9. jatuh cinta

377 47 0
                                    

demi ribuan bintang di langit. aku tak ingin kehilangan Matahari.

aku tak dapat ciptakan puisi dari rasa bersalah yang terus menerus menghantui. aku juga tak tahu harus membaca syair apa untuk menggambarkan situasi, untuk menghalalkan rasa yang tak ingin hilang.

aku hanya bisa mempertahankan semuanya dengan mulut yang terkunci, beerharap Matahari tak akan pernah tahu dan cinta ini jadi benci.

"ngapain disitu?sini masuk" Matahari menatapku yang berdiri saja diambang pintu. aku enggan untuk masuk, memilih melihatnya dari sini saja sudah cukup.

tapi aku sadar, cintaku rakus. tak pernah ada kata cukup. aku ingin lebih dan kemudian sampai pada suatu ketika dimana aku tak menginginkan apa-apa lagi selain berada di sisi nya.

"emang bisa?" tanyaku sambil tersenyum.

"ya bisalah. kemari, saya baru buat program baru mau lihat?"

"gak usah, lihat kamu saja udah cukup kok, lagian saya gak ngerti"

"..." Matahari tersneyum menatapku yang kini duduk di depan tempat tidur tepat di hadapannya.

"oh ya, saya mau pesan tiket pulang"

Matahari menatapku sebentar sambil tersneyum . 

apakah senyum itu masih ada jika kamu tahu yang sebenarnya Matahari?.

"rencana kapan pulangnya?"

"dua minggu lagi mungkin"

"biar saya yang pesan kalau begitu" ucap Matahari membuatku mengangguk patuh. memilih untuk meninggalkan Matahari yang sedang berkonsetrasi dengan labtopnya.

"kamu mau kemana?" pertanyaan itu membuatku duduk di atas tempat tidur kembali.

"keluar, kamu lagi kerja"

"gak usah, saya mau kamu duduk disitu"

"supaya apa?"

"supaya saya semangat menghasilkan uang"

"kalau begitu saya duduk disini, dan hasilkan uang yang banyak ya mas Matahari" ucapku sambil tersenyum genit.

"siap Nyonya" jawab Matahari dengan suara yang bulat.

###

Aku menyimpan semuanya Matahari dengan hati-hati darimu.

Itu adalah upaya terbaik. Semoga kamu bisa mengerti kelak jika hari tak mengizinkan kita berjumpa. Atau kau yang tak bisa berhenti membenci karena aku yang sibuk berdiam diri.

Ingatlah.

Aku mencintaimu Matahari.

Tanpa aku sadar aku justru tertidur di kamar Matahari. Pria itu membiarkanku tidur di atas ranjangnya.

Sesuatu bagian privasi paling penting.

Dan rasanya sungguh nyaman.

"Sudah bangun?" Matahari kini melihat ke arahku, di tangannya terdapat buku tebal berwarna hitam dan putih yang bertuliskan angka-angka yang tak kumengerti.

"Jam berapa ini?"

"Empat sore" ucap Matahari sambil mengusap kepalaku yang masih berbaring. Aku membalikkan tubuh menghadap Matahari yang sedang asyik kembali membaca buku sambil satu tangannya mengelus kepalaku dengan lembut.

"Aku harus siapkan makan malam" ucapku memilih bangun dan tak ingin larut dalam situasi ini.

"Kalau kamu capek kita pesan saja dari luar"

si buruk rupaWhere stories live. Discover now