56. Apa?!

1.4K 70 3
                                    

Merasa dilupakan sudah cukup membuatku sedih bahkan hampir putus asa. Tapi nyatanya kamu membohongiku hingga aku bertambah kecewa.

®BaraDanendra

_Selamat membaca_

Dari kejadian tadi, Bara dengan jelas mengetahui wajah melas Bila yang meminta pertolongan darinya. Namun, di sisi lain, Tania pingsan karena lelahnya berlari. Tidak mungkin Bara menurunkan Tania begitu saja lalu menolong Bila, meski dalam hati dirinya ingin sekali menolong gadis itu. Tentu saja Bara merasa bingung.

Lalu, Bara melihat Aren dari kejauhan yang bisa Bara pastikan akan menolong Bila.

Bara tak akan merasa cemas lagi.

Dia salah! Sangat salah. Nyatanya Bila berhasil membuat Bara cemas. Hingga lelaki itu menangkap sosok Bila yang berada di gendongan Aren.

Hatinya memanas.

Cemburu, tentu saja.

Rasa cemasnya ingin sekali ia enyahkan. Namun, di luar dugaan, Bara tetap mempertanyakan keadaan Bila walau jawaban gadis itu sungguh menyebalkan.

Bara rindu sosok Bila.

Bertemu tapi dengan perasaan dan hubungan yang berbeda mampu membuatnya kacau dalam hati.

Bersaing secara sehat? Haha, justru Bara terlihat menyerahkan segalanya kepada Aren. Memberi lowongan padanya untuk bisa dekat dengan Bila, sementara dirinya merasa semakin jauh?

Tentu saja Aren menggunakan kesempatan itu mengambil perasaan Bila darinya.

Bara meraih ponsel yang bergetar, melihat nama Gabriel tertera di sana.

"Gimana hubungan lo, nih? Udah baikan?" tanya Gabriel dari sebrang sana.

"Gue nggak ngerti, tapi gue sama Bila makin jauh," kata Bara, "mungkin karena dia lupa sama gue."

"WHATT?!" pekiknya, "Maksud lo, dia amnesia? Dia serius amnesia?"

"Ya, serius lah, Bego!"

"Masa, sih? Gue nggak percaya, Njir."

"Ya itu terserah lo!"

"Tapi, iya, sih. Dia kek lupa sama gue. Padahal gue terkenal ampe ke pelosok antartika. Yang lebih parahnya lagi, lo mau tau nggak?"

"Ogah, lo ngada-ngada mulu, Nyet!"

"Ini serius!"

"Ya udah, apa?"

"Dia nempel mulu sama Aren! Kek upil, hihhh ... najis!"

"Lo, tuh, yang najis!"

Tak ada lagi obrolan setelah Bara mencerca Gabriel. Bara mematikan teleponnya dengan perasaan kesal. Kemudian, merebahkan diri dengan lengan kanan yang dijadikan bantal, ditemani embusan napas teratur.

Jika dihitung hari, mungkin Bara sudah lama tidak saling mengirim pesan kepada Bila.

Saat ini, ia ingin mengirim pesan, tapi tangannya kembali terhenti dan menghapus pesan yang baru saja akan ia kirim. Rasanya Bara sudah hampir putus asa. Entah mengapa, ini bukan seperti Bara.

Lelaki itu bangkit dari rebahannya. Menuruni anak tangga satu persatu dan menemui Risma.

"Bu, lusa jadi, kan?" tanya Bara yang sepertinya sudah benar-benar memasrahkan segalanya pada Risma.

"Jadi, tumben kamu tanya?" Risma tampak bahagia.

"Cuma tanya aja," kata Bara cuek, "Bara mau main dulu, Bu." Lantas meninggalkan Risma setelah mengecup singkat punggung tangan wanita itu.

𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔Where stories live. Discover now