30.Merana atau Tersiksa

5.1K 292 0
                                    

"Karena ada man jadda wajada,jadi jangan gampang menyerah.Tetaplah ikhtiar,karena allah menyukai hambanya yang tidak mudah putus asa"

---
Air Mata Surga
_____________________

Tidak terasa hari pernikahan sudah didepan mata.Sekitar tiga hari lagi Rukhsa dan Fikri akan melangsungkan ijab qabul mereka dan akan menjadi pasangan halal.

Bismillah......
Mungkin dengan mengucapkan kata itu insyaallah Rukhsa yakin dengan semua yang dia kerjakan,dia berharap ini adalah jalan yang benar yang diridhoi allah.

Semakin berfikir untuk menghidar dan menenggelamkan diri dari masalah ini,nyatanya itu bukan cara efisien,pasti ada saja kendalanya.

Bahkan Rukhsa sendiri tidak tahu kapan datangnya perasaan yang berbeda ini pada sosok Radit.Pria dingin yang jauh dari kata sholeh.Apa iya ini semua karena kebiasaan,karena Radit biasa mengisi harinya belakangan ini lambat laun akhirnya dia mulai nyaman dengan pria yang ternyata sahabat abangnya itu.

Untuk menghilangkan suntuk dirumah dia berkutik dengan laptop sejak pagi tadi.

"Boleh umi masuk?"suara Hana diluar pintu kamarnya,dengan cepat Rukhsa berlari ke pintu dan membukanya.

"Boleh.Masuk umi,"Rukhsa pun langsung menuntun Hana untuk duduk dikursi biasa.

"Kak Fikri dari sini dek?"

Rukhsa yang sedang menyimpan data dilaptop langsung menatap Hana bingung.
"Iya?Rukhsa malah nggak tau mi,dari tadi dikamar terus,"

"Iya tadi waktu umi pulang dari pasar Fikri juga pulang,"jelas Hana.

Rukhsa hanya tersenyum samar,lalu menghampiri Hana.
"Enggak papa itung-itung lagi dipingit,"celetuk Hana.

"Kalo adat Jawa itu ada namanya adat dipingit dek bagi calon pengantin,"lanjut Hana.

"Umi juga dong dulu?"

"Iya dong.Tapi abah kamu itu orangnya ngeyel tetep aja pengen ketemu umi diH-2.Karena nggak mau dengerin akhirnya kakek sama nenek kamu yang ngomelin abah."

Rukhsa pun tak kuasa menahan tawa akibat cerita uminya.

"Adek tau nggak,dipingit itu cuma selama seminggu tapi nahan kangennya udah kayak sebulan nggak ketemu,"Hana pun tertawa renyah.

"Biar apa gitu umi,"

"Kalo kata orang dulu sih banyak khasiatnya.Yang pertama bisa menjaga kebugaran,yang kedua menjaga aura kecantikan,ketiga menjaga rasa kangen,keempat menjaga kepercayaan yang terakhir dapat menjaga harga diri.Gitu sih yang umi tahu dek,"

Rukhsa terkekeh,"Rukhsa baru tau lo umi,"

"Iya,walaupun terkesan menyebalkan tapi manfaatnya baik kan dek,jadi enggak papa lah menehan kangen dalam waktu tertentu,"
Hana menjawil hidung putrinya karena gemas.

"Enggak papa kan kalo adek nahan rindu dulu sama Fikri,"

Enggak papa mi,malah seneng Rukhsa

"Ih umi apaan sih,"jawabnya malu.

"Adek nggak mau cerita gimana awalnya bisa srek sama Fikri,"

Sontak Rukhsa mengerling bingung.

Sebenarnya Hana ingin memastikan yang diucapkan Fahri benar atau tidak,karena firasatnya mengatakan yang diucapkan putranya kemarin itu benar.Tapi tidak mungkin kan Hana langsung to the point bertanya tentang itu.

Rukhsa menggeleng sambil menautkan jarinya.
"Kok geleng-geleng,emangnya kenapa dek?"

"Rukhsa enggak tau umi awalnya gimana,bahkan Rukhsa aja nggak tau gimana perasaan Rukhsa buat kak Fikri sekarang,"

Fiks,Hana membenarkan Fahri dalam hati,lalu beranjak merangkul putrinya.
"Enggak salah sih dek kalau pernikahan tidak didasari dengan cinta,tapi dalam pernikahan itu harus saling jujur,"kata Hana sedikit memancing.

"Ada kok orang yang mau nikah tidak saling cinta bahkan tidak saling mengenal lagi.Tapi akan menjadi dosa jika kita sudah sah milik seseorang tapi malah memikirkan pria lain."kata Hana lagi.

"Insyaallah umi,Rukhsa akan berusaha menerima kak Fikri,"

"Bukan itu maksud umi dek,ih gerem umi,"ujar Hana yana sudah tidak sabar,"Radit siapa?"akhirnya pertanyaan itu pun muncul.

Rukhsa tak bergeming ditempat,tapi cairan bening dipelupuk matanya perlahan turun.Dengan cepat dia mengusapnya.
"Bukan siapa-siapa,pak Radit dulu orang yang sempat belajar sama Rukhsa tidak lebih,"
Jawabnya lirih.

Hana beranjak meraih tangan putrinya,"tidak mungkin bukan siapa-siapa,kalau umi lihat dari wajahnya memang agak kurang baik.Tapi prilakunya sangat sopan.Dan tidak mungkin jika tidak ada apa-apa dia berani datang melamar adek,"tukas umi.

"Tidak ada asap jika tidak ada api dek,"lanjut Hana.

"Biarlah itu jadi kenangan umi,tidak apa,sekarang Rukhsa akan mencoba menerima keadaan,"ujarnya.

"Tapi Rukhsa,hati kecil umi bilang pernikahan kamu dan Fikri tidak akan berlangsung,"

"Maksud umi apa?"

"Umi juga tidak tahu dek,bahkan disaat semua sudah dipersiapkan umi malah berfiraaat aneh,"

"Apa umi mengetahui sesuatu?"

"Tidak nak tidak,bahkan umi bingung kenapa seperti ini,"

Hana langsung berdiri dan berjalan keluar,"jangan difirkan ucapan umi tadi dek.Jika allah sudah menghendaki pasti akan terjadi,"lalu Hana melanjutkan langkahnya turun.

Tinggallah Rukhsa sendiri dikamarnya,dengan berbagai pertanyaan yang menghinggapi fikirannya.

Pertanda apa lagi ini yaallah?

Air Mata Surga ✔Where stories live. Discover now