38.Tomorrow

5.3K 283 7
                                    

"Jika belum bisa bermanfaat bagi orang lain,setidaknya bergunalah bagi diri sendiri"

---
Air Mata Surga
______________________

Rukhsa dan Mae semakin menyerngit heran kala sang pemilik mobil tersebut menghampiri mereka.Siapa yang akan menyangka sosok pria ini benar nyata.

"Ada yang bisa saya bantu?"tanyanya sekali lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari dua wanita itu.

"Hello,"pria itu menggoyangkan tangan ke wajah Rukhsa.

Rukhsa yang sedang mengipaskan tangannya ke wajah tersentak kemudian,"eh i-iya maaf."jawabnya gugup.

Mae yang sangat asing dengan pria dihadapannya langsung menyenggol lengan keponakan,"tidak perlu,sebentar lagi pasti akan ada kendaraan umum yang kosong."kata Rukhsa sembari mengubah ekspresi bingungnya.

Mendengar jawaban keponakannya itu,Mae langsung mendekat dan berbisik,"nduk nggak papa diterima aja,makin panas juga ini."

Rukhsa menggigit bibirnya bingung dan celingukan sesekali.Lalu dia menghembuskan nafas berat.
"Apa tidak merepotkan?"

"Tidak sama sekali,"jawab pria itu pasti lalu mengambil alih belanjaan yang tergeletak dilantai.

***

"Banyak banget belanjaannya,mau ada acara?"tanya pria itu mengikis keheningan.

Mae melirik keponakannya sejenak karena tidak kunjung menjawab,"tidak,,hanya belanja bulanan."

"Tapi untuk lamaran kamu nduk,piye to."kilah Mae kaget.

Rukhsa kalang kabut,dia menahan nafasnya sejenak.Dia takut jika pria didepan itu tahu akan membahayakan Radit.

Sementara di depan Vando mencengkeram setir kuat dan bergemelutuk kesal.

"Radit akan melamar kamu?"

"Masnya kenal sama Radit?"tanya Mae semakin bingung.

"Saya dan Radit berteman dekat bu,"

"Jangan berbuat aneh lagi pak Vando,"mendengar jawaban Rukhsa Vando tertawa pecah.

"Sekejam itu saya dimata kamu Rukhsa."

"Maaf."

"Tidak,,tidak masalah.Wajar jika kamu khawatir,tapi tenanglah saya tidak akan berbuat hal yang merugi lagi."

"Masnya dari mana tadi tadi?"tanya Mae memperhatikan wajah tegas Vando.

"Saya ada jadwal photoshoot didekat pasar tadi bu dan tidak sengaja melihat ibu dan Rukhsa seperti sedang menunggu,"

"Saya Mae bibinya Rukhsa,panggil bibi saja."

Vando terkekeh,dia mengira wanita seumuran ibunya ini ibu gadis itu,karena sama-sama mengenakan pakaian lebar,
"Maaf saya tidak tahu."

"Kapan acaranya Sa?"

Rukhsa tak kunjung menjawab juga,walaupun dia sudah mendengar pertanyaan Vando tadi tetap saja siapa yang menjamin pria itu memang tulus.
Banyak yang terkecoh dengan wajah pria itu,wajahnya sangat baik dan sopan,tapi memang sejauh ini Rukhsa juga merasakan jika pria itu memang baik kepada semua orang,tapi kenapa jika dengan Radit dia tidak bisa menanamkan sifat itu.

Sebenarnya tidak seharusnya Rukhsa berfikiran sejauh itu.Bukankah baik jika Vando memang sudah ikut berubah seperti Radit.

"Saya kira Radit tidak akan berubah sampai kapanpun Sa,mengingat pergaulan dan kesehariannya.Tapi siapa yang menyangka dia benar-benar berubah.Emmm mungkin 180 derajat dari sifat dan kelakuannya dulu."

Sesekali Vando melirik interaksi dua wanita beda generasi dibelakangnya itu.Vando menyunggingkan senyum,beruntung sekali Radit dia akan menikah dengan wanita yang baik begitu pula keluarganya.Walaupun selama ini keluarga Radit terkenal keluarga sangat baik tapi itu tidak berlaku untuknya.

Prinsipnya jadi diri sendiri apa adanya bukan karena apa dan siapa.

Sekitar setengah jam Vando menempuh perjalanan dari pasar sampai rumah Rukhsa.Padahal biasanya perjalanan selama itu hanya dia tempuh selama 10 menit atau 5 menit bahkan,tapi tidak mungkin kan membawa wanita apalagi seperti Rukhsa dan bibinya itu bagaimanapun juga Vando masih punya adab.

Merubah sifat buruk menjadi lebih baik itu tidak mudah tapi dengan mengikisnya perlahan pasti bisa.

"Rumah ramai,"tanya Vando saat tiba di halaman depan karena terdengar suara teriakan para anak kecil.

"Iya,lagi pada kumpul,"jawab Mae seraya membuka pintu.

Merekapun langsung mengambil belanjaan di kursi belakang.
"Sekali lagi terimakasih lo mas.Jadi menunda acara photoshootnya,"ujar Mae mengambil alih belanjaan dari tangan Vando.

"Sama-sama bi,tidak apa.Itung-itung ungkapan maaf saya."Vando sesekali melirik Rukhsa yang sejak tadi tetap menunduk.

"Saya permisi dulu,"katanya dan langsung mengitari mobil.

"Nggak mampir dulu mas,"tawar Mae.

"Terimakasih,mungkin next time,"Vando juga menyunggingkan senyum ramah sebelum benar-benar menghilang dari pekarangan rumah.

Mae menyenggol lengan sepupunya karena masih bengong memandangi mobil Vando,"nduk!la kok malah ngelamun.Ayo masuk!"

Rukhsa terlonjak kaget seketika,lalu dia memungut plastik dibawahnya dan membawa kedalam.

***

Tak terasa besok adalah hari dimana dia akan melamar atau mengkhitbah seorang gadis yang akan menjadi kekasih halalnya esok.

Wanita itu,yang bahkan tidak pernah dia fikirkan sebelumnya.

Kondisi kesehatannya juga semakin membaik,karena dia selalu mendapat perawatan baik dari dokter ataupun adik dan ibunya.Salma tidak bosan ngomel jika Radit tidak meminum obatnya secara teratur,karena itu malah memperlambat kesembuhannya.

"Abang harus rajin minum obat dan mengikuti saran dokter.Emangnya abang mau pas ijab qabul nanti nggak bisa menjabat tangan abahnya Rukhsa karena masih pakai arm sling."celetuk Salma waktu itu disela aktivitas membersihkan jahitan Radit.

Radit tersenyum geli sendiri jika mengingat hal itu.
Tepukan dilengannya yang baru diganti perban membuatnya meringis menahan sakit.

Meta yang menyadari terlalu keras memukul lengan abangnya langsung merunduk dihadapan Radit,"sorry bang gue nggak sengaja."

"Apa?"tanyanya dingin dan menginstruksikan adiknya agar bangun.

"Hehe,gue udah parno lo bakal marah,"katanya dengan senyum dan mengikuti intruksi Radit tadi.

"Nanti malem loh abang."

"Iya lo sayang,"jawab Radit tak kalah manja.

Meta mendengus mendengar itu,"sekarang gue yang lo panggil sayang,tapi gue pastiin panggilan itu udah punya orang lain emmm sebulan lagi mungkin."

Radit mengacak asal rambut Meta yang dibiarkan tergerai karena memang sedang berada dirumah.

"Udah lo kasih tau paman Soni,"tanya Meta seperti menginterogasi.

"Hm,kemaren gue kesana sama mama."

"Jadilah imam yang baik abang buat keluarga lo kelak.Nggak papa lo pernah bejat,seenggaknya itu bisa jadi pelajaran buat lo."kata Meta serius.

"Oh satu lagi,perempuan itu kadang nggak pingin yang aneh-aneh kayak apa yang ada difikiran para pria.Terkadang hal yang sepele bisa membuatnya nyaman.Enggak semua wanita mempan disogok kayak yang lo lakukan selama ini sama para wanita lo itu,apalagi kayak Rukhsa."kata Meta lagi.

Radit berusaha mencerna apa yang dikatakan adiknya itu,walaupun terdengar agak aneh.

Dia memejamkan matanya sejenak,merasakan gejolak aneh yang menjalar.Tidak dipungkiri dia grogi bukan main,first time dan insyaallah menjadi yang terakhir.

Semua yang dimulai dengan cara baik insyaallah akan membuahkan hasil yang baik juga begitupun sebaliknya.

-----------------------------------

Air Mata Surga ✔Where stories live. Discover now