Story by @andhyrama
[Sudah tersedia di berbagai toko buku!]
Aku Naga yang ingin bebas! Bagaimana tidak? Aku yang hobinya memasak di dapur dan tidak suka olahraga justru terjebak di klub sepak bola. Bukan hanya itu, aku juga terpaksa ikut turnamen ya...
Emosi manusia itu rumit, ada sebagian perasaan yang menentang perasaan lain. Sudah tahu begitu, kenapa masih ada yang mempermainkannya?
Kak Gadis, gue janji. Gue nggak akan main-main. Tapi kalau mau main ke Tokyo, Paris, Hawaii, atau Antartika ya ayo-ayo aja!
(。♥‿♥。)
Pre-Question
Absen dulu! Berapa persen baterai gadget kalian saat ini?
Cuaca di tempat kalian saat ini?
Just random questions before you read the story!
1. Kalau kalian jadi superhero kalian bakal pengin jadi kayak siapa?
2. Kalau kalian ternyata adalah penyihir, kalian bakal bilang ke orang atau dipendam saja?
3. Jika kalian bukan orang Indonesia, di negara mana kalian pengin tinggal?
4. Lebih suka film horor apa film aksi?
5. Doraemon atau Shinchan?
6. Karakter paling kalian suka di Spongebob?
(。♥‿♥。)
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Oh gini rasanya es krim murah?
(。♥‿♥。)
Ini benar-benar seperti mimpi, aku bisa masuk ke sebuah restoran mewah bersama pemiliknya. Bang Albi ini walau sudah 23 tahun, tetapi wajahnya masih tampak seperti anak SMA. Dia memakai pakaian koki. Walau dia adalah sang pemilik, tetapi dia tetap berdedikasi menjadi koki di restoran yang cukup mewah ini—cukup sesuai dengan aku yang suka kemewahan. Selain Ayah, ternyata ada orang lain yang bekerja untuk passion, bukan hanya untuk uang.
"Ini dapur gue," kata Bang Albi saat kami masuk ke sebuah dapur khusus—ada dapur utama tempat para koki yang bekerja sedang memasak. "Dulu, saat semumuran lo. Gue latihan di sini terus-terusan. Gue dibantu sama cewek gendut yang nggak akan pernah gue lupain. Gua masak, dia yang makan. Terus dia ngasih pendapatnya dengan jujur. Kalau nggak ada dia, mungkin gue nggak bakal kayak gini."