Pro Kontra

4.4K 211 1
                                    

Semenjak saat itu, keluarga besar gw terbagi menjadi 2, mendukung untuk tidak melanjutkan tradisi, atau tetap melanjutkan tradisi ini

meski begitu, pak de No tidak lepas tangan, semenjak beliau tau bahwa gw berbeda, beliau menjalankan puasa mutih 

puasa yg di lakukan untuk memperkuat ilmunya, karena urusan TIANG KEMBAR tidak boleh di biarkan berlarut2, apalagi, mbah Nang, sudah siap menurunkan kerisnya, konon, ketegangan ini bahkan membuat desa gw jauh lebih mencekam daripada biasanya, di setiap sudut desa, di temui, 

banyak sekali lelembut Tamu, yg kebanyakan berasal dari tempat yg jauh, alasan mereka disini, karena TIANG KEMBAR adalah wadah bagi mereka untuk ikut masuk. 

mas Akhiyat bercerita, bila semenjak kejadian itu, gw di titipkan dan tinggal bersama pak haji Sanaah selama 1 minggu, dan beliau menceritakan asal usul TIANG KEMBAR yg rupanya memiliki hubungan dengan ibuk, hal ini juga di ketahui oleh pak de No 

Ibuk adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, rupanya sejak kecil ibuk itu anaknya memang sedikit ndablek, dan susah di atur, namun hal yg gk di ketahui adalah, ibuk itu kesayangan mbah buyut 

Mbah buyut ini bisa di bilang berilmu tinggi, dan memiliki perewangan yg banyak sekali untuk menjaga rumahnya, karena mbah buyut adalah salah satu orang yg berada waktu itu.

ibuk pernah cerita suatu waktu, dimana rumah mbah Buyut di santronin oleh maling 

belum masuk rumah dan hanya berniat untuk maling, namun, si maling sudah di tangkap oleh makhluk yg besarnya setinggi pohon rambutan, untung saja, maling itu paham akan yg namanya perewangan jadi beliau berteriak "kulo nuwun"(permisi) dan di jawab oleh mbah Buyut dari dalam rumah 

ketika di jawab mbah buyut, maka otomatis perewanganya melepaskan maling itu dan kemudian pergi menjauh, mbah Buyut baru sadar bila apa yg baru saja dia lakukan adalah melepaskan orang yg berniat maling 

disini, mbah Buyut rupanya ngasih ibuk semacam penjaga, yg berwujud wanita mengenakan kebaya, ibuk dulu memanggilnya dengan Kembang Turi, karena kebayanya berwarna merah menyerupai kembang turi, berbeda dengan mbah buyut, si mbah yg merupakan ibuk kandungnya ibuk adalah muslim- 

-taat, beliau menjauhi nilai kejawen dan mengajarkan anak2nya untuk tidak percaya hal itu, semua anaknya nurut, kecuali ibuk, disini ibuk di latih oleh seorang guru spiritual salah satunya adalah puasa malam. 

konon, puasa ini gak bisa sembarangan di lakukan dan tingkat kesulitanya jauh di luar akal, bahkan sebegitu sulitnya puasa ini, bisa menyebakan seorang manusia menjadi gila, dasar ibuk memang bandel sedari kecil, beliau nekat melakukan puasa itu 

puasa itu hanya di lakukan selama 3 hari, dengan hanya meminum air putih setiap jam 12, dan tidak boleh tidur bila belum melewati jam 3 dinihari, namun ibuk hanya bisa berpuasa selama 2 hari, karena pada hari ke 2, beliau di datangi, 2 jin wanita yg berwajah kembar 

2 jin wanita kembar ini menawarkan kesepakatan bahwa ibuk bisa mendapat apapun yg dia inginkan hanya dengan syarat, dia di perbolehkan tinggal dan mengikuti ibuk, perewangan ibuk tidak suka dengan ini, sehingga terjadi benturan yg membuat ibuk jatuh sakit 

disini, si mbah tau, bahwa ibuk rupanya melakukan hal2 semacam ini, sehingga akhirnya ibuk di ruqiah, dan di temukan puluhan susuk dalam wajah ibuk.

disini pak haji Sanah, menjelaskan, bahwa, tubuh gw baunya sudah seperti pandan yg di tanak, sedangkan TIANG KEMBAR gw, memiliki 

aroma yg sama, dan mereka rupanya memiliki ikatan dengan 2 jin wanita itu, dan selama ini, 2 jin wanita itu rupanya masih mengikuti ibuk, namun dari jauh, sedangkan perewangan ibuk yg dulu di beri untuk jaga ibuk, sudah di kurung setelah kejadian ruqiah itu 

hari itu juga, bapak dan ibuk gw setuju dan akan membawa gw pindah menjauh dari keluarga besar gw.

setiap malam, sebelum tidur, ibuk selalu membacakan gw, sesuai perintah pak haji Sanah, selama sebulan penuh bergantian sama bapak, dan setiap di bacakan, gw selalu sawan 

kadang meronta kepanasan, kadang kejang2 seperti orang ayan, bahkan beberapa kali membuat ibuk tidak tega, namun semua ini harus di lakukan untuk membuat TIANG KEMBAR gw yg berupa Jin pengikut ini bisa menjauh, sedangkan dari jauh, pak haji Sanah juga membantu dari rumahnya 

puncaknya, ketika gw menjerit bahkan mbah Nang dan mbah Dok sampai ikut menemani di dalam kamar, karena katanya, rumah gw sudah di penuhi oleh lelembut. 

di usia yg masih sekecil itu, gw di bawa ke banyuwangi, dengan pak haji sanah dan pak de No, sesampainya disana, gw setiap harinya di jaga di dalam kamar kecil, agar TIANG KEMBAR ini tidak mengikuti gw lagi satu2 nya cara adalah membuat bau pandan yg ada di dalam tubuh gw- 

di buat kabur, dengan cara menutup paksa mata batin gw yg katanya semakin sensitif, namun efeknya, gw bakal gampang sakit, namun untuk beberapa bulan saja, dan pak haji Sanah juga mengatakan bahwa sewaktu2, lokasi gw bisa saja di temukan lagi dan bila itu terjadi, maka,- 

-gw harus di bawa lagi kembali kesini.

pak de No sebenarnya punya alternatif lain, dia kenal dengan seorang wanita tua yg bisa membantu gw untuk mengaburkan bebauan aroma badan gw, namun di tolak sama bapak karena melibatkan banyak jin dan bapak juga sudah tidak percaya- 

dengan de No, meski begitu, kelak, gw akan di pertemukan dengan wanita tua ini. 

MBAREP TUNGGAL (KELUARGA JAWA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang