Akhir Cerita

3.9K 204 0
                                    

Disini gw akhirnya paham sesuatu, yg berhubungan satu sama lain, "de No apakah?"

Mbak Yu langsung mengangguk "de No juga Alang-alang saja" "memang bedone koyok rambute beludo, tapi nek tradisi iki terus di lakokno, kabeh iki ra isok mari" (Memang bedanya setipis rambut beludo.

.(Hantu di pohon kelapa) tapi bila tradisi ini terus di lanjutkan tidak akan bisa selesai)

"trus sinten Mbah sing dadi Mbarep Tunggal sak jamane, de No niki?" (lalu siapa yg satu generasi dengan de No yg seharusnya menjadi Mbarep tunggal?)

"Bapakmu ngger" (ayahmu ngger)

Di kejadian yg seperti mimpi itu, terakhir gw bercakap sama beliau yg mengaku sebagai Mbak Yu, itu berakhir ketika beliau mengusap wajah gw dan seketika itu, mbah Nang dan de No melihat gw, lemes, untuk berdiri pun susah, gw Cuma lihat bapak gendong badan gw dan Ibuk-

-, meninggalkan tempat itu.

Di jalan pulang, keluarga gw dan keluarga besar seperti tidak ingin membahas, kejadian itu, gw sempetin untuk bertanya sama bapak, "Pak, bapak dulu juga"

Bapak seperti langsung tau, "Iyo, Bapak lebih parah, awakmu mek ilang sedino, bapak, seminggu"

(kamu Cuma hilang sehari, bapak dulu malah satuminggu)

"berarti, sing di omong'ke Mbak Yu" (berarti yg di bicarakan sama Mbak yu)

"iyo.. bener" (benar.)

Kabarnya, Bapak berhasil bertemu dengan pak haji Sanah di Jawa tengah, beliau pindah karena di mintai tolong untuk menjaga sebuah pabrik yg beroperasi, yg katanya, setiap Pabrik rupanya ada yg pegang, menghindari serangan dari orang yg tidak suka. Tapi intinya, pak Haji Sanah,-

-sudah menahan Tiang Kembar gw sejak lama, dan sebuah kebohongan bila Tiang Kembar gw sedang mencari jalan pulang.

Sedangkan Jin Kembar itu hanya mengikuti Ibuk, dan memang berbahaya sejak lama, pak haji Sanah sendiri dulu pernah melihatnya sewaktu ibuk datang ke rumahnya,-

- tidak di sangka ternyata Jin itu tertarik juga dengan gw, itulah alasan de No begitu protektif, mengira bahwa Jin itu akan menjadi jalan bagi Tiang Kembar gw untuk menemukan jalan pulang.

Namun, kejadian itu mempercepat gw untuk pindah ke rumah baru.

Bapak dapat pekerjaan baru, dan kami meninggalkan tradisi itu.

Meski begitu, hubungan baik keluarga gw sama keluarga besar gw tetap terjalin baik. Setengah dari keluarga besar gw juga sudah meninggalkan tradisi itu.

Sekarang, setelah mbah Nang dan de No sudah meninggal, tradisi

-ini di teruskan oleh mas Didik, terakhir kali gw ketemu, mereka masih melakukan tradisi itu meski sudah jarang dan tidak seintens dulu..

Lalu, inget dengan Ndira, temen sekampus gw dulu yg pernah mengatakan ada yg menjaga gw dari jauh dan dia tidak mau membicarakan itu.

Alasanya, rupanya, ada 2 yg menjaga gw dari jauh dan tidak bisa mendekat karena bisa bertabrakan.
Mereka adalah almarhum Mbak Yu, karena setelah peristiwa itu, Mbak Yu meninggal, meski keluarga besar gw menganggap dulu beliau memang sudah sakit keras, dan rela menanggung 2 jin-

kembar yg sempat menganggu gw, untuk tinggal di dalam tubuhnya, bisa di katakan, Mbak Yu berkorban menerima semua makhluk lelembut itu agar mbah Nang tidak melanjutkan tradisi ini dulu, namun mbah Nang salah mengartikan semua ini.

Gw pun gak bisa menyampaikan pesan itu pada mbah Nang, karena waktu itu gw masih di pandang sebagai anak2 yg ucapanya tidak akan di percaya.

Kata Ndira di Wetan (Timur) Mbak Yu menjaga gw, sedangkan di kulon (Barat) Kembang Turi, perewangan milik Ibu yg menjaga gw, apapun itu.

. selama mereka memiliki niat yg baik, dan gw gak merasa terganggu, maka gw biarkan saja, tapi Ibuk selalu berpesan sama gw, "Sholat, Sholat. Sholat dan jangan pernah meninggalkan Sholat"

Jadi waktu kejadian gw di bawa ke Pendopo saat bapak dan ibuk mencari haji Sanah,

tanpa sepengetahuan bapak, Ibuk meminta perewanganya yg pernah di kurung sewaktu beliau di ruqiah untuk di lepaskan sebagai pendamping saja. Walaupun alot akhirnya, permintaanya di kabulkan

Namun setiap Ibuk gw Tanya. Ibuk akan berdalih sampai saat ini, bahwa beliau tidak tahu-

-menahu akan hal itu.

Jadi mungkin, gw cuma berpesan saja. Kadang batasan dunia kita sama dunia mereka di buat memang untuk menjauhkan kaum kita dari kaum mereka, dan tentu saja dari perbuatan syirik karena toh, tidak ada kekuatan yg lebih besar dari kekuatan sang pencipta.

MBAREP TUNGGAL (KELUARGA JAWA)Where stories live. Discover now