakit Cloud disebabkan ole...