48. Kunjungan

1.2K 52 0
                                    

Tugas orangtua itu hanya mengurus dan mendidik, bukan memaksa mereka untuk bahagia dengan cara yang salah.

®BaraDanendra

_Selamat membaca_

Bara membanting remote tv. Mendadak aktivitas menontonnya terganggu karena Risma kembali membahas tentang pertunangannya. Jika diingatkan, Bara memang sudah mengiyakannya, tapi hatinya masih begitu kelu untuk menerima. Ia tak sanggup untuk berpaling arah dari Bila.

"Mereka mau dateng."

Langkah Bara terhenti. Tanpa menatap Risma, lelaki itu menjawab lembut, "Reno cowok. Dia bisa ganti posisi Bara."

Risma mendesah pelan. Mendekat, memegang bahu Bara yang masih bergeming dengan kebingungan yang melanda. Benar, ada Reno yang bisa menggantikan Bara, tapi hati Risma berkata lain. Hatinya seolah dapat menentukan sendiri, siapa yang cocok untuk putri dari sahabatnya itu.

"Jadi kamu nggak mau?" tanya Risma memasrahkan diri atas keputusan Bara.

"Bukan nggak mau. Bara cuma belum siap karena Bara udah punya seseorang dihati Bara."

"Jadi gimana?"

Bara terpaku dengan pikiran yang hampir meledak. "Batalin aja."

Risma tersenyum kecil. Tugasnya sebagai orangtua memang hanya mengurus dan mendidik, bukan memaksakan. Jadi jika Bara berkata sedemikian. Risma tak bisa bertindak lebih lanjut. Tak mungkinkan Risma memukul Bara agar lelaki itu mau.

"Tapi kamu harus temuin mereka dulu. Sekalian bicara baik-baik soal keputusan kamu."

Tiba-tiba ponsel Bara berbunyi memotong pembicaraan mereka. Layarnya menyala, menampilkan sebuah pesan yang tertera atas nama Gabriel di sana. Sahabat Bara itu mengajaknya untuk ke markas Grandasi sekarang. Dikarenakan mereka sudah lama tidak bertemu.

Bara melirik Risma yang menatapnya dengan berbagai teka-teki. Tanpa menjawab, lelaki itu langsung meraih tangan Risma dan mencium punggung tangannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Risma yang melihat Bara beranjak ke luar rumah.

"Bara mau ketemu temen. Titip salam kalau mereka dateng. Mungkin Bara pulang agak malam," ujar Bara membalikkan badan namun kakinya tetap terayun. Sampai Bara hilang tertelan pintu, barulah Risma mendengkus sebal.

°

Bila melirik berbagai pakaiannya yang tergeletak di atas kasur akibat ulah Dina. Wanita itu sibuk mencari pakaian bagus untuk Bila yang diwajibkan bertemu sang calon tunangan---maksudnya mantan calon tunangan yang sama sekali tidak meminati.

Bila meraih berbagai bajunya dengan sangat malas. Beranjak, menaruhnya ketepian agar tak merusak pemandangan yang sewaktu-waktu membuat mood-nya tak karuan.

"Bun... nggak usah pilih baju! Kan kita cuma pengen ketemu temen Bunda. Habis itu, jelasin kalau Bunda mau batalin tunangan ini," kata Bila, tersenyum saat mengucap beberapa kalimat terakhir.

"Kata siapa?" tanya Dina tak acuh tanpa menoleh. "Di sana juga ada anaknya. Ganteng. Kamu nggak bakal nyesel."

"Menurut Bunda," gumam Bila kesal sambil menutup pelan lemarinya membuat Dina menoleh. "Baju Bila bagus semua. Bunda juga yang bilang gitu setiap kali beliin Bila baju." Bila beranjak mengambil satu baju yang memang sedari tadi nyangkut mulu dari pandangan. Bila mengangkat baju itu ke hadapan Dina. "Ini. Bunda nggak usah nyariin Bila baju, kalo nemu yang bagus dikit langsung dibandingin sama baju lain."

𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang