FaNa-Tiga Belas

2.2K 244 85
                                    

°•°Binar Bola Mata-Nya Begitu Indah. Sehingga Membuat-Ku Ingin Menatapnya Lebih Lama Karena Merasa----Nyaman (?) °•°

•°•

Hana termenung menatap pintu lift yang tertutup. Robi mengatakan Faza pembawa sial? Maksudnya pembawa pertanda buruk kalau berada di dekat laki-laki itu?

Mendengar keseriusan Robi bicara, ada bisikkan menyuruh Hana percaya apa yang dikatakan laki-laki itu. Di ukur dari sikap Faza, hubungan rumah tangga mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Astaghfirullahal 'adziim.

Hana menggeleng kepala. Ia tidak boleh seperti ini. Tidak seharunya terbawa bisikkan setan percaya apa yang di katakan Robi. Tidak ada manusia di ciptakan membawa petaka kesialan ke dunia ini, apa pun yang terjadi dalam kehidupan telah sesuai kehendak Allah.

Entah apa yang terjadi dengan kedua laki-laki ini, sehingga Robi bisa berkata seperti itu. Begitu juga dengan Faza, sepertinya tidak suka dengan seniornya itu.

Hana kembali menggeleng kepala. Ia harus mengusir rasa penasarannya. Karena ia dan Faza telah sepakat tidak ikut campur urusan pribadi masing-masing.

Benar.

Bersikap saja seperti biasa. Seolah tidak mengetahui apa-apa.

Pintu lift terbuka. Kaki Hana yang akan masuk ke lift terhenti, melihat sepasang kaki masuk duluan ke lift. Mata Hana spontan agak melotot setelah mengetahui siapa pemilik kaki tersebut.

Zafran melambaikan tangan kanan pada Hana "Enggak mau masuk?"

"Iya,-" Hana masuk ke dalam lif menatap bingung laki-laki disampingnya. "Kapan datang?"

"Enggak lama. Mungkin tiga detik setelah lo. Tadinya pengen nyapa, takut salah orang, jadinya gue diam." Zafran menekan tombol lift menuju unit apartemen Faza.

Hana mengangguk singkat. Lalu memutar kepala ke depan menatap angka lift terus bergerak menuju lantai delapan. Kalau dikatakan canggung dengan sepupu Faza. Jawabannya sedikit canggung.

Mereka sudah bertemu berberapa kali dirumah Faza. Cuma jarang bicara. Sehingga Hana hanya diam setelah Zafran bicara--karena tidak tau mau bahasa apa.

Lainnya dengan Zafran. Bosan dengan keheningan yang terjadi. Mulut laki-laki itu kembali bersuara.

"Dari mana?" tanya Zafran memecahkan keheningan. 

"Dari itu,-ngajar thafiz." jawab Hana terbata-bata. 

"Lo jadi guru thafiz?" Zafran menatap Hana takjub.

Hana mengangguk. "I-ya."

"Udah berapa juz?"

"Alhamdulillah, udah tiga juz."

"Nggak bedah jauh sama Faza." Zafran bersandar pada dinding lift, dengan melipat tangan

"Dia lima juz. Itu pun dulu pas lulus SMP. Sampai sekarang gue nggak tau, apa hafalan dia bertahan, apa bertambah, atau malah berkurang karena udah asik sama studio."

FaNaWhere stories live. Discover now