47. Speechless

3.1K 443 14
                                    

Kembali sunyi melingkupi ruangan ini. Perasaanku benar-benar bercampur baur. Aku berjengit ketika mendengar pintu dibuka oleh seorang suster yang mengantarkan segelas jus. Tonjokan yang membuat mataku bengkak juga menyebabkan beberapa gerahamku goyang. Jadi dokter gigi juga menyarankan agar aku makan dan minum yang lembut-lembut dulu.

"Kesepakatan apa antara kamu dan Gana? Katanya apartemen di seberang itu masih punya Gana? Kalian ngebohongin aku?" tanyaku setelah menyesap jus alpukat yang tadi dibawakan. Kali ini dia terdiam.

"Kamu istirahat dulu ya. Mau kusuapi? Bibirnya masih sakit? Habis makan, minum obatnya lalu istirahat lagi ya. Tadi sebelum kemari, aku udah bicara sama dokter mengenai kondisi kamu. Tiga hari lagi kalau kondisimu stabil, kamu bisa pulang." Aku kembali bergidik ketika mendengar kata pulang.

"Ke rumah Sakhi," lanjut Sky.

"Sakhi akan mengawasi dan merawatmu untuk sementara. Dia akan membantumu mengawasi trauma." Mata cokelatnya menatapku dan tiba-tiba dia tersenyum.

Pernahkah kamu merasa berdebar hanya karena mendengar suara atau senyum orang yang disukai? Sepertinya ada yang tidak beres dengan degup jantungku. Bagaimana mungkin melihat saja bisa membuat debaran jantung meningkat?

Seorang perawat membantu untuk mengelap badanku dan menemani ke toilet. Aku tidak berani menatap cermin dan gemetar ketakutan ketika melihat ada pantulan diri. Itu sebabnya cermin di kamar mandi terpaksa dikeluarkan. Setelah itu aku tertidur karena obat dan rasa lelah dengan rollercoaster emosi.

Begitu terbangun, matahari sore sudah bersinar. Rupanya aku tertidur lama. Sky tidak ada di sampingku. Sebagai gantinya, ada Gana yang menatap dengan tajam. Dia mendesah lega ketika mataku terbuka.

"Mau minum, Cloud?" Gana membantuku untuk setengah duduk. Dia memberikan segelas air dengan sedotan untuk memudahkanku minum. Saat itulah aku melihat Sky bergelung di sofa yang ada di sudut ruangan.

"Dia nggak mau pulang. Susah banget deh bujukin anak itu pulang," kata Gana sambil terkekeh.

"Kamu tahu kenapa dia begitu?" Kujawab pertanyaan itu dengan gelengan kepala.

Gana mendesah, lalu menceritakan hal yang sama seperti Sky sebelumnya. Dia bilang, rencana untuk menempatkanku bersama Oceana adalah ide Sky. Selama aku di tempat Gana, selama itu pula Sky ada di sampingku. Terpisahkan oleh pintu, tembok dan juga ego. Sky mengontrol pekerjaannya dari jauh. Dia hanya pergi sesekali mengecek setelah meyakinkanku aman ketika ada Gana atau Oceana. Wajah Gana semakin lama semakin datar saat bercerita.

"Kupikir aku tidak akan pernah melihat sepupuku serius dengan perempuan. Ternyata aku bisa melihatnya. Sayangnya ...." Ucapan itu terhenti. Gana kembali mendesah, seolah hatinya dipenuhi dengan beban berat.

"Gan, apa sih kesepakatan kamu sama Sky?" tanyaku hati-hati setelah lima menit berikutnya hening. Kalau Sky tidak mau menjawab, aku bisa bertanya pada Gana.

Sejenak, laki-laki itu terkejut. Lalu dia tertawa kecil. "Kesepakatan kami adalah untuk tidak menyakiti perempuan yang kami cintai."

"Oohhh. Kirain apa?" Aku ikut tertawa kecil dengan santai.

TUNGGU! TADI DIA BILANG APA?

"HAH? KAMU BILANG APA?" Kupikir seluruh senti mukaku sakit dan tidak akan bisa bicara dengan ekspresi penuh, tapi saat ini aku nyaris memekik dan melupakan rasa sakit. Jangan bilang kalau ungkapan perasaan yang kupikir terucap dengan spontan karena bercanda itu benar.

"Ssstt ... ini rumah sakit, Cloud!"

"Kamu bilang apa tadi?" tanyaku mengulang pertanyaan dengan suara lebih pelan sambil meringis saat pipi dan hidungku yang retak berdenyut-denyut mengirimkan sinyal nyeri.

"Kami mencintai perempuan yang sama. Kamu!" Mataku terbelalak kaget. Bukannya itu hanya bercanda? Bagaimana bisa dia begitu santai saat mengucapkan hal itu? Ini seperti ke pasar lalu bilang, "Bu, beli tempe satu papan." Gosh!

"Saya kan pernah bilang waktu itu, remember? Waktu itu kamu anggap saya bercanda. Padahal nggak." Gana terkekeh pelan lalu menopangkan dagu saat sikunya bersender di tempat tidur. Matanya yang cokelat memandang lembut dalam senyum. Seketika aku tergagap ketika mengetahui arti pandangan itu. Bagaimana mungkin aku melewatkan bagaimana caranya memandang?

*
Aku berasa mau nangis nulis bagian ini.
*author baper 😅😅

Jangan lupa untuk voment untuk jutaan awan di langit yaaa.

Love
Ayas

My Cloudiest Sky (Completed)Where stories live. Discover now