Monsieur +Chanminhyunlix

octo

"Aku ingin menikah di pantai."

"What the fuck? No."

Chan nyaris saja terjungkal dari kursi kerjanya. Kakak perempuannya satu-satunya tiba-tiba menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya, menggebrak meja dan memekik di depan wajah Chan yang pasti terlihat linglung karena kebingungan.

"Aku ulangi. Aku akan menikah di pantai. Besok."

Chan memijit dahi. Sudah pusing mengurusi tiga orang babynya—dengan yang satu nakal, yang satu galak, dan yang satu lagi terlewat polos—dan kini harus mengurusi tingkah ajaib kakaknya.

"Tidak ada pernikahan, Jihyo. Tolong jangan mulai gila saat aku mau memenangkan tender terbesar tahun ini," pintanya lelah.

"Oke."

Chan mengernyitkan kening, heran. Tumben sekali Jihyo yang keras kepala itu menyetujui ucapannya begitu saja. "Oke?"

"Oke." Jihyo mengangguk. "Tapi aku mau kita ke Hawaii."

"Kita?"

"Kau, aku. Felix, Hyunjin, dan Seungmin. Oh, dan Popo, Felix akan menangis kalau boneka itu tidak dibawa."

"Ada apa denganmu." Chan bertanya datar. Dia tak memiliki tenaga atau kesabaran tersisa untuk menghadapi sang kakak.

"Felix bilang dia rindu ingin ke pantai." Jihyo berujar sama datarnya, meski matanya berbinar. "Dan aku berkewajiban menurutinya."

"Kewajiban," Chan berujar dengan nada meremehkan, membuat sang wanita mengayunkan tangan ke kepala sang adik.

"Daniel akan ada pemotretan di Hawaii minggu depan."

"Sure. Kau tidak peduli pada keinginan Felix, kau hanya ingin melihat kekasihmu dipotret setengah telanjang untuk cover depan majalah Playboy."

"Aku tidak mau tauuuu~" Jihyo berujar dengan nada ringan. "Aku sudah meminta sekretarismu mengosongkan jadwal untuk minggu depan. Kita akan ke Hawaii. Apa kita punya pulau di sana?"

"Mungkin, aku tidak ingat. Kau membeli terlalu banyak pulau atas namamu."

"Huum benar juga."