FaNa-Tujuh Belas

2.1K 248 62
                                    

°•°Apa pun, Pilihannya. Aku Akan Menerima dengan Ikhlas °•°

°•°

Adam tertawa. Bukan tertawa sekilas, atau biasa. Tawanya ngakak, setelah mengetahui apa yang terjadi di apartemen Faza dari Zafran. "Kalau Hana ketemu Riska. Pasti seru pake B.G.T."

"Gue maunya juga gitu. Biar suasana makin panas." Zafran menatap pantulan wajahnya di cermin kecil berbentuk persegi. Ia mengerang kesakitan menyentuh pipi kiri yang membiru.

Benar saja dugaanya. Faza tidak akan diam terhadap perbuatannya dua hari lalu. Pukul empat pagi Faza sampai di Jepang. Bukannya istirahat. Laki-laki itu langsung memukul Zafran yang tengah tidur nyenyak. Kalau saja Adam tidak menahan Faza, sudah pasti ambulan rumah sakit terdekat akan menjemputnya, karena sakit di sekujur tubuh. 

"Teman lo itu hobi banget cari masalah." Celetuk Zafran lagi sambil mengompres memar di wajah dengan air dingin. Posisi mereka saat ini, berada di kamar hotel Zafran. Sedangkan Faza berada di luar menemuai klien.

"Bukannya emang itu tujuan sepupu lo hidup di atas dunia ini? Pindah ke sekolah umum, bukannya menerapkan apa yang dia pelajari di pesantren. Dia malah melanggar. Akhir dari perbuatan dia. Ya-resikonya ke dia sendiri--makin kacau kan hidupnya." Adam menghela napas panjang. "Gara-gara Faza, gue jadi takut pacaran. Bisa gila gue, kalau masalahnya serupa sama dia."

"Dari perbuatan dia, kita bisa ambil hikmah. Pacaran itu emang enggak guna, apalagi sampai berbohong ke orang tua. Akhirnya jadi enggak baik."

"Apa yang terjadi sekarang. Ibarat hukuman bagi dia. Cuma yang menariknya--hukuman dia nikah sama perempuan alim." Celetuk Zafran. "Gue sih, enggak terlalu tau lah ya--Fira itu orangnya seperti apa, selain yang kalian bilang dia cewek pembuat onar di sekolah, trus berubah jadi cewek baik-baik setelah pacaran sama Faza."

Zafran menatap Adam. Aktivitas mengompres luka memar di wajah ia hentikan. "Setelah Om Beni memutuskan menjodohkan dia sama Hana. Gue senang, mana tau dengan kehadiran Hana, dia bisa keluar dari masa lalu,-"

"Enggak semudah itu Zaf." Adam menyela.

"Bisa. Asalkan dia,-"

"Penyebab Tante Melda lumpuh dan Om Shaqa meninggal karena menyusul Faza yang merayakan ulang tahun Fira di luar. Fira kabur dari rumah sakit disaat hubungan mereka masih berjalan." Adam menggeleng kepala. "Jadi, enggak semudah yang lo pikirkan, dengan kehadiran Hana, bisa merubah segalanya. Sepupu lo itu, harus tanggung jawab atas perbuatan dia. Dengan tetap berada di keluarga Fira."

"Apa yang terjadi pada keluarga Fira, karena Faza? Itu maksud perkataan lo itu?"

Adam mengangguk. "Ya. Kalau bukan karena dia, siapa lagi? Seandainya Faza enggak merayakan ulang tahun Fira. Enggak tinggalin rumah sakit waktu Fira dirawat. Pasti akhirnya enggak seperti sekarang."

"Lo percaya ketentuan Allah?"

"Percaya."

"Kalau apa yang terjadi sama keluarga cewek itu, sudah di tentukan oleh Allah? Sedangkan Faza hanya berperan sebagai tokoh figuran dalam kejadian itu? Apa pendapat lo?"

"Pendapat gue,-" Adam terdiam. Bukan sesaat, melainkan cukup lama. Tidak tau apa yang dikatakan selanjutnya. Karena apa yang di katakan Zafran---benar. Jika sudah ketentuan Allah, tidak bisa mengelak.

Tidak mendapat respon, satu sudut bibir Zafran naik. Merasa menang dalam pembicaraan masalah Faza yang sudah berkali-kali mereka lakukan.

"Kalau kecelakaan mobil itu tidak terjadi, tapi Allah menentukan bokap Fira tutup usia malam itu juga, bakal tetap terjadi juga. Kalau Allah udah menentukan nasib nyokap Fira akan lumpuh, tetap akan lumpuh dengan cara yang lain."

FaNaWhere stories live. Discover now